Chereads / POWER HOLDER'S / Chapter 21 - KEBUN SELORIN

Chapter 21 - KEBUN SELORIN

Berbeda dengan keadaan di mansion mewah Jack, kini sebelum matanya terlelap ia mendengar bebunyian dari hewan-hewan di luar rumah Karina.

"Ah, rindu sekali, sudah lama tidak mendengar bunyi seperti ini!" lirih Karina.

"Sayang, kaki ku dingin sekali," ucap Jack.

Karina menoleh pada sang suami, padahal di rumahnya tidak ada pendinginan ruangan, tapi Jack tampak kedinginan karena angin malam di desa. Tanpa pikir panjang Karina bangkit dan membawakan Jack sepasang kaos kaki agar ia merasa sedikit hangat.

Benar saja, baru sekitar 10 menit Karina memakai kan kaos kaki itu! Jack sudah tidur.

Karina melihat ketenangan di wajah suaminya, raut wajah bahagia.

Ia pun ikut terlelap, perjalanan jauh itu cukup membuatnya sangat lelah.

Pak Selorin rupanya belum tidur, ia menghampiri seorang lelaki yaitu supir Jack. "Nak berapa umurmu?" tanya pak Selorin, melihat lelaki itu sepertinya masih muda.

Pak Selorin keluar membawa dua gelas kopi dan Snack kecil-kecilan, untuk mereka santap. Supir Jack juga sudah makan, ia tidur di sebuah ruangan kosong di samping rumah pak Selorin, sebuah kamar yang rapih biasanya di pakai Dave jika pulang ke rumah.

Mereka berbincang sampai malam tiba, dan masuk ke ruangan masing-masing setelah pak Selorin melihat anak itu tampak kelelahan setelah mengendarai kendaraan yang terparkir di depan rumah nya itu.

Pagi sudah menyapa lagi, suara ayam membuat Jack membuka matanya! Hawa dingin menyentuh kulit, dan sebuah kecupan mendarat di keningnya.

Karina tampaknya melakukan itu setiap pagi, tapi baru kali ini Jack menyadari.

Setelah membersihkan diri dan pergi untuk sarapan, Karina sudah tak melihat Ayahnya padahal ini baru pukul 7.40 pagi.

Karena pegal yang ia rasakan di punggung, ia pun berjalan ke area luar rumah dan begitu terkejut ketika melihat Ayahnya ada di tengah ladang semangka mereka membawa sebuah tolok ukuran besar untuk mengambil semangka.

"Ayah!" panggil Karina, ia melambaikan tangannya pada lelaki paruh baya itu.

"Ada apa?" jawab pak Selorin, juga mengangkat satu tangannya.

"Apakah ini waktunya panen?"

"Benar, nanti siang akan ada pemborong dari kota untuk mengambil semangka dan timun.

Mendengar itu Karina sangat antusias dan ingin bergabung dengan Ayahnya. Jack yang mendengar suara istrinya berteriak langsung keluar dan mencarinya.

"Sayang, ada apa?"

"Aku ingin ke tengah ladang, Ayahku akan memanen semangka,"

"Jangan kelelahan kasian bayi kita!"

" Aku tahu tapi bagaimana dengan Ayah?" raut wajah Karina murung.

"Baiklah, aku saja yang memanen semangka membantu Ayahmu!"

Karina melirik ke arah suaminya. "Apakah kamu serius?"

"Tentu saja," jawab Jack dengan percaya diri.

Dalam hitungan menit Jack sudah mengganti pakaiannya dengan sebuah kaos dan celana yang membentuk kakinya, kemudian menghampiri Ayah mertua dan menawarkan diri menggendong tolok besar itu.

Pak Selorin pun mengajari Jack bagaimana memilih semangka yang siap di panen, dengan melihat ujung buah itu sudah agak mengering berarti sudah matang. IQ Jack yang cerdas hanya perlu satu kali penjelasan langsung membuatnya paham dan langsung bekerja.

Jam sudah menunjukkan pukul 09.30, Supir mereka rupanya terbangun mendengar gelindingan semangka yang di taruh di depan rumah oleh Jack, "Pak, Tuan! Maaf saya telat bangun, apa ada yang bisa saya lakukan?" suara supir itu tampak tidak enak melihat Jack bekerja di ladang sedangkan dia baru bangun tidur.

"Tidak, tidur saja lagi pula kamu kelelahan setelah mengendarai mobil kemarin," ucap Jack.

"Tidur saja, nanti akan kami bangunkan saat makan siang!" timpal Karina.

Tapi supir itu merasa tidurnya sudah cukup, dan bergegas membantu Jack mengangkat semangka dari ladang yang sudah di panen pak Selorin.

Setelah selesai mereka berpindah ke ladang timun dan mulai memanennya, ini lebih mudah dan tidak seberat semangka! Sehingga Jack bisa mengerjakan nya dengan cepat, timun besar adalah timun yang bisa di petik.

Supir itu pun tampak sangat antusias melihat ladang milik pak Selorin yang sangat rapih dan enak di pandang. Karina memasak makanan untuk makan siang mereka, sehingga ketika suaminya, Ayah, dan Supirnya selesai memanen, mereka bisa langsung makan siang.

Tengah hari, matahari sudah berada di atas kepala. Pak Selorin mengajak menantu dan Supirnya itu untuk selesai dan makan.

Antusias Jack sangat terlihat dan segera menghampiri istrinya.

"Mau makan?" tanya istrinya, melihat suaminya datang.

"Tentu saja!" Jack seperti anak kecil yang manja pada sang istri.

"Ah, apakah lelah?"

"Tidak, ini sangat menakjubkan untuk pertama kalinya aku bekerja seperti ini."

Karina tertawa lepas mendengarkan penuturan Jack.

Kemudian Jack mendekatkan bibirnya ke telinga Karina. "Sayang, pantas ayahmu sangat kuat!" lirih Jack.

"Kenapa?"

"Dia mengangkat semangka berat itu!" tunjuk Jack pada tumpukan semangka yang sangat banyak.

Pak Selorin wali sudah paruh baya, ia masih terlihat kuat melakukan banyak hal. Jiwa nya seperti anak muda dan memang sangat kuat.

Mereka pun makan bersama, supir Jack tampak sangat malu-malu ketika harus makan bersama Tuan mudanya.

Jack lebih terbuka dan ramah, akhirnya mereka pun makan bersama penuh kenikmatan walau menu yang di masak Karina sederhana.

Di mansion mewah, Sarah sering menghabiskan waktu di taman! Menyeruput teh dengan menatap pada tiang di depannya, Han sering melihat Sarah seperti itu juga, namun ia memilih membiarkannya.

Di rumah itu, semua orang membiarkan urusan masing-masing untuk tidak saling mengurusi.

Sarah berpikir ingin menyelamatkan Karina dari cengkraman Jack, dan merasa itu sangat keterlaluan jika terus di biarkan.

Jack menghampiri Supirnya yang sedang istirahat di ruangan yang pak Selorin siapkan untuknya, namun Jack tampak gugup melihat foto-foto Karina kecil dan Dave kecil disana.

Saat sedang menatap dengan seksama, Jack di kaget kan dengan tepukan pak Selorin di pundaknya. "Nak?" itu Dave, Kakak Karina.

Jack mengangguk pelan.

"Dia sangat menyayangi Karina lebih dari apapun, dia pasti senang jika mendengar Karina sudah menikah dengan lelaki hebat yang ternyata bos di perusahaan nya dulu bekerja!"

Mendengar penuturan pak Selorin, hati Jack tampak sakit. Kini ia merasa bukan hanya membohongi Karina, tetapi lelaki yang sudah ia anggap Ayah juga.

Bagaimana ia bisa menghadapinya jika sampai lelaki paruh baya itu tahu bahwa menantunya ini yang membunuh putra kesayangannya.

Jack mengepalkan tangannya di samping bagian tubuhnya, menahan rasa yang tak bisa ia jelaskan, jika sebelumnya ia bisa melakukan apa saja, sekarang berbeda karena yang ia hadapi adalah istri dan mertuanya.

Tetapi yang lebih ia hargai adalah perasaan tulus menyayangi istrinya, sehingga tidak bisa jujur karena takut berakibat kehilangan nya.

Hari demi hari terus berlalu dan Karina juga Jack akan kembali ke ibu kota, yang berarti meninggalkan pak Selorin lagi.