"Pa." Khanza mengulurkan tangan menyalami dan mencium punggung lelaki yang membesarkan ia selama ini, mencukupi semua kebutuhannya tanpa terkecuali.
"Hati-hati ya Nak. Jaga diri baik-baik, jangan nakal di sekolah." Walau cupu, Khanza terkenal jahil di rumah, makanya dia selalu bergantian iseng dengan sang Kakak.
"Iya Pa." Beralih ke Zay, ia pun meraih punggung tangan lelaki kedua yang melindunginya sepenuh hati itu.
"Belajar yang benar Dek," pesan Zay.
"Iya Kak." Meski selalu tempur dengan sang Kakak. Khanza tak berani mengabaikan nasehat lelaki yang lebih tua tujuh tahun itu darinya.
"Za turun dulu," pamitnya.
Mengulas senyum, dia pun turun dan melambaikan tangan pada dua lelaki tersebut. Sontak masuk ke dalam, Khanza sudah berjanji melupakan kejadian semalam. Dia harus bisa mengontrol dirinya seperti biasa.
"Khanza tunggu!" jerit Dea yang ternyata juga baru di antar sampai sekolah.
