"Udah puas nangisnya?" Petir mengangkat daguku memaksaku menatap mata coklatnya.
"Kamu jahat tir. Seharusnya kamu nggak ngilang gitu aja. Seharusnya kamu ngijinin aku buat nyembuhin luka yang aku buat. Seharusnya kamu dengerin penjelasan aku"
Gara gara aku dia kayak gini. Dia tersiksa bertahun tahun karna nggak mau dengerin penjelasanku. Ini semua salahku.
"Ok. Gue emang jahat. Tapi lupain orang orang yang bakalan kita hadapi. Saat ini cuma ada lo sama gue"
************
Huft.. hari yang melelahkan. Aku merebahkan tubuhku setelah ganti baju.
Hpku bergetar diatas kasurku. Chat dari siapa yak?
"Udah sampe rumah say?"
Dasar petir semprul. Jelas jelas dia yang nganterin aku pulang nyampe rumah dengan selamat. Ehhhh sekarang malah chat dan sok sokan nanya aku udah nyampe apa belum.
"Dasar petir konyol"
"Miss you" balasnya
"Padahal kamu baru aja pulang belum nyampe 1 jam yg lalu"
"Jelas lah say. Pertemuan kita hari ini belum bisa ngilangin rasa kangen yg gue pendam slama ini say"
"Kan masih ada hari esok tir"
"Gue anggep ini janji say. Gue tunggu lo dirumah besok pagi"
"ntar aku usahain"
"Gue maksa say. See you tomorrow cantik "
Dasar petir tukang paksa. Kenapa sifat dia nggak pernah berubah. Masih aja jadi tukang paksa. Tapi justru itu yang buat aku nyaman sama dia. Dia tuh beda banget sama cowok lain yang sok2an romantis tapi ujung2nya nyakitin. Aku yakin sikapnya yang kayak gini justru nunjukin sayangnya.
"Iya2. Tunggu besok yak"
_____
nggak ada balesan lagi dari petir. Aku memejamkan mata berusaha tidur.
Tapi aku ingat sesuatu. Kado yang aku dapet tadi belum sempet aku buka.
Blue box. Kotak yang manis. Apalagi aku suka banget warna biru. Mungkin kebetulan. Atau emang yang ngasih ini tau warna favorit aku ?
Aku buka kotak itu. Kalian tau apa isinya?
Syal warna biru .
Dan ada selembar surat berwarna biru bersamanya.
Sekarang aku yakin kalau ini disengaja. Bukan kebetulan.
______________________________________
Dear gadis hujan,
Happy graduation!
Selamat buat prestasi yang udah kamu dapet. Kapan kamu terbang ke negri sakura?
Aku harap kamu cepat kembali ketanah air dgn membawa segudang prestasimu.
Sorry lancang, aku cuma bisa ngungkapin apa yang aku rasain lewat kertas biru ini.
Aku tau semua tentangmu. Aku mengenal semua yang ada pada dirimu meskipun dari jauh dan tak terlihat.
Selama ini aku hanya mengejar bayangmu tanpa pernah kau kenali. Aku hanya bisa melihatmu dari kejauhan tanpa berani melangkah mendekat.
Segala cara aku lakukan untuk mengenalmu. Tapi sayang banget aku terlalu takut mendekatimu didunia nyata. Karna mata elangmu menjadi saksi kalau sorot itu hanya tertuju pada satu cowok. Cowok yang setiap saat memenuhi hatimu. Dan itu cukup mematung tak mengambil langkah.
Tiap kali turun hujan aku hanya bisa menatapmu yang asyik menikmati air yang mengguyur tubuhmu dari kejauhan.
Gadis hujan.
Rasa ini sudah aku pendam sejak lama.
Maaf, sampai hari ini aku hanya bisa bersembunyi dibalik surat ini. Aku takut ketika aku muncul kamu akan membenciku. Lebih baik menunggumu tanpa ujung dari pada harus kamu benci dikemudian hari.
Simpan syal ini untuk melewati hari2mu dijepang. Aku akan menunggumu sampai kamu kembali.
Tenang. Aku nggak akan pergi kemana2.
Aku cuma butuh waktu buat ngumpulin keberanian dan bertatap muka denganmu nantinya.
Aku janji
Aku bakalan nyariin kamu sepulangmu dari sana dan ngungkapin semuanya.
Tapi kamu nggak perlu cemas. Aku nggak bakalan maksa kamu untuk menerima perasaanku nantinya.
Aku cuma nggak mau memendam rasa ini sendirian lagi nanti. Dan aku mau kamu tau itu.
Gadis hujan,
Yang genius periang tapi suka nangis dibalik hujan.
Aku mencintaimu.
Blue boy.
______________________________________
Siapa dia?
Blue boy?
Dari mana dia tau kalau aku suka nangis dibalik hujan. Mustahil kalau dia orang yang jauh dariku. Dia pasti selalu ada disekitarku. Tapi siapa??
Karna menangis dibalik hujan cuma aku lakukan ketika sekolah udah sepi dan yakin tinggal tersisa aku sendiri dihalte.
Dasar penggemar misterius. Aneh banget. Kenapa malah dia baru nampak dihari kelulusan sedangkan dia udah lama buntutin aku. Apa ini nggak percuma ya buat dia?
Tapi kenapa aku jadi yakin kalau bukan cuma masalah keberanian yang bikin dia nggak berani deketin aku. Dia pasti punya alesan yang lain.
Cowok zaman sekarang masih aja nggak punya nyali buat deketin cewek, kok kayaknya nggak etis banget ya. Kesannya nggak gentle.
Siapa sih ini cowok?
Tulisannya? Kayaknya aku merasa nggak asing. Tapi siapa ya??
Huft. Bodo amat lah.
Siapapun dia.
Semoga dia cowok baik2.
Karna dalam hati kecilku aku merasa deket banget sama dia.
*****
Sejak tadi aku kok belum ketemu langit. Huft. Salah sendiri dari tadi dia cuma sibuk sama pacarnya sedangkan aku dikacangin. Palingan dia juga nggak sadar kalau aku udah pulang tanpa minta dianterin. Bodo amat lah, itu hak dia berdua2an sama pacarnya, pelangi. Cewek manis dari SMK perkantoran satu tingkat dibawahku.
Ucup dicinta yang lagi aku pikirin udah tiba. Suara deru ninja memasuki halaman rumahku. Aku hafal betul suara motor itu.
Itukan suara motor langit. Ngapain tuh cowok kesini sore2?
Ku intip dia dari jendela kamarku yang letaknya dilantai dua rumahku.
Dasar cowok aneh. Dia main kerumah sore2 gini tanpa sempet ganti baju. Itu orang baru dari sekolah apa dari nganterin ceweknya pulang trus langsung kesini?
"Ra. Aku tau kamu ngintipin aku dari jendela kamar kamu" teriak langit menghadap kamarku. Tapi aku tetep bertahan diposisiku nggak langsung keluar dari persembunyianku.
"Udah deh ra. Cepetan nongol" lagi2 langit teriak2.
"Iya2. Kenapa sih?" Aku nongol dari balik jendela.
"Cepetan turun. Bisa2nya kamu pulang nggak bilang2"
"Heyyy.. cowok semprul.. salah sendiri kamu sibuk sama pacar kamu"
Dia mengernyitkan jidat.
"Kayaknya kamu salah paham deh ra. Cepetan turun sekarang"
"Iya2 bawel"
Aku segera turun dan mempersilahkan dia masuk rumah.
Padahal kenyataannya dia gak perlu nunggu aku turun karna kebiasaannya yang langsung masuk rumah. Rumahku terlalu familiar untuknya.
Mungkin sudah seperti rumah kedua untuknya. Semua penghuni rumahku sudah kenal betul sama langit.
Soalnya memang hanya dia sahabatku yang paling sering main kerumah setelah petir. Dan setelah putusnya kontakku sama petir, cuma dia satu2nya yang sering datang kerumah.
Tiap kali merasa bete, sering kali aku nyuruh dia dateng kerumah sekedar buat nemenin aku dalam diam masing2.
"Mau dibuatin minum?" Aku menawari
"Ntar kalau udah haus juga nyari sendiri" jawabnya tanpa beban
"Trus ada perlu apa?"
Pertanyaanku mebuat alis langit bertaut.
"Sejak kapan kamu nanyain tujuan aku dateng kesini?
Emangnya udah berapa hari aku gak mampir sampe2 kamu nanya gitu".
"Ok2. Pertanyaanku salah. Sekarang aku ulang. Kamu abis dari mana aja?"
"Nganterin pelangi pulang"
"Udah aku tebak sebelumnya" timpalku.
"Tadi pulang sama siapa?" Langit merubah topik
"Petir" jawabku jujur