"Halo?" jawabnya dengan suara serak.
Tidak berselang lama, ponsel yang dipegang wanita itu terjatuh. Ia yang merasa terkejut merasa lemas. Kakinya perlahan mundur hingga menginjak sisa pecahan vas dan juga gelas yang berserakan.
"Rery! Rery!" teriak ibunya. Wanita itu pun berlari menaiki anak tangga dengan kaki penuh darah.
Saat tiba di kamar Rery, ia menggedor-gedor pintu itu sembari meneriaki nama anaknya. Suara tangis juga bercampur hingga sesekali suaranya tidak keluar karena serak.
Begitu pintu terbuka, wanita yang tersungkur di lantai segera menggenggam tangan anaknya. Matanya membulat, rambutnya berantakan dan di sudut bibirnya juga ada darah.
"I-ibu berdarah?" ucap Rery melihat kaki ibunya dan jejak kaki yang wanita itu tinggalkan.
"Nak! Ayahmu, Nak!" Ekspresinya sulit diterima Rery. Ibunya tampak bersedih, tetapi juga tertawa.
"A-ayah kenapa, Bu?" tanya Rery ragu, tubuhnya gemetar. Ia takut melihat ibunya yang seperti itu.