Di kamar istana Kaisar Han.
Kaisar Han sedang memikirkan tentang Han Shu yang sedang melakukan perjalanan menuju kota perbatasan.
"Apa anakku baik-baik saja? Aku hanya mengirim dua puluh prajurit istana untuk mengawalnya dan juga tiga pengawas Ranah Nescent Soul untuk mengawasi dan melindunginya."
"Seharusnya mereka baik-baik saja karena aku telah memberikan sebuah Senjata Tingkat Bumi kepada Pemimpin mereka."
"Ada apa suamiku? Apa yang sedang kamu pikirkan?" Tiba-tiba Permaisuri mamasuki kamar dan bertanya.
"Aku sedang memikirkan bagaimana cara untuk memakmurkan Kekaisaran ini," jawab Kaisar Han berbohong.
".Apa bener begitu?" Permaisuri sedikit tidak percaya dengan jawaban kaisar Han.
"Ya, aku sedang memikirkan tentang itu. Aku akan pergi sebentar untuk bertemu dengan seseorang. Dia sepertinya sudah menunggu lama di Ruang Istana." Kaisar Han pergi dari kamarnya meninggalkan Permaisuri.
"Kau masih saja memikirkan tentang anak itu! Aku harap anak itu benar-benar mati! Aku mengandalkanmu anakku..." Permaisuri kesal.
"Aku akan membantumu menjadi Pangeran Mahkota sekaligus menjadikanmu seorang Kaisar di Kekaisaran ini."
Permaisuri di Kekaisaran Han bernama Han Xie. Dia berasal dari Keluarga kelas 1 di Kekaisaran Han. Dia memiliki seorang putra bernama Han Wei yaitu Pangeran Kedua.
Han Xie merupakan seorang wanita yang sangat ambisius. Dia akan melakukan segala cara untuk menyingkarkan orang yang menghalangi keinginannya.
Sebelumnya Han Xie hanyalah seorang selir Kaisar. Dia berhasil menjadi Permaisuri dengan membunuh Permaisuri sebelumnya yaitu Ibu dari Han Shu.
Dia meracuni Permaisuri sebelumnya ketika dia sedang hamil. Dia ingin sekaligus membunuh anaknya yang belum lahir tetapi tidak berhasil membunuh anaknya.
Dia terus berusaha mencari cara untuk membunuh Han Shu tetapi tidak pernah berhasil karena Kaisar melindunginya dengan sangat ketat.
Hingga Han Shu berumur 18 tahun. Dia diangkat menjadi Pangeran Mahkota oleh Kaisar dan akan mewarisi kekuasaan ayahnya. Hal itu menambah kebenciannya terhadap Han Shu karena bukan janaknya yang menjadi Pangeran Mahkota.
Han Xie selalu membuat rencana untuk menurunkannya dari Pangeran Mahkota dan akhirnya berhasil.
Ambisinya saat ini adalah menjadikan anaknya menjadi Pangeran Mahkota dan menjadi Kaisar di Kekaisaran Han.
***
Di tempat pertarungan.
Pertarungan yang sengit kembali terjadi diantara mereka. Walaupun kelompok pengawas Han Shu berjumlah tiga orang, mereka masih lebih unggul dibandingkan kelompok penyergapan yang berjumlah lima orang.
"Bos, mereka sangat kuat. Kita berlima tidak cukup untuk mengalahkan mereka. Sebaiknya kita mundur saja," ujar salah satu orang di kelompok penyergapan.
"Mundur? Apa yang akan kita katakan pada Pangeran kedua? Apa kalian lupa apa yang kalian dapatkan saat misi sebelumnya gagal?" Apa kalian mau disiksa oleh Pangeran kedua lagi?"
Seluruh tubuh mereka seketika menggingil ketika Pemimpin mereka bertanya pertanyaan tersebut. Mereka kembali mengingat siksaan-siksaan yang sebelumnya mereka dapatkan.
"Tapi bos, kita akan terbunuh jika terus mereka."
"Makan ini!" Pemimpin mereka melempar sebuah pil berwarna hitam pekat kepada bawahannya.
"Pil apa ini, Bos?"
"Aku tidak tahu. Pangeran kedua memberikanya padaku dan menyuruhku untuk menggunakannya ketika dalam keadaan mendesak."
Tanpa berlama-lama, mereka langsung memakan pil tersebut. Setelah memakannya, tiba-tiba kekuatan mereka meningkat dengan pesat. Energi di dalam tubuh mereka terus bergejolak.
"Wah, Ranah kultivasiku tiba-tiba menerobos dua tingkat."
"Baiklah, dengan kekuatan ini kita tidak perlu khawatir lagi melawan mereka!" Salah satu dari mereka tiba-tiba melesat kearah kelompok pengawas Han Shu dengan cepat.
"Rasakan ini! Tebasan Bulan Sabit!"
Gelombang energi terbentuk setelah dia menebaskan padangnya, membentuk sebuah Bulan Sabit dan mengarah ke kereta kuda Han Shu.
"Target kita hanya Pangeran pertama. Aku tidak perlu untuk menyerang mereka. Mereka pasti akan menahan seranganku untuk melindunginya."
Dan benar saja dugaanya, mereka segera menahan serangan itu walaupun tidak mengenai mereka.
BOOMM!.
Kepulan asap mulai muncul karena efek serangan. Membuat penglihatan mereka terhalangi.
"Apa seranganku berhasil?" Dia mengamati dengan seksama.
Sedikit demi sedikit asap mulai menghilang. Terlihat kelompok pengawas Han Shu masih dalam keadaan baik tanpa terluka sedikitpun.
Pemimpin mereka membawa sebuah pedang yang diselimuti oleh api yang membara.
"Terlalu lemah!" ujarnya meremehkan.
Dia kemudian melesat ke arah anggota kelompok pengawas untuk membalas serangannya tadi.
"Rasakan ini!" teriak Pemimpin Pengawas Han Shu.
Dalam sekali tebas Pemimpin pengawas Han Shu berhasil membunuhnya. Tetapi tiba-tiba mayat tersebut meledak dengan ledakan yang cukup hebat.
BOOOMM!
Ledakan tersebut membuat tanah di sekitarnya menjadi seperti sebuah cekungan. Pemimpin terluka cukup parah karena jaraknya terlalu dekat.
"Fiuuhh, untung saja aku langsung membuat pertahanan kalau tidak aku pasti langsung mati karena ledakannya."
"Apa mereka baik-baik saja?" Pemimpin menoleh kebelakang untuk melihat keadaan bawahannya.
Dia merasa lega karena efek ledakannya tidak terlalu luas sehingga tidak mengenai bawahannya dan juga Pangeran Pertama.
Dia mengeluarkan pil penyembuh pada Cincing Penyimpanannya dan memakannya untuk menyembuhkan semua lukanya.
"Dari mana kau mendapatkan Senjata Tingkat Bumi di tempat seperti ini?" tanya Pemimpin penyergapan.
Senjata di dunia fana terbagi menjadi 6 tingkat yaitu, Tingkat Rendah, Tingkat menengah, Tingkat Tinggi, Tingkat Bumi,Tingkat Langit, dan Tingkat Surgawi.
Senjata di atas Tingkat Tinggi sangat jarang dijumpai di wilayah Kekaisaran Han. Hanya Keluarga dan Sekte-sekte Besar saja yang memiliki, itupun hanya beberapa saja. Mereka tidak pernah menunjukkannya kepada khalayak umum sebagai Kekuatan tersembunyi mereka.
Sedangkan Senjata Tingkat Surgawi sudah tidak pernah terlihat lagi sejak ratusan tahun yang lalu. Sekarang Senjata Tingkat Surgawi dianggap sebagai mitos saja seiring berjalannya waktu.
"Percuma aku memberitahumu karena kau akan segera mati ditanganku," jawab Pemimpin Pengawas Han Shu.
"Beraninya kau meremehkan kami... Serang dia!" Pemimpin Penyergapan memerintahkan ketiga anak buahnya untuk menyerang.
Ketiga anak buahnya mengeluarkan senjata pamungkasnya. Kemudian mereka langsung melesat kearahnya dan menyerangnya dengan seluruh kekuatannya.
"Pukulan Pembelah Gunung!
"Tebasan Langit!"
"Tombak Ilahi!"
BOOMM!
"Tebasan Pedang Api Membara!"
Gelombang Api dari pedang Pemimpin Pengawas menebas ketiganya hingga efek tebasannya memotong ratusan pohon di depannya.
Seketika mereka mati dan tubuhnya meledak dengan ledakan yang lebih kuat dari sebelumnya.
Pemimpin Pengawas segera menjauh kembalu ke dekat kereta kuda sebelum tubuh mereka meledak sehingga dia tidak terluka.
Dia kesulitan untuk berdiri tegak setelah menggunakan serangan itu. Dia menggunakan pedangnya sebagai penopang tubuhnya.
"Tuan, apa Anda baik-baik saja?" tanya kedua bawahnnya sembari membantunya berdiri.
"Kekuatannku hampir terserap habis setelah menggunakan serangan itu. Sekarang aku tidak memiliki cukup kekuatan untuk melawan pemimpinnya," jawab Pemimpin Pengawas terengah-engah.
"Sekarang tuan beristirahatlah terlebih dahulu untuk memulihkan kekuatan. Kita akan menahannya untuk sementara wak—"
BOOM!
Tiba-tiba keduanya terkena pukulan oleh Pemimpin penyergapan hingga terpental beberapa meter kepepohonan.
"Hehehe, aku tidak akan membiarkan kekuatanmu pulih sedikitpun." Ujarnya.
__________________________________________