Hari yang ditunggu Karina akhirnya tiba ia sudah tak sabar menghirup udara di desa dengan kesejukan yang sudah terasa oleh rongga dadanya.
Senyumannya bahkan terus terukir di bibir mungilnya, membuat Jack semakin kalang kabut karena gemetar.
Mereka juga memakai supir lain untuk pergi ke rumah Karina, karena di sana tidak ada landasan kapal udara, mereka memakai jalan darat.
"Kamu akan takjub melihat kampung ku sayang!"
"Apakah se indah itu?"
"Tentu saja, aku meninggalkan kampung hampir satu tahun, dan aku sangat merindukan Ayah!"
Mendengar kerinduan sang istri yang teramat sangat pada Ayahnya, membuat tekad Jack sengaja ia kuatkan agar istrinya tetap merasa bahagia, walau gemuruh di dadanya kian bergejolak.
Perjalanan yang menghabiskan waktu hampir 11 jam ini akhirnya menemukan tujuannya. Mereka tiba sore hari di kediaman Ayah Karina.
Suara ketika pintu membuat seorang lelaki paruh baya beranjak dari duduknya dan membuka pintu.
"Ayah!" ucap Karina begitu melihat wajah lelaki paruh baya yang di rindukan nya.
"Nak, Karina akhirnya kamu pulang," ucap pak Selorin.
"Maafkan Karin Ayah, baru bisa pulang sekarang," balas Karina dan langsung memeluk sang Ayah.
Merasakan anaknya berbadan dua, membuat pak Selorin menatap mata putrinya baik-baik. "Apakah kamu hamil!"
"Ayah kenalkan ini Jack, suami Karin!" jelas Karina memperkenalkan lelaki yang sedari tadi berdiri di sampingnya.
"Suami?"
"Maafkan Karina Ayah, Karin tak sempat memberitahu karena takut membuat Ayah cemas jadi Karin membawanya kemari!"
"Masuklah, kak bisa jelaskan di dalam."
Jack memeluk sang Ayah mertua sebelum mereka masuk ke rumah sederhana di samping ladang semangka dan timun itu.
Mereka menjelaskan tentang pertemuan mereka yang berakhir pernikahan, mendengar sang putri menjelaskan nya dengan seksama dan penuh kebahagiaan, membuat pak Selorin mengerti bahwa putrinya bahagia. Ia pun tak mempersalahkan nya.
"Karina, bagaimana apakah kamu bertemu dengan Dave?" akhirnya pertanyaan itu keluar dari mulut pak Selorin.
Jack sekuat tenaga menahan diri, ia tidak ingin terlihat canggung di depan istri dan mertuanya.
"Ayah maafkan Karin, tapi sampai sekarang aku dan Jack masih berusaha mencari keberadaan kakak Dave!"
Pak Selorin mengangguk, ini adalah ke 4 tahun ia merindukan putranya. Namun kedatangan putrinya setelah satu tahun, membuat perasaan nya terobati! Apalagi kini Karina sedang mengandung.
"Kalau begitu kamu pergi dengan suamimu istirahat, Ayah sudah membersihkan kamar mu setiap hari!"
Mendengar sang Ayah mertua yang begitu menyayangi istrinya, membuat Jack ingin membahagiakan Karina lebih dari pada ayahnya! Ia berharap bisa menyayangi Karina tidak dibawah standar ayahnya.
Karina masuk lebih dulu setelah pamit istirahat pada sang Ayah.
"Nak?" panggil pak Selorin pada Jack.
"Ya, Pak, Yah!" suara Jack tampak berantakan karena panik.
"Kamu bisa memanggil aku Ayah sekarang, kamu juga anakku sekarang!"
Jack tersenyum dan mengangguk kemudian izin menyusul Karina.
Karina membuka pintu dan benar saja keadaan kamarnya sangat bersih walau kecil. Kasur yang tergeletak di lantai namun cukup besar untuk tidur berdua walau tak sebesar kamar Jack. Jika di katakan ukuran rumah Karina saja hanya sebesar kamar mandi Jack.
"Apa ini kamarmu?" tanya Jack begitu masuk ke kamar istrinya.
"Benar, kecil bukan? tapi sangat nyaman dan aku merindukan ini!"
"Apa kamu bisa tidur disini?"
"Tentu saja, disini aku menemukan kehangatan! Ibuku memelukku disini sebelum tidur kata ayahku, dan sekarang sebentar lagi aku akan menjadi seorang ibu."
Jack melihat ketulusan dari ucapan Karina.
Jack pun memasukkan kopernya kedalam kamar Karina, alih-alih membongkar koper, ia malah mencuci wajah dan tangannya kemudian berbaring di tempat tidur Karina yang hanya setengah ukuran kasurnya.
Namun siapa sangka, Jack bahkan mendengkur! Entah karena nyaman, atau karena dia amat sangat kelelahan.
Karina menatap wajah suaminya yang terlelap, ia juga ikut merebahkan diri di sampingnya.
Di mansion mewah di ibukota. Sarah keluar dari kamarnya dan menanyakan keberadaan Jack dan Karina.
"Nyonya Emily! apakah kamu melihat Karina?"
"Mereka berangkat ke desa, dan berlibur beberapa saat di sana!"
"Nyonya bisakah tolong siapkan mobil, aku mau pergi ke makam Dave!" ucap Sarah.
"Aku juga mau ke sana, mau bareng?"celetuk Han.
"Benarkah?" Sarah sangat antusias dan segera mengambil tasnya juga berganti pakaian.
Han dan Sarah pergi bersama ke makam Jack. Hanya butuh waktu 1 jam ke sana karena pemakaman yang digunakan untuk menyemayamkan Dave adalah sebuah pemakaman mewah dengan fasilitas bagus.
Han merasa Jack sering sekali ke sana, ia juga bisa melihat penyesalan Jack apalagi setelah bertemu Karina.
Mereka sampai di depan sebuah pusara, hanya berjalan beberapa langkah dari tempat Han memberhentikan mobilnya.
Sebuah buket bunga yang dibawa Han, ia letakan di atas pusara dengan nama Dave Selorin. Tangisan Sarah langsung tak bisa ia tahan, kekasih yang dicintainya itu sudah terbaring di bawah pusara itu selama 4 tahun terakhir. Bayangan romantisme yang mereka lalui, masih tertinggal di dalam pikiran Sarah, bahkan ia tak bisa tidur setiap malamnya.
Bayangan sebuah peluru melesat menembus dada Dave, dan Sarah berlari ke arah pria yang dicintainya! Membuat Sarah menyentuh dadanya yang sakit namun tak berdarah. Kekejaman Jack sangat jelas terpampang nyata juga di ingatannya.
"Han, apa menurutmu sekarang Dave bahagia?" lirih Sarah.
Dave yang juga bersimpuh di samping pusara melirik ke arah perempuan di sampingnya. "Apa yang membuatmu bertanya seperti itu?"
"Aku ingin dia bahagia, dia begitu karena aku! Bahkan Karina tidak bisa menemui kakak yang amat di sayangi nya."
"Jack sepertinya menyayangi gadis itu!"
"Apakah kamu tidak ingat, dia akan mengambil sesuatu dari gadis itu jika menyayanginya!"
Mereka diam seketika, bahkan tidak ada manusia yang bisa menebak hati manusia lainnya.
Di desa sudah malam, Karina terbangun dan mandi. Setelah itu ia keluar untuk melihat Ayahnya, ternyata pak Selorin sedang menyiapkan meja makan.
Tampak makanan sudah tertata rapih disana. Jack pun terbangun dan tidak mendapati istrinya.
Ia merasa sangat nyenyak tidur di kasur Karina yang kecil, lebih nyaman di banding di mansion mewahnya.
Ia kemudian berjalan ke ruang tamu. Tampak pak Selorin dan istrinya menatap ke arahnya.
"Nak Jack, ayo makan!" Ajak pak Selorin.
Jack tersenyum dan mendekati mereka kemudian duduk di samping Karina, di meja makan sederhana yang terdapat 4 kursi. Berbeda dengan rumah Jack yang terdapat dua belas kursi di meja makan mewahnya itu.
Kebersamaan mereka amat terasa hangat, Jack juga baru kali ini makan bersama orang tua yang ia panggil Ayah, rasanya seperti makan dengan seorang Ayah kandung yang memberikan perhatian pada anaknya.
Pak Selorin juga mendahulukan Jack di banding Karina putrinya, membuat Jack merasa sangat di sayangi mertuanya.