"Bambang! Usir dulu tuh, temen lu!" pinta Patria.
"Gimana mau ngusir, kan ini emang rumahnya doi!" jawab Bambang.
"Yaudah, kalau gitu kita yang kabur aja deh!" teriak Wans dan Patria serempak sambil lompat dari gedongan si Bambang.
"Woy, Kampret! Kok gue jadi di tinggalin!" oceh Bambang.
Lalu Bambang kembali melihat ke arah Kiki si kunti.
"Gara-gara, Elu sih, Ki!" oceh Bambang kepada Kiki.
"Ih, Kok jadi salahnya Kiki sih?" keluh wanita yang ada di atas pohon beringin itu.
Kiki dan Bambang memang sudah bersahabat sejak kecil.
Kiki yang miliki nama panjang Kiki Nurachman dulunya adalah laki-laki berjari ngetril, dan saking ngefansnya sama Song Joong Ki, serta terobsesi ingin menjadi istri sahnya, akhirnya Kiki memutus kan untuk operasi merubah gender.
Namun sayangnya ketika sudah menjadi wanita, ternyata Song Joong Ki, malah menikah dengan Song Hye Kyo.
Akhirnya Kiki menjadi sangat frustasi dan memutuskan untuk gantung diri di atas pohon beringin. Dan jadilah Kiki si Kunti, cewek imut penghuni pohon beringin yang rendah hati.
Sedangkan Bambang yang memilik nama asli Bambang Magfur dan yang dulu memiliki nama panggilan sebagai Princes Furi memutuskan untuk menjadi lelaki sejati. Bambang tidak mau bernasib sama dengan Kiki, sudah terlanjur operasi malah patah hati.
Bambang mati-matian merubah dirinya menjadi cowok tulen dengan rutin fitness dan angkat beban setiap hari termasuk mengangkat beban hidupnya sendiri.
"Yaudah, Ki, kalau gitu, Furi, eh. Bambang pergi ke rumah dulu ya, mau nonton ikatan cinta, kamu baik-baik di pohon sini ya!" ujar Bambang kepada Kiki.
"Furi gak nonton drakor lagi?" tanya Kiki.
"Enggak, aku udah move on dari Le Min-Ho. Sekarang sukanya sama, Mas All,"
"Al, siapa?"
"Kamu gak tau, All?"
"Enggak!"
"Oh iya, lupa di dunia kunti mah mana ada TV," cerca Bambang.
"Eh, siapa bilang, jangan kan TV, bioskop juga ada!" sahut Kiki penuh bangga.
"Hah?!" Bambang sampai melongo karna heran.
"Yaudah kalau gitu, Kiki, mau pergi juga! Mau dugem dulu sama teman-teman, sesama Kunti!" ujar Kiki yang tak mau kalah updet dari Bambang.
Kiki pun melambaikan tangannya berpamitan dengan Bambang.
"Bye bye! Furi, alias Bambang!"
Hihi hihi hihihihihi ...!
Cling....
Kiki pun menghilang lenyap dari pohon beringin, sedangkan Bambang tampak masih keheranan mendengar ucapan Kiki tadi.
"Dugem?"
Seketika Bambang kemabali teringat dress warna merah muda yang dulu sering dia pakai untuk kumpul dengan para teman-teman satu gengnya di taman lawang.
"Astagfirullah alladzim, sadar, sadar, sadar, eling, eling, eling," Bambang pun mengusap-usap dadanya sendiri untuk menguatkan hati.
***
Pagi hari yang sedikit mendung, Patria baru saja terbangun dari tidurnya.
Terdengar suara berisik di luar, tepat di balik jendela kamarnya.
Patria yang merasa penasaran pun akhirnya melihatnya.
"Loh, itu, 'kan, Jamillah! Ngapain tu anak terima telepon pakek acara ngumpet-ngumpet segala?"
Patria yang penasaran pun mulai menguping pembicaraan Jamillah yang sedang telepon itu.
"Iya, bang Qimons, sampai ketemu di warung gado-gado, Ce Mimin ya?" ujar Jamillah.
".... "
"Iya, Jamillah bakalan dandan cantik,"
"...."
"Pastinya! Buat, Abang Qimons apa sih yang enggak!"
".... '
"Bye! Bye! Muaaach ...!"
Dan Jamillah mengakhiri obrolan teleponnya.
Seketika Patria menutup gorden jendelanya kembali dan pura-pura tertidur lagi.
"Qimons? Jangan-jangan, Jamillah pacaran sama—" Patria segera terbangun dari tidurnya dan bersiap-siapa mengikuti Jamillah, karna dia sudah mulai curiga, jika Qimons pacar Jamillah itu adalah, musuh bebuyutan gengnya, yaitu Qimon Kill Rabitts.
Pelan-pelan Patria keluar dari dalam kamarnya, dan mengintip Jamillah yang sedang asyik bernyanyi-nyanyi penuh riang gembira, sembari memoleskan kuas Blushon yang kemarin dia beli di toko material.
"Waduh, kok kuasnya agak kasar ya?" gumam Jamillah.
Rupanya meski sudah menggeluti dunia perdempulan sejak duduk di bangku SD, tapi Jamillah masih sulit membedakkan antara kuas blushon dan kuas cat tembok.
Setelah selesai berdandan, Jamillah pun berganti pakaian menggunakan dress warna merah tua di padu dengan sepatu boots warna kuning gonjreng, di tambah dengan hiasan pita di kepala sepanjang dua meter berwarna hijau daun sebagai pemanis.
"Jamillah emang cewek paling syantik, Serawa Goceng! Bang Qimons, pasti bangga banget punya cewek kayak Jamillah!" gumam Jamillah dengan bangga.
Jamillah pun keluar dari kamarnya penuh percaya diri, dan merasa dirinya adalah model papan atas, yang selalu tampil cantik mempesona, modis dan fashionable.
Jalmillah mendatangi warung Ce Mimin dengan mengendarai ojek online.
Sedangkan Patria, mengikuti Jamillah dari belakang menggunakan sepatu roda yang dia dapat dari hasil menjem milik anak tetangga.
Eh, bukan minjem, tapi lebih kenyolong, karna Patria lupa meminta izin.
Sesampainya di warung Ce Mimin, tampak Qimons sudah duduk manja di salah satu bangku pelanggan, dengan penampilannya yang tak kalah mencolok.
Celana cutbry, kemeja lengan panjang polkadot dengan rambut klimis belah tengah yang menjadi gaya andalannya.
"Bang Qimons!" Panggil Jamillah dari kejauhan.
"Neng Jamillah!" sahut Qimons dengan senyuman merekah penuh bahagia.
Mereka saling berlari dan berpelukan ala-ala di film India.
Padahal jarak antara Qimon dan Jamillah hanya satu meter saja, tapi mereka sudah berlari-larian heboh, penuh drama.
"Bang Qimons!"
"Jamillah!"
"Jamillah, kangen!"
"Sama, Abang, juga kangen!"
"Palukkan lagi yuk!"
"Ayuk!"
Semua orang yang ada di warung Ce Mimin melihat ke arah mereka berdua dengan tatapan nanar.
Sedangkan Patria terlihat mulai mual dan muntah-muntah karna tak tahan melihat kelakuan lebai sang adik dan salah satu member dari musuh bebuyutannya itu.
"Woy! Berisik!" teriak Ce Mimin.
Jamillah dan Qimons pun langsung menoleh ke arah, Ce Mimin.
"Syirik ya ...?" ledek Qimons sambil nyengir tak berdosa.
Dan Ce Mimin pun menjadi murka.
"Syirik! Syirik! Emangnya gue nyembah demit?!" cantas Ce Mimin.
"Eh, bukan Sirik yang itu tapi—"
Klontang!
Panci Ce Mimin pun melayang ke udara dan menyambar kepala Qimons.
"Wadidaw!" teriak Qimons sambil memegangi kumisnya.
"Kan, yang kena panci kepala, Bang!? Kenapa yang di pegang kumisnya?" tanya Jamillah.
"Soalnya, kepala, Abang sama kumis itu saling berhubungan, kalau kepala yang di pukul kumisnya yang sakit," jelas Qimons.
"Oww, gitu ya!" Jamillah manggut-manggut.
Sedangkan Ce Mimin langsung menghampiri mereka dan angkat bicara.
"Awas ya, kalau pada berisik lagi, bukan cuman panci yang melayang tapi juga elu yang bakalan gue lempar ke kolam lele kong Oesman!" ancam Ce Mimin.
"Wih, serem banget, Bang, kita pindah yuk ...." lirih Jamillah.
"Jangan, Neng. Kita makan di sini aja, soalnya di sini harga menu makanannya paling murah di bandingkan tempat lainnya." Bisik Qimons di telinga Jamillah.
"Ih, gak modal!" gerutu Jamillah.
"Irit, Beib. Kan buat modal nikah," lirih Qimons.
Sektika Jamillah kembali tersenyum manis, yang dapat menimbulkan diabetes.
Sedangkan Patria tampak duduk di bangku yang sedikit agak menjauh dari dua sejoli yang sedang di mabuk cinta itu.
Dengan wajah yang menunduk dan di tutup dengan koran, Patria tampak memantau gerak-gerik Jamillah dan Qimons.
"Maaf, Bang, korannya kebalik tuh," tukas Ce Mimin yang tiba-tiba muncul.
"Oh, iya!" Patria segera membetulkan posisi kertas korannya.
"Loh, Patria!?" teriak Ce Mimin.
"Sstt ... diam, Ce, saya lagi nyamar," ujar Patria.
"Nayamar jadi apaan? Kok gak pakek kostum?" tanya Ce Mimin.
"Iya, juga ya?" tukas Patria yang baru sadar.
Lalu Ce Mimin, memandangi penampilan Patria dari atas ke bawah, rupanya, Patria lupa tidak memakai baju, dan hanya menggunakan kolor motif Doraemon dengan rambut awut-awutan, tidak menggunakan alas kaki dan wajahnya masih di hiasi dengan sentuhan iler sisa semalam.
"Patria lagi nyamar jadi orang gila ya?" tanya Ce Mimin dengan wajah polosnya.
To be continued