Percakapan itu membuat penasaran, bagaimana pun ini yang harus ia jelaskan.
"Aku mengikutinya, dia memasuki salah satu ruangan! Di sana dia menggendong seorang bayi serta mencium wanita di depannya," lirih Dimas.
Adi membelalakan matanya, menanti lanjutan dari ucapan Dimas.
"Lalu aku menelponnya untuk memberitahu kak Kania akan melahirkan, aku bertanya dia dimana, namun jawabannya ia bilang sedang di luar kota melakukan pekerjaan," Dimas terduduk di kursi, ia meremas ujung kursi yang keras itu.
Adi tak percaya, ia berusaha mencerna ucapan Dimas. "Apa maksudmu Dim?" Adi menegaskan, menyuruh Dimas menjelaskan semua ucapan yang ia dengar seperti omong kosong.
"Kak Damar memiliki wanita lain dibelakang kak Kania, bagaimana aku harus menghadapi Kakakku, sementara aku tau suaminya seperti itu dibelakangnya," Dimas tampak seperti akan meledak, anak lelaki yang biasa tenang itu tampak rapuh.