Chereads / My Idol is My Illusion / Chapter 3 - Terbangun di Kamar Asing

Chapter 3 - Terbangun di Kamar Asing

"Pe-pembius? Aku?" Grizelle menoleh ke kanan dan ke kiri, memastikan bahwa dialah yang dipanggil oleh Rery.

"Hei! Tentu saja itu kamu, siapa lagi yang akan membiusku hingga tertidur selama enam jam," ujar Rery kesal.

"E-enam jam?" Grizelle tertawa terbahak-bahak. Responnya itu pun memicu perdebatan di antara keduanya.

Perdebatan yang semakin memanas berakhir dengan Grizelle yang memilih masuk ke rumah. Dia menutup pintu dengan membantingnya. Wanita itu pun segera ke kamar dan mengadu pada idolanya.

"Bo, aku tidak menyangka kamu di dunia nyata sangat menyebalkan!" Grizelle menatap bantal dan langit-langit kamarnya secara bergantian. "Ah, kalian lebih baik dari dia, setidaknya kalian tidak akan memarahiku 'kan?"

Wanita yang belum mengganti pakaiannya terlelap dalam pembicaraan tanpa lawan bicara yang nyata. Dia merasa lelah dengan kenyataan yang menimpanya. Meski terlihat biasa saja, tetapi dalam benaknya berputar berbagai macam masalah.

Setelah matanya terbuka menjelang petang, Grizelle yang merasa lapar segera berjalan ke dapur. Tangannya membuka pintu lemari es, dan ternyata ... tidak ada apapun. Bahkan air dingin saja tidak ada. Membuat lemari es itu benar-benar kosong seperti ruang hatinya saat ini.

Grizelle mencoba mencari makanan instan di sekitar lemari es. Dia berharap menemukan sesuatu yang terselip dan bisa menahan rasa laparnya. Namun, semua percuma saja, karena tidak ada apapun yang bisa ia makan.

"Ah, aku sangat lapar!" Suaranya gemetar, wajahnya pun mulai pucat. Dengan tenaga yang tersisa dia kembali ke kamar dan mengecek isi dompetnya.

Hanya ada satu lembar uang di dompet. Uang itu bisa membantunya bertahan hidup dalam seminggu. Dengan banyak pertimbangan akhirnya Grizelle memutuskan untuk pergi ke minimarket dan membeli roti.

Wanita itu segera mengambil jaket dan mengenakannya sambil berjalan keluar. Dia tidak membawa tas, uang yang ia temukan di dompet hanya ia masukkan ke saku di celananya.

Saat Grizelle sudah menuruni satu anak tangga di apartemennya, dia melihat Rery berjalan naik. Dengan tubuh yang lemah dia tidak memiliki tenaga untuk senang maupun menyapa sang idola.

Rery yang melihat Grizelle sudah heboh terlebih dahulu, tetapi dia merasa bingung karena wanita itu mengabaikannya. Saat selisih satu anak tangga di antara keduanya, Rery menyadari wajah pucat Grizelle.

"Hei! Kamu kenapa? Wajahmu pucat!" Suara Rery terdengar panik. Dia tidak bisa membiarkan seseorang terluka di hadapannya.

Grizelle yang mengabaikan dan berjalan melewati Rery, membuatnya berbalik dan menanyakan hal yang sama sekali lagi. Namun, Grizelle tetap tidak menjawabnya. Saat Rery sudah merasa kesal dan hendak meninggalkan Grizelle, dia melihat wanita itu hampir terjatuh. Dengan cepat Rery turun dan menahan tubuh Grizelle.

"Hei, kamu kenapa?"

Grizelle pingsan dalam pelukan Rery. Suasana sekitar yang sedang sepi membuat pria itu tidak bisa meminta tolong kepada siapapun. Dengan terpaksa ia membawa Grizelle ke apartemennya karena Rery tidak bisa membuka apartemen wanita itu dengan sembarangan.

Setelah tubuh Grizelle berbaring di tempat tidur Rery, pria itu menatapnya sembari menggeleng. Dia tidak percaya wanita galak yang ia temui sebelumnya berubah menjadi lemah seperti itu.

Rery melangkah keluar apartemen karena belanjaannya ia tinggal di tangga. Saat menggendong Grizelle sebelumnya, pria itu tidak bisa sekaligus membawa belanjaan yang cukup banyak.

"Untunglah masih ada," ucap Rery melihat kantong belanjanya di tangga.

Pria itu segera kembali dan menata barang-barang yang ia beli. Mulai dari peralatan mandi, hingga kebutuhan dapur, sudah tertata dengan rapi di tempatnya masing-masing.

Kini Rery duduk sembari menatap sekeliling. Satu hari belum berlalu, dia masih tidak terbiasa dengan apartemen sederhana yang jauh dari kata mewah. Rery tidak mengerti kenapa dia harus tinggal di tempat seperti ini, baginya ini cukup berlebihan karena tinggal di apartemennya dulu juga tidak akan menimbulkan masalah.

Tidak terasa waktu berjalan dengan cepat, hari sudah mulai gelap. Pria itu berjalan menuju kamar untuk melihat keadaan Grizelle. Namun, wanita itu masih dalam posisi sama seperti saat dia meninggalkannya tadi.

Karena tidak mungkin membangunkannya, Rery bergegas mandi dan kemudian memasak untuk makan malamnya.

***

"Eh, di mana aku?" Grizelle yang baru sadar langsung bertanya-tanya sembari menatap sekitar. Ia tampak asing dengan tempat tidur serta kamar yang ia tempati saat ini.

Karena ingin mencari jawaban, wanita itu segera melangkah keluar. Dia mendengar suara bising di dapur dan bergegas melangkah mendekat.

Menyadari kehadiran seseorang, Rery yang tengah memasak mulai menoleh.

"Kamu sudah sadar?" tanya Rery. Grizelle tidak menjawab, dia hanya bertanya-tanya dalam hati kenapa bisa berada di apartemen idolanya.

"Kenapa kamu pingsan? Sakit?" tanya Rery lagi. Saat dia menatap Grizelle, wanita itu hanya menggeleng.

"Lalu? Apa kamu tidak bisa bicara?" Tidak mendapat jawaban yang diinginkan, Rery merasa kesal dan memalingkan wajah. Dia kembali fokus pada masakan yang ada di hadapannya.

"A-aku lapar ...." Suara lirih itu terdengar di telinga Rery.

Rery menoleh dan menatap Grizelle yang tampak lemah. Ia mengembuskan napas panjang kemudian meminta wanita itu untuk duduk di meja makan. Tanpa disuruh dua kali, Grizelle segera duduk dengan tenang. Tidak sampai lima menit, makanan yang di masak Rery matang. Ia menyajikannya dengan cepat di meja makan.

"Hei, lihatlah tatapanmu itu. Seperti singa melihat mangsanya saja," ucap Rery sembari duduk. Grizelle tidak menanggapinya, dia hanya menatap sang idola dengan kesal.

"Sudahlah, silakan dimakan. Semoga sesuai dengan seleramu," imbuh Rery.

Mendengar kata-kata itu Grizelle merasa bahagia. Tanpa tahu rasa malu, perempuan itu segera mengambil semua menu yang ada dan membuat piring di hadapannya penuh.

"Terima kasih atas kebaikanmu. Selamat makan," ujar Grizelle penuh semangat. Dia pun segera melahap makanan itu seperti orang yang sudah beberapa hari tidak makan.

Melihat hal itu, Rery bergumam, "Ah, kamu memang kelaparan."

Saat Grizelle tengah sibuk menikmati makanannya, Rery justru sibuk menatap wanita di hadapannya. Dia menyadari bahwa Grizelle adalah seseorang yang cantik, tetapi dia penasaran kenapa wanita itu bisa sampai pingsan kelaparan.

Sesuai kepribadian Rery yang tidak bisa merasa penasaran, dia mulai menanyakan pertanyaan dalam benaknya kepada yang bersangkutan.

"Hei!" panggil Rery. Grizelle yang tengah mengunyah makanan menoleh mendengar suara sang idola.

"Hei! Jawab jika aku memanggilmu!" Karena tidak mendapat sahutan, Rery merasa kesal. Dia bersandar pada kursi dan menatap Grizelle dalam-dalam.

Saat makanan di mulut Grizelle sudah tertelan, wanita itu menjawab perkataan Rery.

"Aku ini punya nama. Bagaimana bisa kamu memanggilku 'Hei'!" ucap Grizelle dengan kesal. "Ingat-ingat namaku, G-r-i-z-e-l-l-e, Grizelle!" imbuhnya.

"Oke, baiklah Griebele. Jawab—."

Grizelle memotong perkataan Rery. Dia kesal namanya disebut dengan salah. Setelah perdebatan kecil, Rery pun meminta maaf dan mengucapkan nama Grizelle dengan benar.

"Sudah jangan memperdebatkan hal yang tidak penting," ucap Rery. "Kenapa kamu sampai pingsan? Apa di tempatmu tidak ada makanan?" tanyanya lagi.