Seringkali aku merasa bahwa mimpi adalah bunga tidur yang akan selalu menghiasi tidur panjang seseorang. Orang-orang dalam mimpi adalah kenyataan pahit yang tidak bisa di dapatkan saat mata terbuka, serta keindahan mimpi hanyalah ilusi semata.
Namun yang kurasakan dalam mimpi itu berbeda, terutama untuk tokoh Farida. Dia seperti bayangan kelam yang membuatku terus diikuti rasa bersalah. Seolah mimpi itu adalah nyata, rasa ini pun lebih nyata. Jika memang hanya ilusi, kenapa harus begini?
Aku masih tidak mengerti penyebab mimpi itu datang. Tapi aku tahu, ini pertanda tak bagus. Mungkin ini berhubungan dengan Umar, lelaki yang masih mengisi relung hati ini. Seringkali aku menyadari bila Umar begitu nyata di mimpiku, apa perasaan dapat menembus mimpi? Dan entah mengapa, tiba-tiba satu pertanyaan tercipta. "Apa aku seperti sebuah mimpi di kenyataan Umar?"