Suasana pagi itu, masih terlihat begitu, asri.
Seperti biasa kicauan burung terdengar nyaring, dan menyejukkan jiwa.
Wans, duduk di bawah pohon beringin yang sejuk, dan di temani secangkir kopi hitam yang terbuat dari ... luak asli.
Wans memang tak pernah asal-asalan memilih kopi.
Sambil memandang langit nan biru dan di hiasi sinar mentari pagi sebagai penerangnya, sekelebat pikiran Wans mulai berkhayal.
Di sana ... di atas sana ... ada segumpal awan putih yang sedang melayang di awang-awang, dan perlahan awan putih itu pun berubah seketika menjadi wajah Salsa alias Marpuah yang sedang tersenyum kepadanya.
"Dedek, Salsa," sebut Wans sambil tersenyum.
Kembali menyeruput kopi hangat itu, dan kembali melanjutkan membayangkan wajah Marpuah, yang terukir lewat awan. "Cuaca sangat mendukung, tinggal di atas bukit, memang pilihan yang tepat, tapi sayang belum juga menemukan jodoh yang pas, baru calon jodoh, tapi sekarang masih di awan," ucap Wans.
'Huuuuft,' Pandangan masih ke atas, menatap awan. "Dedek Salsa, kapan turun? Jangan di atas terus, pegel lihatnya," keluh Wans yang tengah halu tingkat provinsi.
Pluk...
Terdengar sesuatu jatuh kedalam kopinya, seketika konsentrasi Wans menjadi buyar.
"Ah, sial ada yang masuk di kopi gue!" Wans langsung mengeceknya.
"Astaga! Korma siapa ini?!" Wans mengucek kedua matanya, "eh, kecoak deng! Kampret!"
Prang ...!
Wans melempar gelas itu begitu saja. Dia sangat kesal karna waktu santainya untuk mengopi jadi terganggu.
Dia masih bingung bagaimana ada kecoak terbang di tempat yang asri ini. Karna harusnya pasukan kurma imitasi dan bersayap itu berada di area toilet, bukan di sini.
Mengopi gagal, bayangan Salsa pun juga sudah hilang, semua gara-gara kecoak. Wans tampak kesal.
"Huh, sialan,"
Pluk....
Lagi-lagi ada sesuatu yang jatuh, tapi kali ini bukan jatuh di cangkir kopi lagi, tapi jatuh di kepala Wans.
"Jangan bilang ini ...." Wans mengangkat tangan dan mulai memeriksa di atas kepalanya terasa sedikit hangat, rada lembek sejenis pasta.
Dan....
"KYAAAA EE BURUUUNGGG!"
Tepat di atas kepalanya, seekor burung celepuk tengah santai di dahan pohon tanpa rasa berdosa.
Wans pun langsung berlari masuk ke rumahnya, untuk membersih kan dirinya, yang kini ternoda oleh... ah itu pokoknya
"Sialan, gini-gini pala gue di pitrahin emak gue, enak aja main jatohin rudal sembarangan!" gerutu Wans, dalam emosi tingkat dewa.
***
Satu jam kemudian, Wans sudah berada di ruangan laboratoriumnya.
Seperti biasa dia menghitung dan mencampurkan beberapa bahan untuk membuat temuan barunya
Tok tok tok!
Mulai terdengar seseorang mengetuk pintu.
"Siapa sih? Ganggu orang lagi konsentrasi aja," gerutu Prof. Wans sambil berjalan membuka pintu.
Ceklek.
Jeng... Wans di buat kaget setengah mati, setelah membuka pintu itu.
Sesosok pria berbadan besar dan berotot, tengah berdiri di depan pintunya dengan rambut acak-acakan mata panda, karna kurang tidur dan pandangannya kosong mirip zombie.
"Pa-pa-patria?! Lu kenapa?!" tanya Prof. Wans sedikit bingung.
Patria tidak menjawabnya, dia langsung memeluk Wans untuk meluap kan segala kesedihannya kini.
"Eh, tunggu kena-pa peluk-peluk ya?" tanya Wans yang bingung.
"Juju jahat, hik...." Jawab Patria sambil mewek.
"Tapi jangan peluk-peluk dong, emang gue cowok apaan?" komplen Prof. Wans.
"Ah, sok jual mahal!" cerca Patria.
"Iya tap—"
"Hueee!" tangisan tak tau malu Patria pun kian nyaring.
"Woy, Brow jangan nangis, malu sama otot, kan semua bisa di bicarakan baik-baik." ucap Wans yang sok menasehati.
Akhirnya Patria menceritakan bahwa Juju sudah merebut Salsa darinya.
Prof. Wans pun merasa geram terhadap Juju, bukan karna dia membela sahabatnya, tapi karna dia yang juga suka dengan Salsa alias Marpuah.
Dan tak lama kembali terdengar suara, ketukan pintu dari luar.
Tok tok tok!
"Sebentar, gue bukain pintu dulu ya, Brow," Wans meninggalkan Patria sejenak dan membuka pintu itu.
Ceklek!
"Kaka Wans, yang ganteng banget," Sapa Marpuah dengan ramah, "selamat pagi," lanjutnya.
Jantung Wans langsung berdegup kencang, saat melihat ternyata yang mengetuk pintu adalah Salsa.
"Dedek Salsa, ya ampun hari ini imut banget," Wans menggigit bibir bawahnya sendiri dengan gemas, "kayak anak ayam baru meletek," pujinya.
"Ih, Kak Wans, bisa aja," nyubit pipi Wans dengan gemas. "Jalan-jalan sama Pu'ah yuk,"
"Pu'ah siapa?"
"Eh, Salsa maksudnya," Marpuah langsung menapuk mulutnya sendiri yang keceplosan.
Dan tanpa memikirkan keberadaan Patria sahabatnya yang sedang patah hati, tapi Wans malah pergi begitu saja meninggalkan Patria di rumahnya.
Dan tentu saja hal itu membuat Patria merasa kecewa.
Dia yang kesal akhirnya mengobrak-abrik rumah Prof. Wans, begitu pula di bagian ruang laboratoriumnya.
Setelah mengobrak-abrik rumah Peof. Wans, Patria pun pergi begitu saja.
Tak peduli meskipun kepulan asap mulai keluar dari laboratorium rumah Prof. Wans.
Sementara, Prof. Wans malah asyik bergandengan tangan dengan Salsa, tanpa rasa bersalah, sebuah definisi seorang sahabat yang biadab
"Salsa, kita mau pergi kemana nih?" tanya Wans.
"Ke taman Kamboja, samping lapangan yuk, Wans," jawab Salsa.
"Itu, kan kuburan, Salsa,"
"Masa sih, kok Salsa baru tahu ya?" garuk-garuk kepala sembari nyengir tak berdosa.
"Eh, kita mampir ke sana aja ya?" Wans menunjuk ke sebuah hamparan kolam lele yang di hiasi tumbuhan teratai dan beberapa tumbuhan ganggang lainnya.
"Wah, itu kolam apaan, indah banget ya, kayak tempat shooting film Disney!" puji Marpuah yang takjub dan terlalu heboh.
"Yaudah, Wans ayo kita ke sana, sambil selfie-selfie biar di kira lagi di luar negeri," ajak Marpuah, dan dia langsung menarik tangan Prof. Wans.
Mereka duduk di pinggir kolam sambil melihat pemandangan sekitar, lalu tiba-tiba muncullah Juju yang menghampiri mereka.
"Eh, Salsa! Kamu ngapain di sini?!" tanya Juju yang mulai sedikit kesal.
"Eh Juju," sorot mata Salsa alias Marpuah menjadi kehijauan, karna saking terpesonanya melihat Juju.
Semua berkat jimat dari Mbah Tresno. Sebenarnya Marpuah, hanya ingin pacaran sungguhan dengan Juju, tapi karna misi dari Rudolf akhirnya membuat dia terpaksa pura-pura naksir dengan Wans, walaupun dalam hatinya terus meronta dan berkata, 'NAJIS' tapi Marpuah tetap profesional dengan tugasnya.
"Eh, Juju. Kok kamu di sini sih?" tanya balik Marpuah dengan canggung.
"Salsa,'kan udah jadi pacar Juju, terus kenapa masih deketin, si Wans?!" Juju melotot tajam menatap Salsa, "lagian dia itu burik, jangan mau dong dekat-dekat sama dia, nanti buriknya nular ke kamu lo!" ucap Juju mempengaruhi Salsa.
"Woy, maksudnya apa?! Jangan ngatain orang seenaknya dong! Burik teriak burik!" cerca Wans yang tak terima.
"Woy, emang lo, Burik!" hina balik Juju.
"Berani lo ama gua?!" tantang Wans.
"Berani lah!" jawab Juju.
Akhirnya mereka berdebat sambil dorong-dorongan di pinggir kolam lele, dan di saksikan oleh Marpuah.
Hati Marpuah sangat bahagia karna misinya untuk membuat mereka bermusuhan berhasil, tapi di sisi lain dia takut terjadi apa-apa dengan Juju, karna Marpuah jatuh cinta sungguhan dengan Juju. Dan kali ini pastinya bukan setingan.
Mereka masih berdebat hebat, saling hujat dan saling ungkit masa lalu, bahkan kalau di lihat dari raut wajah, sebentar lagi mereka akan saling berkelahi, Juju sudah mulai mengepalkan tangannya hendak menyerang Wans sahabatnya. Tapi belum sempat melayangkan pukulannya, tiba-tiba ada suara cempreng, khas Aki-aki yang memekik telinga mereka.
"WOY! NGAPAIN KALIAN BERANTEM DI EMPANG GUE HAH!?" teriak Kong Orsman si pemilik empang yang sedang murka.
Seketika Marpuah yang ada di belakang Juju pun kaget melihat kehadiran Kong Oesman.
"Awas ada Aki-aki Cabul!" Merpuah pun langsung berlari sekuat tenaga menjauh dari Kong Oesman, karna dia paling takut dengan Kong Oesman, menurutnya senyuman Kong Oesman itu sangat menyeramkan dan selalu membuat bulu kuduknya berdiri, entah karna apa, yang jelas suasana kolam yang indah berubah menjadi angker.
"Eh, Neng Cantik mau kemana?!" teriak Kong Oesman dengan suara genitnya. "Jangan tinggalin, A'a!"
Bruak!
Marpuah pun tak sengaja menabrak Juju yang ada di hadapannya, hingga Juju pun sampai berpelukan dengan Prof. Wans, dan yang lebih parahnya lagi bibir mereka juga saling beradu, mirip kejadian saat bersama Martiana Cemani asisten Mbah Tresno waktu itu.
Sebuah peristiwa Dejavu bagi Juju. Hingga dunia serasa berhenti berputar, dan mereka kehilangan keseimbangan lalu Juju dan Prof. Wans pun akhirnya terjatuh kedalam kolam.
BYUUUUUR...!
To be continued