Chereads / WHEN THE STARS SHINE / Chapter 9 - BINTANG YANG BARU BERSINAR

Chapter 9 - BINTANG YANG BARU BERSINAR

_SETAHUN KEMUDIAN_

"Kau siap?" tanya Tasya pada Amelia. Amelia mengangguk,malam ini ia tampil di acara final ajang pencarian bakat yang diadakan di sebuah stasiun televisi Seoul. Amelia bangga karena ia adalah satu-satunya finalis yang berasal dari Indonesia.

"Berikan penampilan terbaikmu,ya."

Tasya memberikan mic kepada Amelia saat nama sahabatnya itu dipanggil.

"Miss Jasmine from Indonesia!"

Amelia melangkah ke atas panggung dan tak lama suara emasnya terdengar begitu merdu membawakan lagu Listen. Tasya tersenyum melihat penampilan Amelia yang sanggat sempurna malam ini. Dengan memakai dress berwarna krem yang membentuk tubuh indahnya Amelia terlihat begitu cantik dan bersinar. Tampak para juri memberikan standing applause karena suara Amelia memang sangat merdu.

"You're so amazing, Amelia!" seru Tasya saat Amelia sudah turun dari panggung.

"Apa penampilanku tadi bagus?"

"Sempurna," jawab Tasya senang.

Dan hasilnya seperti yang diharapkan oleh Tasya, Amelia berhasil menjadi juara pertama. Memang itu yang menjadi rencana Tasya, Amelia menjadi bintang terlebih dahulu di Korea, saat ia pulang ke Indonesia tidak akan susah baginya untuk masuk ke perusahaan rekaman milik David. Apa lagi dengan penampilan Amelia sekarang, David tidak akan bisa menolak.

Seperti perkiraan Tasya di waktu yang sama David sedang menonton siaran langsung yang ditayangkan dari stasiun televisi Seoul di kamar kerjanya.

"Suara penyanyi itu mirip sekali dengan suara Amelia," ujar David kagum. Karla yang kebetulan sedang menemani David langsung menoleh dan mengerutkan dahinya.

"Menurutku jauh lebih bagus suara Amelia," tukas Karla. Sebenarnya, dalam hati Karla mengakui bahwa gadis yang dipanggil Jasmine itu indah, hanya saja ia merasa tidak rela jika David memuji wanita lain. Apa lagi Karla melihat gadis bernama Jasmine itu sangat cantik.

"Tidak, aku hapal sekali suara Amelia, sayang. Suara mereka memang sangat mirip."

"Terserah kau sajalah, aku mau pulang!" Karla menjawab dengan ketus sambil menggendong bayi mereka yang baru berusia 5 bulan keluar dari ruangan kerja David.

Saat keluar dari ruangan Karla berpapasan dengan Patricia yang baru saja datang.

"Kenapa Kau?" tanya Patricia saat melihat wajah Karla yang ditekuk.

"Sepupumu itu menyebalkan!"

Karla yang hendak terus melangkah, terpaksa berhenti karena Patricia mencekal lengannya.

"Kau harus tau diri, Karla! Asal kau tau, saat ini perusahaan dalam masalah besar. Kita kalah dengan pesaing- pesaing kita. Semua karena Amelia hilang! Dan, kita tau itu semua karena sikap aroganmu kepada Amelia. Kau itu kakak kandungnya. Tapi, selalu memperlakukan dia seperti pembantu!"

Karla menatap Patricia tajam.

"Kau jangan menuduhku yang macam-macam! Amelia pergi bersama kekasih gelapnya, dia hamil dan aku sendiri tidak tau siapa lelaki bodoh yang sudah menyentuh tubuhnya yang penuh lemak itu!"

Patricia tertawa sinis sambil melirik pinggang Karla yang sekarang tampak berlipat.

"Kau lihat dirimu sekarang , Karla. Memangnya kau sekarang tidak gemuk? Lebih baik kau perbaiki penampilanmu sebelum sepupuku melirik gadis lain yang lebih cantik dan memiliki tubuh yang indah. Ingat, selera David itu tinggi. Jangan sampai Davila anak kalian kehilangan sosok ayah. Apa lagi kalian tidak pernah menikah."

"Kau ...!"

Karla tidak melanjutkan ucapannya karena ia merasa apa yang Patricia ucapkan memang sebuah kebenaran. Ia memilih melanjutkan langkahnya untuk pergi. Sementara Patricia langsung masuk ke ruangan kerja David.

"Hai Dave," sapa Patricia.

"Hai, Pat. Kau dari mana?"

"Aku dari rumah, kau serius sekali, ada apa?"

Patricia melangkah menghampiri David, "Lihat itu, gadis itu berasal dari Indonesia. Dia kuliah di Seoul dan mengikuti lomba menyanyi di sana. Kau tau, suaranya itu mirip sekali dengan Amelia. Aku ingin kau mencari tau tentang gadis itu, Pat. Namanya Jasmine, aku ingin jika dia kembali ke Indonesia, dia mau bergabung dengan perusahaan kita. Akan aku pertaruhkan semuanya, kontrak eksklusif, fasilitas, semuanya yang dia minta asalkan dia mau bergabung dengan kita."

Patricia mengerutkan dahinya, ia melihat ke layar televisi. Wanita yang ditunjukkan oleh David memang sangat cantik, jauh lebih cantik dari Karla. Dia tinggi, langsing dengan kulit putih dan rambut yang panjang, tebal dan hitam. Aset yang sangat lengkap untuk modal sebagai seorang artis.

"Aku belum mendengar suaranya."

"Ah, kita kan bisa play back. Kau dengarkan suaranya, lalu berikan komentarmu."

David meraih remote televisi dan memutar mundur acara yang tengah ia tonton itu.

Patricia sontak melotot dan terpukau mendengar Jasmine bernyanyi, tanpa sadar ia bertepuk tangan.

"Luar biasa! Suaranya indah sekali, tinggi, melengking, tapi sangat renyah. Tekhnik vocalnya bagus , pitch kontrolnya sempurna. Dia calon bintang, David!"

"Kau setuju,kan? Kalau begitu kau harus cari tau tentang dia, Pat. Kalau perlu kau langsung ke Seoul, aku yakin kau punya koneksi, kan?"

Patricia mengangguk, "Tentu saja, Dave. Dia bisa menyelamatkan perusahaan kita yang sudah diambang kehancuran."

"Aku sudah putus asa, Pat. Sejak Amelia tidak ada, kita benar-benar susah."

"Seandainya saja Karla bisa menyanyi dengan benar."

"Itu semua kesalahanku, seharusnya dulu aku mempercantik Amelia. Dia gadis yang menarik jika berat badannya tidak terlalu over."

"Aku sudah mengatakan hal ini di awal. Tapi, kau yang ngeyel. Padahal jika dihitung-hitung, kau dulu memberi fasilitas pada dua orang. Jika kau permak Amelia, saat ini kau tidak akan merugi banyak. Karla itu lebih cocok berakting dari pada bernyanyi."

"Hah! Kau tidak lihat bentuk tubuhnya setelah melahirkan seperti apa? Mana ada production house yang mau memakai dia sebelum dia mengembalikan dulu bentuk tubuhnya itu."

Patricia tertawa kecil, sebenarnya dalam hal ini ia tidak terlalu setuju juga dengan David. Sebagai seorang wanita, Patricia mengerti Karla baru melahirkan beberapa bulan. Wajar jika tubuhnya mengembang.

"Kau tidak berpikir untuk menikahinya? Kasian Davila, dia itu butuh status yang jelas."

"Akte kelahiran Davila itu jelas , Pat. Dia anakku dan anak Karla. Aku juga tidak meragukannya, dia anakku, darah dagingku. Tapi, untuk menikah dengan Karla rasanya aku tidak bisa. Kau tau betul alasannya, Pat."

"Sampai kapan?"

"Sampai aku menemukan gadis yang berbeda. Gadis yang benar-benar bisa membuatku percaya bahwa cinta itu ada. Tapi, Karla ... Dia belum bisa menyentuh hatiku."

Patricia hanya bisa menggelengkan kepala mendengar perkataan David.

"Lalu, jika kau bertemu dengan gadis itu, kau akan meninggalkan Karla dan Davila?"

"Karla berhak bahagia ,Pat. Toh, aku tetap akan membiayai Davila jika aku kelak menikah. Kecuali jika dia bisa membuat aku percaya sepenuhnya pada cinta yang dia berikan. Tapi, nyatanya sampai hari ini aku hanya melihat dia bertahan di sisiku hanya karena kemewahan yang aku berikan," tukas David.