Di persembunyiannya, Babeh Djaja semakin tersenyum lebar dan merasa sangat-sangat senang saat melihat Rezqi menyentuh pipi sang anak dengan tangan kanannya itu. Bukan sesuatu yang dilandasi oleh nafsu—setidaknya, itulah yang dilihat Babeh Djaja, dan itulah yang sesungguhnya terjadi—tapi lebih kepada bentuk perhatian yang murni datang dari dalam diri laki-laki itu sendiri.
Dan dengan hal ini, Babeh Djaja semakin mendapat keyakinan yang besar untuk bisa menyatukan keduanya di depan penghulu, sepertinya itu tidak akan lama lagi, pikirnya.
"Lu lihat, Ji?" ujar Babeh Djaja. "Kayaknye doa kite bedua dikabulkan."
"Hemm," Haji Rahman menganguk-angguk. "Mungkin jugak di Rezqi cuman ngebersihin pipi si Shari dari debu."
Babeh Djaja berbalik, mendelik menatap sahabatnya tersebut. Jelas sekali bayang tidak senang melintas di wajahnya, dan hal ini membuat Haji Rahman terpaksa menahan tawa.