Begitu terbangun, aku menyadari ini bukan ranjangku sendiri. Bukan juga salah satu ranjang di rumah Mimi. Mas Alam tidur dengan dengan posisi duduk dan membenamkan wajahnya di ranjang tempatku berbaring dengan kedua tangannya yang menggenggam telapak tangan kananku.
Sepertinya ini di klinik, atau mungkin rumah sakit. Perutku kembali terasa nyeri sampai aku mengaduh dan membuat mas Alam terbangun.
"Sayang, apa yang sakit?" tanyanya dengan muka kusut bangun tidur.
"Ini sudah sore ya mas?" Aku dimana? Kok bisa tidur lama banget." Pertanyaan dari mas Alam malah aku balas dengan serentetan pertanyaan.
"Ini di Klinik Family Medika, tadi kamu pingsan, jadi dibawa kesini," jelas mas Alam perlahan.
"Pingsan?" ulangku.
Mas Alam mengangguk dan mengusap telapak tanganku. Dia kembali menanyakan padaku apa aku merasakan sakit di bagian tertentu.
"Perutku kayak keram kalau mau haid mas, cuma lebih sakit rasanya." Jawaban dariku membuat muka mas Alam terlihat sendu.