Chereads / Gadis Hujan / Chapter 5 - graduation (2)

Chapter 5 - graduation (2)

"Gue nggak tau dan nggak mau tau sama perasaan gue ke cloudy. Karna dimata gue cuma ada lo. Bayangan lo selalu hadir memenuhi otak gue. Lo udah bikin gue gila rain"

Petir mengumpat frustasi. Aku sakit melihat dia yang seperti ini. Aku udah nggak tau lagi gimana menjelaskan semua salah paham ini. Dia salah kalau berfikir aku selingkuh sama guntur. Waktu itu kita cuma temenan.

Itu semua bermula saat aku ditugasin sekolah buat ikut acara pelatihan disalah satu universitas di Semarang. Disana aku nggak sengaja kenalan sama cowok kuliahan semester 4 yang tiba2 ikut duduk disampingku pas jam istirahat kegiatan.

"Boleh kenalan" cowok itu mengulurkan tangannya padaku.

"Boleh"

"Aku tebak nama kamu rain"

"Kakak memperhatikanku dari forum?" Jelas saja itu yang kuucapkan. Mungkin bukan cuma cowok disampingku yang mengenalku karna tiap acara aku akan kelihatan lebih menonjol dalam merespon materi2 dibanding yang lain. Ya wajar saja kalau aku dikenal banyak orang.

"Aku cuma nggak sengaja dengerin temen2 yang bahas cewek manis bermata elang kayak kamu"

"Mata elang? Aku nggak yakin mereka ngomong gitu"

"Hhh.. emang enggak. Kamu emang jadi trending topik. Tapi aku bohong kalau mereka sadar sama mata elang kamu"

Mata elang? Cuma ada dua nama yang bilang aku bermata elang. Petir sama elang. Dan cuma petir yang suka tatapan mataku yang tajam seperti elang. Itu pendapatnya.

"Aku jadi trending topik?"

"Abaikan rain. Yang jelas aku mengenal kamu lebih lama sebelum aku ngelihat kamu"

"Kakak bercanda?"

"Jujur saja rain. Aku tau semua tentang kamu. Aku yakin kamu rain dari cincin yang kamu pakai setiap saat itu"

Sekarang aku faham kemana arah pembicaraan cowok yang belum aku ketahui namanya ini.

"Kakak kenal petir?"

" bener kata petir. Kamu genius. Kenalin temen mainnya petir"

"Kakak tau tentang kami?"

"Tentu. Aku tau semua. Pantas aja kalau dia nggak bisa berpaling dari kamu. Udah cantik, genius, mata elang, smart pula"

"Itu pendapat petir yang terlalu berlebihan kak"

"Dia nggak berlebihan rain. Dia jujur banget malah. Ngomong2 kalian lagi berantem?"

"Nggak kok kak. Cuma masalah sepele kita jarang ada waktu buat bareng"

"Kasihan dia mikirin kamu trus"

"Trus aku harus gimana kak? Dia aja kadang kakekanaan banget"

"Ya maklumi. Dia emang kayak gitu orangnya"

Aku mengangguk. Karna sebenenarnya aku memang nggak mau membesar2kan masalah itu.

"Nama kakak?"

"Oh iya sampai lupa. Kenalin guntur"

Dia menjabat tanganku. Sekarang aku inget. Petir emang pernah nyebut nama guntur sebelumnya.

____

"Ra.. lo kok malah bengong"

Petir menyadarkan lamunanku.

"Sorry"

"Lo kok sekarang suka banget bengong sih ra"

"Ya Sorry tir"

"Basi ra. Gue nggak butuh ucapan sorry lo"

"Trus kamu maunya apa sih tir?"

"Gue cuma mau jalan sama lo lagi"

Tangannya udah menggenggam erat tanganku. Matanya menatapku meminta kepastian. Karna setelah pertemuan pertama tidak ada kontak diantara kita.

"Ra. Lo tau kan. Gue nggak pernah mau menerima penolakan"

"Tir. Kamu tau kan kalau aku bakalan pergi"

"Ra. Jangan bahas itu dulu. Kita jalanin hari ini dulu."

"Aku cuma takut kalau kamu nggak sanggup jauh lagi dari aku tir. Itu bakalan nyakitin kita lagi"

"Lo nggak percaya sama gue ra? 3 tahun kita udah jauh tapi perasaan gue masih sama ra. Meskipun terhalang benci tapi rindu sama cinta gue tetep buat lo. Nggak ada satu cewekpun yang bisa geser posisi lo dihati gue"

"Lo nggak percaya sama gue ra? 3 tahun kita udah jauh tapi perasaan gue masih sama ra. Meskipun terhalang benci tapi rindu sama cinta gue tetep buat lo. Nggak ada satu cewekpun yang bisa geser posisi lo dihati gue"

Aku berfikir sejenak sebelum menjawab ucapan petir.

"Ok tir. Aku mau jalan sama kamu lagi dengan satu syarat"

"Apa?"

"Jangan inget2 masa lalu kita"

"Nggak bisa ra. Setiap saat gue bakalan ngingetin masa lalu kita biar lo nggak ngulangin kesalahan yang sama"

"Tapi tir...."

"Udah gue bilang kan ra. Gue nggak mau nerima penolakan. Apapun keputusan lo itu tetep iya dimata gue"

"Kamu udah gila tir"

aku menggeram frustasi menghadapi petir yang kekanakan banget.

"Iya . Gue emang gila. Dan lo harus inget ra. Gue gila gara2 lo"

"Petir. Please.. bersikaplah sedikit dewasa. Jangan bertinggah seoalah2 kamu ... "

Belum selesai aku mengumpat petir udah duluan narik aku kedalam pelukannya. Pelukan hangat ini lagi. Jantungku berdetak tak beraturan lagi. Kenapa aku nggak pernah mau berontak ketika dia maksa aku dalam pelukannya. Kenapa aku bodoh gini sih...?

"Maafin gue ra. Gue cuma takut kehilangan lo lagi. Jangan ninggalin gue lagi ra. Gue sayang elo. Lo satu2nya cewek yang memenuhi otak gue. Lo seharusnya tau gimana hancurnya gue ketika liat lo lebih milih orang yang baru dateng dibandingin gue yang udah2 jelas2 cinta sama lo" suara petir lembut.

"Makanya kamu dengerin aku dulu tir. Aku bakalan jelasin semua"

"Gue udah nggak butuh penjelasan lagi ra. Yang gue mau cuma lo ada disamping gue lagi. Seperti janji lo dulu"

"Janji?" Aku mengernyitkan dahi menatap wajahnya. Posisiku masih dalam pelukan posesivenya. Aku bisa merasakan nafasnya menyapu wajahku yang terlalu dekat dengannya.

"Janji lo buat slalu ada buat gue. Lo lupa?"

"Aku nggak lupa tir. Cuma aku pikir janji itu udah nggak kamu butuhin lagi"

"Dasar cewek oon" dua tangannya mencubit pipiku dengan senyum mengembang dibibirnya.

"Lo nggak pernah tau betapa pentingnya janji lo dimata gue. Gue bakalan nagih janji itu sampai kapanpun" sambungnya.

Rasa sesal tiba2 menyusup dihatiku.

" maaf tir. Aku nggak pernah tau sepenting itu janji yang aku ucapin"

"Sekarang lo udah tau kan. Kalau tiap kata yang lo ucapin harus lo pertanggung jawabkan ke gue"

Ok. Sekarang aku tau aku salah persepsi tentang petir selama ini. Aku pikir dia adalah orang yang udah nggak pernah peduli sama aku malah lebih detail inget sama masa2 kita bareng. Bahkan omongan yang dulu kita lontarin dimasa2 labilpun masih dia pegang. Ternyata selama ini dia seserius itu sama aku.

Tiba2 air mataku nggak bisa dibendung lagi. Ku sembunyikan wajahku dalam pelukannya. Hatiku sesak menyadari betapa dalamnya perasaan yang dimiliki petir terhadapku sampai2 hal kecil mampu merobohkan hubungan kami. Ketakutannya kehilanganku terlalu besar. Cemburu butanya membuatnya kisah kami hancur begitu saja.

Petir andrean.

Cowok yang selama ini aku rindukan ternyata lebih tersiksa melebihi rinduku. Cowok yang aku kenal dari masa polos2nya dia ini, dulu nggak pernah kenal sama cinta. Dulu dia anti banget sama cewek dan cuma bisa luluh sama aku. Bahkan dulunya dia pernah benci banget sama spesies manusia berjenis perempuan.

Kalian tau apa alesannya?

Jadi gini ceritanya. Petir benci cewek karna dia benci banget sama perempuan yang udah ngelahirin dia sendiri. Yah.. sejak dia kecil, mamanya udah ninggalin dia sama ayahnya sendiri.

Sejak kecil dia dianggep anak autis. Tapi bukan gitu adanya. Waktu itu dia cuma anak kecil yang nggak bisa ngilangin traumanya dan kehilangan kepercayaan diri. Dia genius dan hanya bisa melampiaskan perasaannya lewat seni musik dan lukis. Dia terlalu minder untuk membuka dirinya kepada orang lain. Jadi nggak banyak orang yang tau kepribadian petir yang super tertutup ini.

Pertama kali aku mengenal dia?

Waktu itu ada lomba cerdas cermat antar smp dan aku harus satu team sama petir. Dia nggak pernah ngomong satu patah katapun. Dia keliatan nggak pernah dengerin tiap intruksi dari aku. Bahkan dia bersikap dingin sama aku.

Tapi ternyata anggapan awalku salah. Semua yang aku omongin dia praktekin waktu lomba. Dan akhirnya kami pulang membawa piala kemenangan.

Mulai saat itu. Aku penasaran kepribadian petir. Entah kenapa aku ngrasa kalau dia beda dari yang lain. Tapi meskipun kita udah pernah satu team dia tetep aja dingin kalau ketemu aku.

Aku perhatiin nggak cuma sama aku dia bersikap dingin. Ke semua cewek dia juga gitu. Padahal dia bersikap wajar sama temen cowoknya.

Bahkan petir sering banget nongkrong sama cowok2 keren seantero sekolah. Kebanyakan mereka orang kaya, ganteng dan berbakat. Yang aku tau dia paling deket sama langit. Mereka itu inceran para gadis.

Waktu itu aku pernah sengaja nyapa dia. Tapi temen2nya malah ngerjain aku sampai akhirnya aku jatuh didepan mereka dan jadi bahan tertawaan semua orang.

Bisa bayangin gimana malunya aku yang waktu itu cuma sendiri.

Petir mendekat dan berniat bantu aku berdiri. Tapi gara2 terlanjur gengsi aku langsung berlari meninggalkan mereka semua.

Lucunya dia nggak cukup punya keberanian buat ngucapin maaf sama aku meskipun dia udah ngrasa bersalah banget. Dia malah nitipin surat lewat cloudy. Dalam surat dia bilang nyesel atas perbuatan temen2nya yang udah keterlaluan. Dan setelah surat itu malah jadiin kita saling berbalas surat. Meskipun kalau ketemu dia masih kaku tapi udah nggak sedingin dulu.

Dan nggak tau kenapa dia bisa percaya banget sama aku. Dia mulai sering menceritakan dirinya dan keluarganya dalam surat.

Kami mulai lebih deket bukan hanya lewat surat. Dibantu cloudy sama langit akhirnya kami saling memberanikan diri untuk bertegur sapa didunia nyata bukan sekedar lembaran surat.

Hari berikutnya Aku, petir, langit sama cloudy mulai terbiasa jalan bareng. Nonton film, mgerjain tugas, kekantin sekarang lebih seru kalau kita berempat bareng2. Dan selanjutnya petir bener2 nyaman sama aku.