Chereads / Cute Alligators / Chapter 14 - Penunggu Pohon Beringin

Chapter 14 - Penunggu Pohon Beringin

Vroom ...!

Ckit ....

Mobil mewah Didi Blue baru saja berhenti di depan markas Kill Rabbits.

Ceklek!

"Buruan keluar!" bentak Diblue kepada Merpuah.

"Ih, Bang Diblue, so sweet banget, pakek di bukain pintu mobil segala, Pu'ah berasa jadi princess de ah," ucap Marpuah sambil mencubit gemas pipi Diblue.

"Udah, jangan banyak cingcong, sono buruan mandi!" sergah Diblue seraya menutup hidung

"Ya ampun, Bang Diblue perhatian banget, sampai nyuruh mendi segala, Pu'ah berasa udah punya suami beneran!" sahut Marpuah.

Sedang dalam hari Diblue berkata, 'NAJIS'

Perlahan Marpuah pun mendekat ke arah Diblue dan membelai rambut klimis Didi Blue, sambil berkata, "Bang, nikah yuuk," 'Cling' Marpuah mengedipkan mata kirinya dengan manja.

"Mending, jadi perjaka tua selamanya kali ah," celetuk Diblue.

"Bang Diblue, ngomong apaan?"

"Enggak, salah denger kali lu!"

"Tapi, Pu'ah, kayak denger perjaka-perjaka gitu,"

"Iya, gue perjaka ting-ting, puas lo!"

"Eh, masa, Bang Diblue, masih perjaga ting-ting?!" Marpuah menatap lekat wajah Diblue. Diblue mengerutkan keningnya, sambil menatap sesaat Marpuah dengan sinis.

"Sini, Biar Pu'ah perawanin!" Ummmu... Pu'ah memanyongkan bibirnya ke arah Diblue.

"WANJAY!"

Duash!

Didi Blue yang reflect menendang wajah Marpuah dengan kencang.

Marpuah pun terpental dengan tubuh sedikit melayang-layang di udara lalu dia terjatuh tepat di atas kubangan lumpur.

"Bang Diblue, calon suami yang djolim!" teriak Marpuah.

"Bodo amat!"

Didi Blue tak peduli lagi dengan teriakan Marpuah yang terus mengeluh, dan sok teraniaya. Dia langsung menyemprot bagian dalam mobilnya dengan disinfektant. Setelah itu Didi Blue masuk kedalam rumah sambil memakai earphone dan menyetel musik dengan keras. Agar terhindar dari suara teriakan Marpuah yang dapat merusak kinerja otaknya.

***

Esok harinya.

Setelah kejadian di kolam lele kemarin, kini member Cute Alligators kembali akur.

Juju, Patria dan Prof. Wans, sedang bersantai di halaman rumah Prof. Wans.

Di temani kicauan burung dan kopi hangat, yang terbuat dari ... luwak asli.

Mereka tampak santai berembuk di bawah pohon beringin.

"Jadi gimana dengan musuh kita, apa sudah ada tanda-tanda serangan baru lagi?" tanya Juju.

"Belum sepertinya, mungkin mereka, para geng Kill Rabbits sedang menyusun rencana baru lagi, setelah perkelahian di perempatan jalan waktu itu," papar Prof. Wans.

Juju dan Prof. Wans sedang asyik mengobrol, tapi Patria malah asyik melamun.

Plak!

"Woy!" bentak Juju dan memukul kepala Patria.

"Kenapa pukul kepala gue?!" Patria langsung menoyor balik kepala Juju, "kepala gue di fitrahin tiap tahun nih jangan sembarangan pukul," gumam Patria.

"Iya, sorry khilaf gue, abisan ngelamun mulu sih lu, nglamunin apa?" tanya Juju.

"Gue lagi ngelamunin—"

"Ah, pasti lagi ngelamun jorok sama Ce Mimin ya?" sela Juju yang sok tahu.

Plak!

Plak!

Patria yang kesal sampai memukul kepala Juju dua kali.

"Woy, sakit nih!" keluh Juju.

"Ya, abisnya otaknya terlalu geser!" jawab Patria.

"Sok tau lu, mana ada otak gue geser, otak gue selalu bener!" pungkas Juju membela diri.

Plak!

Patria memukulnya kembali, dan kali ini tepat di bagian ubun-ubun. Juju langsung berdiri karna saking kesalnya, "Wah, cari masalah lu ya?!" Juju menunjuk-nunjuk wajah Patria.

"Gue gak nyari masalah Ju, gue lagi benerin otak lu, tadi otak lu masih geser dikit jadi gue pukul biar normal," Alibi Patria.

"Ssst, heh kalian berisik banget sih!?" bentak Wans yang merasa terganggu.

Seketika Juju dan Patria langsung terdiam, karna si pemilik rumah sedang marah.

"Ini tu tempat sakral gue mencari inspirasi, jadi tolong jangan berisik!" oceh Wans lagi.

Pluk!

Sesuatu jatuh mengenai kepala Wans. Perasaan Wans pun mulai tak enak, dia sudah menduga jika fenomena dejavu kembali menghampirinya.

Wans memeriksa sesuatu yang jatuh tadi, dan benar saja  benda jatuh itu adalah ....

"WOY BURUNG CELEPUK SIALAN!" teriak Wans memaki-maki burung yang sedang santui di atas dahan, pohon beringin.

Wans meraih bebatuan kecil untuk melempari burung itu agar pergi, sembari mengoceh-ngoceh tak karuan dan mengucapkan sumpah serapah.

Juju dan Patria mematung melihat tingkah kawannya yang sangat ajaib itu.

Lalu perlahan Juju menyikut pelan tangan Patria.

"Dia kenapa sih?" tanya Juju yang heran.

"Gak tau." Jawab Patria.

"Apa jangan-janga—"

"Kenapa?!"

"Jangan-jangan, dia kerasukan jin penunggu pohon beringin lagi!" jelas Juju dengan wajah dramatis

"Hah?! Serius, Ju?!"

"Serius lah masa enggak!"

"Kalau gitu, ayo kita ruqiah!" usul Patria.

"Ayo!" jawab Juju bersemangat.

Dan mereka berdua pun mendekat kearah Prof. Wans dan memegang kepala Wans bersama-sama sambil membacakan doa.

Dengan memegang kepala Wans, kuat-kuat, Juju pun mulai komat-kamit.

"Allahumma baarik lanaa fiimaa rozaqtanaa wa qinaa 'adzaa bannar." Wans menggeliat berusaha melepaskan kepalanya, sementara Juju masih fokus membaca doa.

"Fu fu fu keluar jin! Ayo keluar! Jangan malu-malu!" Bisik Juju di telinga Prof. Wans tapi dengan suara berteriak-teriak.

Akhirnya Prof. Wans pun menutup telinganya mirip orang kesurupan betulan. Padahal dia hanya tak tahan mendengar suara cempreng Juju di tambah aroma jengkol yang terus beriringan dengan bunyi suara.

Juju membacakan doa yang ada di atas berkali-kali, dengan gaya seolah-olah mirip Ustad sungguhan.

Patria yang mulai sadar dengan perbuatan Juju itu membuatnya tak tahan lagi.

Pletak!

Kembali Patria menjitak kepala Juju.

"Ah apaan sih jangan ganggu! Gue lagi fokus nih!" teriak Juju.

"Eh, lu baca doa apaan tu, KAMPRET!" Patria menoyor kepala Juju berkali-kali.

"Eh, tunggu-tunggu! Emang salah gue dimana!?" tanya Juju, dan tak sadar melepaskan kepala Prof. Wans dengan kasar, setelah itu dengan reflect menendangnya hingga Prof. Wans terpental, dan tubuhnya melayang ke udara lalu jatuh dengan kepala menyangkut di sela-sela pohon beringin.

"Lu pernah belajar ngaji enggak sih, Juju?!" Patria mulai frustasi.

"Ngaji dong, kan kita dulu ngajinya bareng, malah udah nyampek Iqro 2," jawab Juju tanpa rasa bersalah.

"Oh, iya, gue lupa!" Patria menepuk keningnya sendiri penuh sesal.

Sambil memeluk Juju, Patria berkata, "Gue nyesel Bro, harusnya dulu gue gak biarin lu bolos ngaji gara-gara main gundu, biar elu gak sesaat kayak gini hik!" Patria kembali melepas pelukannya perlahan, berharap Juju sudah sadar.

"Emang yang gue baca tadi itu doa apaan sih?!" tanya Juju yang masih juga belum sadar.

"Astagfirullahaladzim, yang barusan itu doa makaaaan! Jujuuuu!" ucap Patria dengan nada menekan bercampur geram.

"Woy! Kalian ngapain sih!?" teriak Prof. Wans yang kepalanya masih nyangkut di sela-sela pohon beringin.

"Eh, lo ngapain di situ, Bro?!" tanya Juju.

"Iya, kok bisa nyangkut di situ sih, udah kayak joran pancingan aja!" sambung Patria.

"Eh, Duo Kampret! Ini gara-gara kalian tahu!" teriak Prof. Wans.

Lalu Juju dan Patria berjalan mendekat dan membantu temannya itu untuk keluar.

"Ok, gue hitung sampai tiga ya!" kata Patria.

"Satu ... dua ... tiga!"

Mereka berdua menariknya dan akhirnya kepala Wans berhasil keluar dari sela-sela pohon beringin.

"Alhamdullilah keluar juga!" tukas Patria merasa lega.

"Lu gak apa-apa kan, Bro?" tanya Juju yang merasa tak berdosa.

Jeduag!

Wans mengadu kepala Juju dan Patria dengan kuat.

"Lo, ada apa sih ini?!" tanya Patria yang bingung.

To be continued

Hola croco lovers, sekali lagi Author ingin menjelaskan bahwa cerita ini hanya cerita fantasi yang  banyak mengandung unsur kelebaian dan juga ke absuran, jadi apa bila membaca cerita ini Anda tidak mendapatkan faedah, maka jangan sedih, karna cerita ini memang unpaedah hehe peace!

Done forget to klik power stone guys please ....