"Pokoknya aku bawa Rezqi pergi dulu," ujar Amia pada Pak Ben lewat komunikasi ponselnya itu sembari melangkah menuju halaman depan dari perusahaan tersebut. "Buat nyariin kontrakan buat Rezqi-nya."
"Iya, iya. Santai aja sih," sahut Pak Ben.
Dan kening Amia makin mengerut sebab mendengar tawa dari Pak Ben. Tawa yang jelas-jelas bertujuan menggoda sekaligus memanas-manasi dirinya.
"Ya udah, ya udah," ujar Pak Ben lagi setelah puas tertawa. "Tapi janji lho, mulai besok nggak ada lagi yang kek beginian. Kalo enggak, bisa kacau nih perusahaan."
"Iya, paham, kok," sahut Amia pula. "Makasih, Pak Ben."
"Iya, sama-sama."
"Ayuk, Yang," ajak Amia dengan langsung menggandeng tangan Rezqi agar kekasihnya itu melangkah lebih cepat lagi.
"Buru-buru amat keknya, nih?"
Amia dan Rezqi sama berpaling ke arah kiri di mana seorang petugas security sedang berdiri di batas teras depan bangunan besar tersebut.
"Eeh, Kang Asep," sapa Amia pada petugas keamanan perusahaannya itu.