Sinar matahari yang terasa menyengat turun ke bumi. Namun, tetap tidak menghambat acara KISC dimulai.
Para penonton yang hadir di stadion sederhana itu bersemangat dan mengebu-ngebu. Mengharapkan idolanya menang dan meraih medali di acara ini. Teriakan demi teriakan mereka lontarkan, tuk memberi semangat pada para yang disemangati.
Termasuk, Helena.
Soloist tersebut juga tadi hampir terbelalak kaget begitu memasuki area stadion. Dia bahkan mengusap wajahnya sambil menunduk menahan malu.
Apa? Kenapa penggemarku datang?
Tidak salah lagi. Sebagian besar penonton mengangkat lighstik seorang soloist wanita terkenal—yang tak lain adalah lighstik resmi Helena.
Bukan maksud Helena untuk berpikiran begitu. Hanya saja, dia hanya akan menjadi MC. Bukan idol yang akan ikut acara KISC bulan ini.
Bukankah aneh jika banyak penggemar yang datang—padahal bukan idolanya yang akan tampil.
Karena penasaran, Helena berbisik pelan pada salah satu penggemar. Meski pun dalam jarak dua meter dari batas tempat duduk penonton.
"Kenapa ... kamu datang? Aku, 'kan, tidak akan tampil di acara ini." Helena saat itu bertanya dengan polos. Seakan, wanita dengan balutan jaket hitam itu benar-benar tidak mengerti. Dia memilih untuk bertanya pada penggemar perempuannya saja. Ya, akan sangat canggung jika Helena bertanya pada penggemar pria.
Tampak, yang ditanya langsung tersenyum kegirangan. Ia telah dinotice oleh idolanya sendiri. Dengan gugup, perempuan itu berujar dengan agak keras. "Tanyakan pada para penggemar priamu, Heleeen!" Ia bersorak sembari menggerak-gerakkan llighstik yang di pegang ke udara.
Helena mengernyit bingung. Pada akhirnya, dia memilih untuk menuruti apa yang salah satu penggemar perempuannya katakan.
Lantas, Helena menatap salah seorang pria tampan yang juga menatapnya—sembari memegang lighstik resmi Helena di tangannya.
Helena berdehem tuk mencairkan suara. "Kenapa para penggemarku yang banyak? Aku tidak ikut tampil, bukan?" tanya Helena dengan konteks yang sama seperti yang tadi ia tanyakan pada salah seorang penggemar perempuan.
Pria tampan yang ditanyai itu tersenyum. Oh, kenapa para fanboy Helena sangat tampan?!
"Karena itu, kami ingin protes agar Helen juga dapat mengikuti acara KISC ini sebagai peserta. Kami, 'kan, tidak pernah melihat Helen berolahraga!"
Helena mengusap wajahnya pelan. Jika mengingat kejadian tadi, ia akan merasa sangat malu.
Pikiran penggemarnya sungguh—ah, sudahlah.
"Helena? Kau baik-baik saja?" Tepukan seorang pria di bahu Helena berhasil membuat wanita itu kembali sadar.
"Ya? Oh–tentu saja."
Ceburkan aku ke sungai!
Helena merutuki dirinya sendiri. Ia menjawab pertanyaan Sojeong tanpa melihat ada mic kecil yang sedang dipakai. Mic tersebut berada tepat di samping bibir Helena, direkatkan dengan sebuah perekat agar mic tidak terjatuh.
Sudah dapat dipastikan, suara gelagapan Helena tadi sampai hingga telinga para penonton.
Sojeong tertawa canggung. "O–oh ...."
Hahaha. Aku ingin pulang ke apartemen ....
Wanita dengan rambut pirang lurus terurai tersebut mendadak merasa malu. Namun, ia harus setegar batu karang. Kenapa tidak ada yang memberitahunya?!
***
"Aaaaa! Kai Oppa!"
Sedetik setelahnya, pria yang dipanggil menoleh tepat di hadapan seorang perempuan remaja yang memanggil. Dia tersenyum sopan, membuat perempuan itu kembali berdebar tak karuan.
"Jangan terlalu keras berteriak, tenggorokanmu bisa sakit." Suara serak dan berat Kai kini menjadi perhatian semua penonton. Meski pun ada pembatas antar dirinya dan kursi para penonton, tetapi suara Kai terdengar jelas lewat hembusan angin yang berasal dari atas stadion yang terbuka.
Entah yang keberapa kali, teriakan para perempuan menggema. Apa suara Kai sangat luar biasa? Hingga, membuat banyak orang tidak tahan sehingga mengeluarkannya lewat teriakan.
Teriakan para perempuan semakin meninggi takkala melihat Kenzo yang menepuk pelan bahu Kai. Pria blasteran Korea–Jepang itu terlihat tampan dengan setelan seragam olahraga bewarna biru langit. Ujung-ujung rambut pirangnya menyebar menutupi dahi, membuatnya seperti pria dingin yang memiliki hati hangat.
"Ayo! Kau terlalu lama tebar pesona," bisik Kenzo pelan di telinga Kai.
"Jasper Hyung?" Tatapan mata Kai menyebar ke beberapa tempat, termasuk belakang Kenzo. Ia tidak melihat pria yang selalu jahil dan membuat masalah itu.
"Dia bersama Jaemin dan Leon Hyung. Kau terlalu banyak bertanya, ayo menyusul mereka. Kita akan telat." Kenzo merangkul Kai dengan akrab, mengajak pria yang lebih muda darinya itu untuk pergi ke suatu tempat.
Kai setengah mengangguk, karena memang dari awal adalah menghadiri acara yang telah dipilihkan oleh Direktur Utama FG Entertainment.
Sepanjang berjalan mencari tujuan, Kenzo terus saja melambaikan kedua tangannnya ke atas—tepat di bangku penonton penggemarnya. Tak lupa dengan senyum hangat yang merekah begitu saja.
Hal tersebut akan membuat Kai kesal dan samar-samar berdecak pelan. Bukan apa—hanya saja, saat Kai bersama penggemarnya tadi, Kenzo mengatakan seolah-olah Kai sedang tebar pesona. Sadarkah dia, bahwa yang paling banyak tebar pesona adalah dirinya sendiri.
Mendapati tiga pria dari sekumpulan orang yang dicari, Kai segera melepaskan tangan Kenzo yang merangkulnya. Pria tampan dengan rambut hitam tersebut segera melepaskan diri dari orang yang sedari tadi 'tebar pesona'.
Dia berjalan menuju arah sekumpulan orang dengan setelan pakaian yang sama dengannya. Pakaian olahraga. Hanya, berbeda warna saja.
"Hyung." Kai berbisik, tepat di telinga Leon yang tengah asik berbincang dengan teman—lintas agensinya.
"Apa?" Tanpa menoleh sedikit pun, pria yang dijadikan 'Leader' di dalam group tersebut menyahuti panggilan Kai. Oh, ternyata teman jauhnya tak se–berharga teman yang sudah bertahun-tahun menemani.
"Dasar! Sedari tadi aku mencari dan menunggumu. Ternyata yang dicari sedang asik sendiri."
Mungkin suara Kai tidak terdengar oleh orang-orang. Namun, bagi Leon, suara itu begitu menusuk tepat di telinganya. Walau memang benar bahwa Kai mengatakan hal tersebut di telinganya.
Terpaksa pada akhirnya Leon menghentikan sejenak obrolannya yang sedang asik-asiknya itu. Kedua sudut bibirnya terangkat pelan, tetapi langsung hilang ketika menoleh ke arah Kai.
"Bukankah ada Kenzo?" tanyanya setengah menggeram.
Kai berpikir bahwa pria di depannya ini sangat pandai mencari alasan. "Bilang saja Hyung tidak mau diganggu."
"Ya, memang aku tidak mau diganggu. Apalagi ketika topik pembicaraan sedang seru-serunya. Tapi, sepertinya acara segera dimulai." Leon mendongak ke depan, melihat layar lebar yang super berukuran besar terpampang. Terlihat ada tiga MC dengan pakaian formal, mereka tengah membawa acara ini ke intinya.
"Hyung menyahutiku karena memang acara sedang dimulai. Sungguh luar biasa–"
"Di mana mereka? Kau tunggu di sini, aku akan mencari ketiga anak nakal itu!"
Lagi-lagi, Kai diabaikan dan hanya mendapat sebotol air mineral dari hyung–nya yang kini sudah berlari komat-kamit mencari member yang lain.
Ya, Kai baru sadar bahwa dirinya sudah tidak melihat Kenzo lagi. Oh, bukan salahnya, 'kan? Sudah dipastikan pria itu tengah bersama penggemarnya atau membuat suatu keributan.
Kai tidak ikut campur. Tugasnya hanya menjaga botol air mineral yang dipercayakan oleh hyung–nya.