Segera setelah Ning Xiaoyao kembali mendarat di tanah yang datar, ia melihat sekeliling untuk mencari jalan sebelum kemudian mendengar suara-suara. Seseorang berteriak nyaring,
"Ini ketidakadilan bagi Panglima Tertinggi!" Suara itu sama persis dengan suarla pria yang menghadap kepadanya dengan tergesa-gesa dan membuatnya pingsan beberapa saat yang lalu. Ning Xiaoyao berdiri diam sesaat sambil berpikir, lalu kemudian memutuskan bahwa pria tersebut mungkin bisa membantunya.
***
Pengawal istana telah memaksa Fang Tang untuk berlutut di tanah. Saat ini teman-temannya sesama tentara dipenuhi oleh kesedihan dan kemarahan, namun tidak punya pilihan kecuali hanya bisa berdiri di sekitarnya dan melihat saja. Baru saja Fang Tang telah menerobos kamar tidur Kaisar dan mengejutkan Yang Mulia hingga jatuh pingsan. Ia tahu bahwa ia sudah dipastikan harus mati, karena itu ia membuka mulutnya untuk berteriak.
"Kami mengikuti Panglima Tertinggi pergi untuk bertarung dengan sengit dengan bangsa Hu Utara di Night Crow Pass. Panglima Tertinggi saat itu ditembak oleh 6 anak panah, tapi tetap bertahan di garis depan tanpa mundur! Setelah kami mengalahkan Bangsa Hu Utara, bahkan sebelum kami sempat melepaskan baju zirah yang kami kenakan, kami dipanggil untuk kembali ke Ibukota! Kalian hidup dengan damai hanya duduk-duduk tanpa mengangkat 1 jaripun, jadi apa yang kalian lakukan sekarang? Panglima Tertinggi bersekutu dengan Hu Utara dan mengkhianati negaranya? Pah!"
"Bungkam dia!" Perintah Komandan pengawal istana. Dua pengawal istana mengeluarkan kain untuk menyumpal mulut Tang Fang. Beberapa tentara yang mengenakan baju zirah hanya bisa berdiri diam tak berdaya melihat Tang Fang akan dipermalukan. Mereka bisa saja menggunakan tinju mereka, tapi bagaimana dengan keluarga mereka yang tinggal di Ibukota ini? Mereka sih tidak keberatan bila harus mati, tapi bagaimana bila akibatnya keluarga mereka jadi ikut terseret masalah ini juga?
Saat itulah Ning Xiaoyao muncul di hadapan Tang Fang.
"Yang Mulia?" Komandan Pengawal Kerajaan mengenali Ning Xiaoyao. Melihat ia datang sendirian membuat sang Komandan terkejut. Mengapa Yang Mulia berlari kemari sendirian?
Ketika para pengawal lainnya mendengar Komandan mereka menyebut 'Yang Mulia', mereka segera berlutut di tanah. Ning Xiaoyao tidak memperdulikan mereka. Ia mengulurkan tangannya untuk menarik Tang Fang berdiri dan bertanya,
"Apakah Panglima Tertinggi tidak bersalah?"
Kemunculan Ning Xiaoyao juga mengejutkan Tang Fang. Namun segera setelah ia mendengar pertanyaan yang berhubungan dengan Panglima Tertinggi Lou, ia segera berkata,
"Yang Mulia, Panglima Tertinggi telah difitnah. Hamba," ia berhenti berbicara untuk meraba-raba tubuhnya sesaat sebelum kemudian mengeluarkan paket terbungkus kain dari dalam jubahnya dan membukanya agar Ning Xiaoyao bisa melihat isinya. Didalamnya terdapat 6 kepala anak panah yang bernoda darah disetiap ujungnya.
"Yang Mulia, kepala anak panah ini diambil dari dalam tubuh Panglima tertinggi." Ucap Fang Tang dengan mata memerah. "Panglima Tertinggi belum pulih dari luka-lukanya. Yang Mulia, dalam kondisi itu Panglima Tertinggi tidak punya kesempatan untuk mengkhianati Negara. Hamba memohon pada Yang Mulia…"
"Cukup, tak perlu bicara lagi." Ning Xiaoyao menepuk bahu Tang Fang. "Tunjukan jalan. Kita akan pergi untuk menyelamatkan Panglima Tertinggi."
Baik Fang Tang maupun semua orang yang ada disitu tertegun saat mendengar kata-kata Ning Xiaoyao. Apa mereka salah dengar? Kaisar yang telah dibesarkan oleh Pembimbing Agung berkata bahwa ia akan menyelamatkan Panglima Tertinggi?
"Kalau kau laki-laki, maka ikutlah denganku." Ning Xiaoyao bertubuh kecil, namun ia berdiri dengan tubuh tegak. "Jika tidak ada cara lain, kita terpaksa menggunakan fisik. Apa kau berani?"
Sebelum Fang Tang dapat berkata-kata, seorang Jenderal yang bertubuh kuat dan tinggi buru-buru mendekati Ning Xiaoyao dan bertanya nyaring.
"Apakah Yang Mulia mengatakan yang sebenarnya?"
Ning Xiaoyao menjawab, "Aku bersumpah pada karakter dan integritas moralku."
Beberapa Jenderal saling berpandangan. Apabila ada kesempatannya, tentu saja mereka bersedia menyelamatkan Panglima tertinggi, tapi bagaimana bila ini adalah jebakan yang dibuat oleh Pembimbing Agung Xie peyot itu? Bagaimana bila Kaisar bertujuan untuk mengelabui mereka sehingga mereka pergi ke tempat eksekusi agar kemudian mereka bisa dituduh melakukan kesalahan di medan perang lalu dibunuh sekalian?
Sementara itu mata tajam Ning Xiaoyao melihat Komandan pengawal istana menyuruh salah satu anak buahnya untuk pergi, mungkin untuk melapor pada Janda Permaisuri. Ning Xiaoyao mengambil pedang dari salah seorang pengawal istana yang berada disampingnya dan melemparkan pedang tersebut.
"Ah!" Pedang tersebut mengenai kepala Pengawal istana yang hendak melapor ke Janda Permaisuri sehingga ia jatuh ke tanah.
"….." Semua orang tak bisa berkata-kata. Tidak ada satupun yang pernah mendengar bahwa Yang Mulia bisa bela diri.
Setelah memukul pingsan pengawal istana, Ning Xiaoyao bertanya dengan sabar,
"Kalian mau pergi atau tidak? Kalau tidak aku akan pergi sendiri." Di dunianya sebelumnya Ning Xiaoyao tidak cukup kuat untuk bertarung di garis depan. Tapi bila menilai dari apa yang terjadi pada dayang sebelumnya dan pengawal istana barusan, di dunia ini kemampuan berkelahinya tidak buruk. Sejelek-jeleknya ia nanti harus bertarung dengan sekuat tenaga untuk menyelamatkan Panglima Tertinggi bernama Lou Zigui itu.
"Hamba akan mengikuti Yang Mulia." Fang Tang mengusap wajahnya sebelum ia berbicara dengan serius pada Ning Xiaoyao. Tak perduli apakah ini adalah salah satu tipu daya Pembimbing Agung atau bukan, ia bersedia mencobanya selama ia masih memiliki kesempatan untuk menyelamatkan Panglima Tertinggi.
"Kalau begitu, ayo." Ning Xiaoyao melambaikan tangan dan berlari menuju gerbang terdekat. Karena gerbang itu memiliki menara penjaga, itu pasti gerbang untuk keluar dari istana.