Happy Reading
***
Qanshana memejamkan mata, ia menghembuskan napas. Masih mencoba sabar mendengar apa yang diucapkan Adisty barusan.
"Kau tak akan bisa naik secepat ini jika kau tak menjual tubuhmu secara sukarela pada para penghibur itu. Jangan-jangan kekasihmu itu pria beristri? Jadi kau tak pernah mengumumkannya pada publik? Dia yang membantumu untuk naik kelas secepat ini 'kan? Dari perusahaan mana? Berapa harga sewamu? Katakan padaku?"
Oke!
Plak!
Plak!
Dua tamparan yang amat keras bersarang ganas di kedua pipi Adisty. Telapak tangan Qanshana mengecap merah dipipi Adisty yang putih bersih. Bahu Qanshana naik turun, ia sangat marah dengan segala tuduhan yang dilontarkan Adisty padanya.
"Qanshana!!" Mereka semua yang melihat pemandangan itu berteriak memanggil namanya. Walau tak tahu apa yang dikatakan Adisty pada Qanshana namun, mereka semua tidak menyangka jika Qanshana yang terkenal sabar menghadapi apapun terpancing juga emosinya.