"2 bulan kemudian"
Tidak terasa 5bulan sudah aku duduk di bangku SMA.
Aku menyukai sekolahan ini, jadi benar apa kata mereka yang sudah dewasa kalau masa terindah itu masa ketika di putih abu-abu.
Waktu itu pelajaran Fisika, tiba-tiba ketika kami sedang mengerjakan tugas dari guru, salah seorang murid memberitahukan bahwa aku di panggil ke kantor.
"Ruby... Kenapa kamu dipanggil?" Tanya Zizie.
"Aku juga tidak tau..." Jawabku dengam ekpresi kebingungan.
Ketika aku berjalan ke kantor aku melewati depan kelas kak Rizky dan kebetulan dia keluar kelas, mungkin ke toilet.
Kami berpapasan dan kami saling pandang dan tersenyum, bahkan ketika dia sudah berlalu aku menoleh kebelakang sambil terus berjalan. Seperti ada yang aneh ketika aku memandangnya. Dia juga menoleh ke arahku.
Seperti ada rasa rindu yang terpendam saja. Tapi ini sangat aneh, kami setiap hari selalu bersama, entah itu ke kantin ke perpus atau duduk-duduk di bawah pohon akasia. Dan itupun sering berdua saja tanpa Arif.
Tanpa terasa langkah kakiku sudah menginjak di depan kantor.
Ku ketuk pintu dan ku ucapkan salam. Aku kaget ketika memandang kedalam di sana ada papa dan mamaku menyambutku dengam senyuman.
"Ruby... Sini masuk...!!!" Perintah guruku dan mempersilahkan aku duduk di samping mamaku.
"Ada apa ini...???" batinku. Akupun duduk dengan tanda tanya besar dikepalaku.
"Rubby... Jadi begini... Mama sama papa kamu barusaja mengurus surat kepindahanmu, kamu akan pindah ke Bandung dikarnakan papamu berpindah tugas kesana.
Aku keget dengan pernyataan guruku, ingin aku berlari dan menangis tapi ini di kantor, pasti tidak akan sopan. Aku hanya diam tanpa berkata apapun, aku mencoba untuk menahan buliran bening ini jatuh walau rasanya sudah tak mampu mata ini untuk membendungnya.
Aku tertunduk menyembunyikan setiap rinai tirta bening melompat membasahi pipi ketika kudengar bahwa hari ini papa mamaku menjemputku untuk pulang dan berangkat ke bandung esok hari.
Dalam ingatan ini masih kuat semua tentang seniorku, kak Rizky. Senyumnya, tawanya perhatiannya bahkan ketika aku melompat memeluknya ketika aku kejatuhan ulat bulu di bawah pohon akasia itu berulang-ulang terekam dalam memory ingatannku.
"Ayo sayang... Ambil tasmu...!!!" Seru mamaku.
Aku keluar dan sedikit berlari namun ketika aku sudah mendekati kelas kak Rizky aku berjalan perlahan berharab aku melihatnya.
Namun tak aku jumpai dirikya di dalam kelas, bangkunya masih juga kosong... Apakah dia masih di toilet... Ga mungkin aku menyusulnya ga lucu.
"Selamat siang..." salamku pada guru yang mengajar didalam kelasku.
Beliau tersenyum namun nampak berat, sekalian aku berpamitan pada teman-temanku bahwa hari ini adalah hari aku terakhir bersekolah di sini.
"Zie... Sampaikan salamku pada kak Rizky..." bisiku singkat lalu aku pergi melangkah meninggalkan kelas ketika kedua orang tuaku sudah berada di depan pintu kelasku.
Selama perjalanan aku masih saja menangis. Bahkan sampi tiba di rumah.
"Kenapa sih papa sama mama ngomongnya mendadak banget...?" protesku ketika kami sudah tiba di rumah dan aku melihat barang-barang yang sudah di kemasi, tertata rapi di ruang tamu.
"Papa juga dapat berita ini mendadak dari kantor sayang" Jawan papaku merasa bersalah.
"Papa bohong... Mana ada kalau dari Solo ke Bandung semendadak ini...? Tidak mungkin kan...?"
"Iya.. Satu minggu lagi, tapi papa rasa membereskan sekolahmu dulu lebih baik, besok kamu dan mamamu ke bandung dulu, untuk mencari sekolah baru untukmu" kata papaku.
Akupun berlari kekamarku, aku kecewa dengan mereka, aku rasanya tidak mau pindah.
Tak lamakemudian kakak dan ibuku masuk kedalam kamarku, tapi aku masih saja membelakanginya, aku enggan melihatnya.
Sampai pada akhirnya papaku meamnggil ibuku dan hanya tinggalah aku dak kakaku Liana saja yang ada di dalam kamar ini.
"Sudahlah... Dengan kecerdasanmu kamu bisa kok cari sekolahan yang setara dengam sekolahan ini, atau bahkan lebih unggul" Kata kakaku yang tanpa aku sadari sudah duduk di kasurku.
"Kamu memikirkan Rizky....?" katanya ragu-ragu.
"Di Bandung cowonya Arjuna semua, kamu bisa cari yang lebih darinya..."
"Kak... Kalau aku mau yang lain dari dulu juga aku bisa... Arif dublikatnya juga suka sama aku, kalau aku hanya menyukai rupa kenapa ga Arif saja. Bukan soal rupa tapi hatinya dan aku cuma mau dirinya..."
"Kamu percaya takdir dan jodoh bukan...? Jika dia memang jodohmu takdir akan menyatukan kalian walau kaliam berjauhan.
Dan sebaliknya walau kaliam berdekatan dan berpacaran atau tunangan sekalipun jika kalian tidak jodoh, maka takdir juga akan memisahkan kalian berdua..."
Aku menoleh ke arah kakaku, ia benar apa yang dia katakan, mungkin ini aku sedang dalam ujian, tapi kenapa hati ini yakin kalau Rizkylah jodohku, dan aku percaya takdir akan menyatukan kami di waktu yang tepat.
"Iya kakak benar... Tapi ini semua seperti sebuah rasa yang tertinggal..."
"Karna kalian belum sama-sama mengutarakan isi hati kalian bukan"
Aku mengangguk Perlahan.
"Selama ini aku menanti dia untuk mengatakannya lebih dulu... Tapi dia tak juga mengatakan sampai pada akhirnya aku harus pindah tempat sekolah dan jauh darinya"
"Ya sudahlah... Ayo kita makan siang, ibu tidak masak, tapi beli di luar..."
Kamipun keluar dan makan siang bersama.
"Kita berangkat besok pagi ya ma...?"
"Iya Ruby... Kenapa...?"
"Iya gapap, cuma tanya saja"
"ting...tong...."
"Biar Ruby saja ma yang buka pintunya..." kataku lalu bergegas. Ke depan, karna kebetulan aku makannya sudah selesai
"Cekllek...."
"Kak Rizky... Ayo masuk kak..."
"Tidak Ruby... Aku cuma mau nitip sesuatu saja..."
"Nitip apa kak...?
"Bagaimana kalau kita sambil jalan-jalan ke taman depan sana saja...?"
"Boleh... Ayo kak...."
"Ma... Sebentar ya..." teriaku dan akupun pergi berjalan kaki dengan kak Rizky.
"Kamu mau pindah ke Bandungkan... Ini aku titip, kamu jaga ya..." katanya smbil menyerahkan kalung setengah hati berwarna merah delima.
"Apa ini kak...?"
"Ini adalah batu... Kamu tau ini batu apa?"
"Tidak... Wow bagus sekali kak..." kataku kagum.
"Ini batu ruby... Lihat indahkan... Seindah dirimu..." Ucapnya tersenyum.
"Sini aku pakaikan di lehermu" katanya lalu memakaikannya padaku.
"Lihat... Kamu jaga ya kalung itu, dan aku juga mengenakan setengah potongan hati itu di leherku. Kelak jika kita bertemu maka leontin ini akan menyatu membentuk hati yang sempurna..." Ucapnya lalu memeluku erat.
"Ayo siap-siap berangkat Ruby..." teriak ibuku.
Sedangkan aku masih saja terhanyut dalam pelukan kak Rizky.
"Piyyaaaakkkk...."
"Hah... Air apa ini...? Mama kenapa menyiramkan aku air...?"
"Sudah jam 5.30 Ruby... Ayo cepat mandi karna jam 8 kita harus sudah ada di setasiun atau kita kan ketinggalan kereta api" kata ibuku.
Jadi semua itu tadi cuma mimpi...?
Tapi pelukan kak Rizky tadi seperti nyata saja...
Tapi benar tadi cuma mimpi yang ku kenakan bukan kalung dari batu Ruby tapi masih saja crystal putih milik almarhummah Bella.
Aku bergegas kekamar mandi dan mempersiapkan segalanya.
Aku berias merapikan rambutku didepan cermin, aku bermaksut pergi untuk sarapan dulu, tapi tunggu... Ada yang menjanggal di cermin...
"hah... Kalungnya... Kalung crysral putih berubah merah delima, batu Ruby berbentuk setengah hati...?"
Aku coba melihat langsung dan ku pegang leontin kalung ini. "Hah... Benar... Bagaimana bisa berubah begitu...?"
Aku jadi paranoitan dan berlari kemeja makan.
Mau tanya ke mamaku atau papa bahkan kakak Liana sekalipun pasti mereka tidak akan percaya, dan yang ada, mereka malah akan menganggap aku gila lagi.
Heeemmmmbbhh.... ya sudahlah....
Kini aku makan bersama mereka sebelun akhirnya aku mama dan kakaku berangkat ke stasiun kereta api.