Amelia sudah benar- benar bertekad bulat dan pergi untuk memulai semuanya dari awal. Yang paling penting baginya sekarang adalah menata hati dan kehidupannya. Ia memilih kota Seoul, Korea selatan sebagai tempatnya untuk melarikan diri dan pergi dari semuanya. Beruntung bagi Amelia salah seorang sahabar terbaiknya yang dulu bekerja sebagai penyanyi latar untuk Karla juga sekarang berada di kota itu. Amelia sudah menelepon dan menceritakan segalanya. Tasya, sahabatnya tentu saja tidak keberatan Amelia datang,bahkan ia berjanji akan membantu Amelia mendapatkan pekerjaan juga di Korea nanti.
Semua barang-barang milik Amelia sudah siap, ia menatap kamar apartemennya sekali lagi,ah bukan miliknya, apartemen ini milik David yang diberikan kepadanya sebagai fasilitas bekerja. Amelia tidak memiliki apa-apa lagi. Satu-satunya keluarga yang ia miliki hanyalah Karla. Akan tetapi, bagi Karla sendiri mungkin dirinya tiada arti sama sekali. Apalah Amelia di mata Karla, hanya adik yang merepotkan. Kalau saja ia tidak memiliki suara yang bagus, tentu sudah lama Karla akan mengusirnya jauh-jauh.
Penerbangan dari Jakarta menuju Seoul ditempuh dalam waktu kurang lebih 8 jam. Dan saat pesawat mendarat di Bandar Udara International Incheon, Tasya sudah menunggu Amelia dan menyambutnya dengan wajah gembira.
"Aku kira kau main-main saat mengatakan akan kemari," kata Tasya sambil memeluk Amelia.
"Tidak mungkin aku main-main untuk hal sepenting ini," jawab Amelia dengan sedih. Tasya tersenyum dan langsung membantu membawa barang-barang milik Amelia.
"Aku menyewa mobil untuk menjemputmu, aku khawatir jika kau merasa terlalu lelah," kata Tasya.
"Lihatlah, belum apa-apa aku sudah merepotkan dirimu," tukas Amelia. Namun, Tasya langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat, "Tidak, Mel. Kau jangan berkata begitu. Jika bukan karena jasamu aku juga tidak akan bisa menjadi seperti sekarang ini," bantah Tasya.
Tasya dulu adalah seorang mahasiswi seni musik. Ia dan Amelia bertemu di tempat David dan sama-sama menjadi penyanyi latar Karla. Bedanya, Tasya itu adalah penyanyi latar atau backing vocal yang terlihat di panggung sementara Amelia tidak. Saat mendapatkan tawaran untuk ke Korea dan kekurangan dana,Amelia-lah yang membantu Tasya. Mereka memang cukup dekat, pada Tasya Amelia sering kali mencurahkan segala isi hatinya. Dan, saat Tasya di Korea mereka tetap saling berkomunikasi dengan baik meskipun tidak terlalu sering. Dan saat ini Tasya bekerja di salah satu management artis terkenal di Korea Selatan. Dan dia sangat menikmati pekerjaannya.
Apartemen Tasya berada di Yongsan. Apartemen di sana termasuk mahal,tapi mengingat gaji Tasya yang cukup besar tentu hal itu tidak menjadi masalah baginya. Apartemen milik Tasya memiliki dua kamar tidur dan dapur kecil yang cukup lengkap juga ada sofa untuk duduk sambil menonton televisi.
"Kau bisa tidur di kamar ini," kata Tasya menunjukkan kamar untuk Amelia tidur.
"Apartemen ini tidak jauh dari pusat perbelanjaan,Mel. Besok atau lusa ketika aku libur bekerja,aku akan mengajakmu berjalan-jalan,ya."
"Apakah jauh dari rumah sakit?" tanya Amelia. Ia ingat kondisinya yang sedang hamil. Pada saat waktu bersalin nanti ia harus memperhitungkan untuk pergi ke rumah sakit sendiri jika Tasya sedang tidak ada,mengingat ia tidak memiliki seorang suami yang bisa menjaga dan menemaninya untuk bersalin nanti.
Tasya menatap Amelia dengan tatapan iba. "Kau yakin akan meneruskan kehamilanmu ini,Mel?" tanya Tasya. Amelia menganggukkan kepalanya.
"Bayi ini tidak berdosa sama sekali, dan terlebih lagi aku sangat mencintai ayah dari bayi ini. Kau tau kan bagaimana perasaanku kepada David?" tukas Amelia dengan kedua netra yang berkaca-kaca. Tasya menggenggam tangan Amelia,"Aku akan membantumu,Mel."
"Aku tidak mau David tau kehamilanku ini, karena jika sampai dia tau, pasti dia akan menyuruhku untuk menggugurkan kandunganku. Dan aku tidak mungkin sanggup untuk melakukan hal itu. Aku terlalu mencintai David."
Tasya menghela napas panjang.
"Kau tidak perlu memikirkan biaya hidupmu di sini,Mel. Aku yang akan menanggungnya. Anggap saja aku sedang membalas segala kebaikanmu.Aku ingat sekali dulu kau banyak sekali membantuku,bahkan ketika aku diusir oleh pemilik kontrakan kau yang sudah membantuku dan memberi aku tumpangan. Sekarang giliran aku yang membantumu," kata Tasya.
"Aku melakukan itu semua dengan tulus, masalah uang aku masih mempunyai tabungan dan juga cek yang David berikan kepadaku. Aku sudah mencairkannya sebelum aku berangkat kemari dan membuat rekening yang baru yang David dan Karla tidak tau. Aku tidak ingin mereka sampai melacak keberadaanku."
Tasya menganggukkan kepalanya,"Aku mengerti,tapi simpan saja uangmu untuk sesuatu yang jauh lebih penting,Mel. Kau tidak bisa selamanya diam dan menerima segala ketidakadilan .Karla dan David harus membayar untuk apa yang sudah mereka lakukan kepadamu selama ini. Tanpamu Karla itu tidak bisa apa-apa. Dengan suara pas-pasan miliknya itu, dia tidak mungkin bisa menjadi artis terkenal seperti sekarang."
"Mungkin sudah rezekinya,Sya."
"Karena dia cantik?" tanya Tasya sinis. Amelia menundukkan kepalanya dan mengangguk. Tasya menarik napas panjang dan menghampiri sahabatnya itu. Ia mengangkat wajah Amelia.
"Kau ini cantik,Amelia. Kau memiliki sepasang mata yang indah, alis yang tebal, bibir yang seksi dan mungil. Rambutmu ini ,kau lihat tebal dan indah. Untuk hidung,aku harus jujur memang hidungmu tidak semancung Karla. Tapi, kau ini cantik. Hanya saja, kita memang perlu sesuatu untuk membuatmu lebih terlihat cantik. Tapi, itu akan kita lakukan nanti saat anakmu ini sudah lahir dengan selamat dan kau siap untuk menaklukkan dunia dengan apa yang kau miliki. Jadi,simpan saja uangmu itu untuk rencana besar yang akan membuatmu bersinar nantinya," kata Tasya sambil tersenyum.
Amelia menatap Tasya tak mengerti. "Memang apa yang akan kita lakukan?" tanyanya.
"Nanti juga kau akan tau,sekarang kau lebih baik memikirkan kesehatanmu dan calon bayi yang ada dalam kandunganmu ini."
***
Sementara itu David dan Karla tampak terkejut saat mereka mendapatkan titipan kunci kamar apartemen Amelia dari petugas. David langsung pucat pasi saat petugas mengatakan bahwa Amelia pergi sejak semalam. Padahal tadi malam ia baru saja menginap di kamar Karla,tidak terpikir olehnya bahwa Amelia akan pergi tanpa pesan seperti ini. Karla langsung pergi memeriksa kamar tidur Amelia dan ia merasa sangat murka saat menemukan beberapa tespack di kamar mandi yang menunjukkan garis dua,
"Ah,rupanya ada lelaki yang kurang waras yang mau meniduri perempuan gendut dan jelek seperti Amelia, bahkan sampai dia hamil. Pasti dia malu dan memilih untuk pergi dengan lelaki itu!" seru Karla dengan gusar. David yang sedang berdiri di dekat dapur terperanjat seketika, Amelia hamil? Apakah itu anaknya? Mungkinkah itu yang terjadi?
Lelaki tampan itu segera menghampiri Karla,"Kau jangan bercanda," katanya dengan wajah serius.
"Kau lihat saja ini. Bahkan dia membeli beberapa merek yang berbeda. Aku tidak habis pikir lelaki mana yang tidak waras yang mau tidur dengannya. Selama ini,dia tidak pernah terlihat dekat dengan lelaki manapun," kata Karla.
David diam tak menjawab, yang saat ini ada di kepalanya hanya satu pertanyaan, siapa ayah dari bayi yang ada dalam kandungan Amelia.