Luna tertawa sendiri ketika menghayal tentang Brian dan dia selalu saja menguji bahwa pria mempunyai paras yang sangat tampan dan juga mempunyai tubuh yang kekar dan juga berotot.
Tanpa banyak memikir Luna selalu saja menyebut nama Brian ketika dia sedang sendirian dan juga tidak pernah telat untuk mengingatnya.
Suatu hari ketika sedang bersiap untuk pergi ke kampus Bunda Merlin pun bertanya kepada dirinya.
"Sudah siap ke kampus ya?" Tanya Bunda Merlin dengan nada yang sangat lemah lembut bertanya kepada anak gadisnya yang sangat cantik itu.
"Iya nih Bunda lagi siap-siap untuk pergi ke kampus, soalnya hari ini dosennya sedikit lebih cepat masuknya daripada biasanya makanya itu Luna cepat-cepat untuk pergi ke kampus," ujar Luna dengan memandang wajah Bundanya.
"Oh seperti itu ya makanya itu tadi Bunda juga kok heran karena kamu kan tidak pernah sepagi ini untuk datang ke kampus," ucap Bunda Merlin.
"Ya Bunda aku kan sudah menjelaskan yang penting aku sudah bilang duluan kepada Bunda kalau aku ada mata kuliah yang masuk pagi ini dan Bunda tahu dosennya itu sangat galak bunda, jadi aku tidak mau untuk berulah ataupun membuat dirinya marah," ujar
anak gadisnya itu.
"Oh ya sebelum itu Bunda boleh bertanya tidak dengan kamu?" tanya Bunda Merlin dengan memegang tangan Luna.
Luna pun kaget ketika melihat Bunda Merlin bersikap seperti itu kepada dirinya.
"Iya boleh kok Bunda memang ada apa sih aku jadi deg-degan ketika Bunda berbicara seperti itu," ucap Luna kepada Bunda Merlin.
"Bunda mau bertanya memangnya kenapa sih kamu ada sesuatu hal yang membuat kamu senang, soalnya Bunda sering sekali melihat kamu tersenyum dan mengkhayalkan sesuatu?" tanya Bunda Merlin kepada Luna.
Luna pun bingung mau menjawab apa tentang pertanyaan Bundanya itu karena dia tidak ingin Bundanya kecewa kepada dirinya karena dia telah menyukai seseorang yang baru saja dia kenal.
Dan tanpa melihat siapa lelaki itu.
"Kenapa sih nak kamu diam saja kan Bunda bertanya, tapi kalau memang kamu belum siap menceritakan semuanya kepada Bunda, sudah aku tetap setia menunggu sampai kamu mau berbicara kepada Bunda," ucap Bunda Merlin dengan sangat tulus kepada anak gadisnya itu yang sedang malu-malu untuk berbicara kepadanya.
"sudah Bunda Merlin menyodorkan sekotak makanan untuk bekal Luna ini Bunda tadi sudah membuatkan makanan buat kamu untuk bekal kamu ya nanti dimakan di sana," ujar Bunda Merlin.
Luna pun tersenyum manis dan menatap wajah Bundanya dan seraya mengambil kotak yang berisikan makanan untuk nya
"Terima kasih banyak ya bunda, sudah mempersiapkan semuanya, padahal aku sudah besar seperti ini tapi Bunda masih sangat sayang kepadaku, Oh iya Bunda Lina mana?" tanya Luna kepada Bunda Merlin.
"Dia lebih awal pergi daripada kamu pergi ke sekolahnya, jadi dia sudah berangkat duluan," ujar Bunda Merlin.
"Oh seperti itu ya Bunda ya sudah Bunda aku bersiap untuk pergi ke kampus ya," ucap Luna dengan mengambil tangan Bundanya untuk dia cium.
Tidak lama kemudian dia bergegas untuk pergi ke kampus. Ketika itu dia bertemu dengan Ayahnya dan tak lupa pula dia mencium tangan Ayahnya dan segera bergegas untuk pergi ke kampus.
Ayahnya pun bertanya kepada Bunda Merlin.
"Sebenarnya apa yang terjadi kenapa Luna begitu bahagia dan juga sekarang dia berangkat ke kampus saja sepagi ini?" tanya Ayah Rian kepada Bunda Merlin.
"Entahlah, aku juga tidak tahu pasti, tadi aku sudah sempat berbicara soal itu tapi dia masih belum mau menceritakan semuanya kepada aku! Jadi gimana kamu sudah fix kan untuk bekerja di tempat yang baru?" tanya Bunda Merlin kepada suaminya.
Tiba-tiba Ayah Rian mengerutkan dahinya dan juga menunduk di depan istrinya itu.
"Aku tidak tahu bagaimana sebenarnya sih tempat itu sudah rekomendasi banget, tapi aku bekerja di situ harus dengan cara yang hati-hati dan gajinya pun tidak terlalu banyak seperti tempat kerja aku yang lama," ucap Ayah Rian yang berbicara sedikit lesu kepada Bunda Merlin.
"Kamu tidak boleh berbicara seperti itu, apapun pekerjaan kamu dan berapapun penghasilannya harusnya kamu bersyukur! Tidak ada orang yang langsung saja naik karena semuanya butuh proses! Mungkin gaji kamu masih sedikit tapi lama-kelamaan kamu bekerja di sana dan juga akan terasa kok bagaimana gajinya di sana," ujar istrinya kepada Ayah Rian yang selalu saja menyemangati Ayah Rian untuk bekerja dan mencari nafkah untuk nya dan juga anak-anaknya.
Ayah Rian terlihat sangat kecewa dengan apa yang dikatakan olehnya dan dia sangat terpukul ketika mendengarkan perkataan dari istrinya yang sangat bijaksana untuk menasehati dirinya.
"Kamu benar! Aku tidak boleh berkecil hati ataupun memilih dalam soal pekerjaan, kalau aku selalu saja memilih bagaimana dengan keadaan rumah tangga kita ini, apabila aku tidak langsung mencari pekerjaan! Iya kan," ujar suaminya itu kepada Bunda Merlin.
Bunda Merlin pun hanya tersenyum manis dan juga lalu membuat suaminya itu bangkit kembali dan juga tidak mempermasalahkan gaji ataupun pekerjaan yang dilakoni.
Tiba-tiba ketika Bunda Merlin dan Ayah Rian berbicara banyak seharian pun mau lihat ada buku diatas meja buku itu sangat tebal dan juga banyak tulisan di dalamnya.
"Buku siapa?" tanya Ayah Rian kepada Bunda Merlin.
Bunda sontak kaget ketika melihat buku yang sangat tebal itu dan terbiar dibiarkan terbuka udah bergegas untuk mendekati buku itu dan juga mengambilnya.
"Aduh sepertinya buku Luna deh yah kalau begitu biar Bunda simpan saja daripada nanti dia cari dan dia pasti kebingungan," ujar Bunda dan akhirnya Bunda menyimpan buku itu dan juga tidak ingin membuatnya tercecer.
Sementara itu Luna yang sedang ada di perjalanan untuk pergi ke kampusnya mendapatkan pesan singkat dari nomor yang tidak ada di handphonenya.
"Hari ini kamu ke kampus kan?" begitulah isi pesan singkat yang masuk ada ponsel wanita cantik bernama Luna itu.
"Siapa sih ini! Kenapa dia langsung saja kirim pesan kepadaku seperti ini ya, mungkin ini Gadis," batin Luna yang bertanya-tanya sebenarnya siapa yang mengirimkan pesan singkat itu kepada dirinya.
Luna sibuk sendiri dengan urusan ponselnya yang mendapatkan suatu pesan dari seseorang yang tidak dikenal sampai dia lupa bahwa jam sudah mengarah ke waktu yang sangat tepat dengan masuknya dosen.
"Ya ampun gara-gara ponselku berbunyi dan aku lihat pesannya dan malah berpikir siapa yang mengirim pesan ini, sampai-sampai aku sudah mau lambat," gumam Luna dengan sangat panik.
Dia pun berlari dengan nafas yang tersengal-sengal. Dia berlari sekuat tenaganya dan juga tidak memikirkan apapun yang akan terjadi.
Beberapa detik sebelum dosen itu masuk ke kelas Luna, Luna terlebih dahulu sudah masuk di dalam kelas.
"Akh aku hampir saja telat dan aku tidak tahu kenapa aku sering banget telat seperti ini," ujar Luna kepada Gadis dengan nafas yang tidak teratur.
"Kamu duduk saja aku tenangkan pikiranmu dan tenangkan dulu nafas dan semuanya itu karena sedikit lagi juga akan datang dosen itu, tidak enak dilihat kalau kamu masih sama seperti itu!" Tegas Gadis yang memerintahkan Luna untuk mengatur nafasnya.
"Huh rasanya males sekali kalau aku harus terburu-buru seperti ini dan juga tidak tenang hatiku jika aku terlambat seperti ini," ucap Luna kepada Gadis.
Gadis pun tersenyum sinis kepada karena dia merasa Luna memang salah dan selalu terlambat ke kampus.
"Sudahlah kamu sudah perlu berbicara seperti itu yang kamu butuhkan sekarang mengatur nafasmu dan sedikit lagi dosen akan memulai pembelajarannya!" Tegas Gadis kepada Luna.
"Ya ampun, iya-iya teman aku yang bawel ini aku juga sudah lumayan teratur kok nafas ku," ucap Luna dengan mengeluarkan pena dan juga bukunya.
"Selamat pagi anak-anak!" ucap dosen killer yang masuk di dalam kelas dan menghentakkan kakinya yang menggunakan sepatu hitam mengkilat dan menggunakan kemeja yang sangat rapi.
Dosen itu berbadan gemuk dan juga ditakuti oleh seluruh mahasiswa.
"Selamat pagi Pak," uca seluruh mahasiswa di kelas.
Dosen itu langsung saja memandang Luna yang masuk terlihat ngos-ngosan dan juga tidak teratur nafasnya.
"Kamu kenapa? habis di kejar hantu atau dikejar-kejar setan?" ucap Bapak dosen killer itu kepada Luna.
Luna pun panik ketika mendengarkan perkataan dari dosen itu dia tidak bisa berbuat apa-apa dan seperti mengunci bibirnya untuk berbicara.
Luna ketakutan dan juga panik ketika itu Gadis pun menyahut apa yang ditanya oleh dosen itu.
"Maaf pak dia kurang enak badan jadi dia nafasnya tidak teratur seperti itu, maaf ya Pak," ucap Gadis dengan sangat sopan kepada dosen killer itu.
"Oh seperti itu ya, kalau tidak enak badan silakan istirahat saja, daripada nanti malah simpan di sini Bapak yang repot," ketus dosen killer itu.
"Bisanya dia bisa berbicara seperti itu, kenapa sih dia ada masalah apa sih dengan sangat pelan berbicara kepada Gadis," gumam Luna.
"Kamu tidak usah membicarakan itu kalau sampai dosen itu mendengar semuanya kamu bakalan dihukum!" tegas tahu Luna agar bersikap hati-hati kepada dosen.
bersambung