Chereads / My Idol is My Illusion / Chapter 1 - Membius Idola

My Idol is My Illusion

MahinaAi
  • 280
    Completed
  • --
    NOT RATINGS
  • 156.6k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Membius Idola

"Aku benar-benar berharap dapat bertemu idolaku. Oke, baik! Tidak usah idola, setidaknya bertemu seseorang yang tinggi, tampan, baik hati, dan kaya raya! Hah, aku lelah dengan kehidupanku saat ini." Di bawah langit gelap bertabur bintang, wanita itu mengeluh sembari menatap jalan yang ia pijak.

Langkah gontai wanita berumur dua puluh tujuh tahun harus terhenti saat seseorang menabraknya. Dia terjatuh dan belanjaan yang ia bawa pun berserakan di tepi jalan.

"Oh, hei! Kalau jalan pakai mata!" teriak Grizelle Meisie, wanita cantik berambut panjang dengan tubuh yang indah layaknya seorang model. Sayangnya dia adalah pengangguran setelah dipecat dari pekerjaan ke 30-nya di tahun ini.

"Maaf, Nona. Itu salahku, mari kubantu berdiri," jawab si penabrak. Dia mengulurkan tangan sembari membungkuk.

Grizelle menatap ke arah orang yang menabrak serta membantunya.

'Astaga, apa doaku baru saja dikabulkan?' Wanita itu terkejut melihat pria rupawan bertubuh tinggi sedang berdiri di hadapannya.

Dengan cepat ia menggapai tangan pria yang menabraknya dan berdiri sembari menepuk-nepuk lengan yang kotor. Sedangkan pria itu sedang membantu Grizelle memungut barang yang berserakan.

"Ini, Nona. Sekali lagi maafkan saya," ucapnya sembari menyerahkan kantong belanjaan. Ia juga tersenyum dengan ramah dan membuat jantung Grizelle berdebar.

"Ah, ti-tidak masalah. Saya yang kurang berhati-hati."

Setelah mengatakan hal itu, pria yang membuat Grizelle mematung segera berlalu pergi. Wanita itu tidak beranjak dari tempatnya saat ini. Dia hanya terdiam sembari menatap punggung pria asing.

"Aku pikir dia jawaban dari doaku, ternyata hanya seseorang yang sekedar lewat," gumamnya. Ia menghela napas panjang sembari menggeleng.

***

Begitu tiba di apartemen kecil Kota Bing yang dibeli menggunakan uang peninggalan orang tuanya, Grizelle segera merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Dia menatap poster idolanya yang ditempel di langit-langit kamar.

"Bo, apa Bo tidak mau menemuiku?" tanya Grizelle pada benda mati yang ia tempel. Perempuan berambut panjang itu sangat menyukai idolanya dan "Bo" sendiri adalah panggilan untuk idola di Negeri Chester. Baginya, dia adalah laki-laki sempurna yang pernah ia lihat meski hanya dari televisi maupun media sosial. Selain pintar bernyanyi dan menari, idol itu juga pandai berakting dengan kemampuan yang tidak diragukan lagi.

Wanita itu kini memutar tubuhnya menghadap dinding. Ia memeluk bantal dengan gambar wajah sang idola. Tidak hanya poster di langit-langit kamar dan bantal saja, semua barang-barang di kamarnya dipenuhi dengan foto pria yang belum pernah dia temui.

"Bo, apa Bo tahu? Hari ini aku dipecat lagi. Katanya aku tidak bisa melayani pelanggan dengan baik, padahal pelanggan itu yang marah-marah padaku tanpa sebab. Aku lelah ... harus bagaimana lagi untuk mendapat uang?"

Air mata mulai mengalir dari mata bulatnya. Setiap hari wanita itu hanya mengeluh dan menangis pada benda mati. Dia tidak mempunyai saudara, apalagi teman dekat yang bisa membantunya meluapkan semua emosi.

Malam ini Grizelle kembali larut dalam angan-angannya. Dia selalu berharap dapat bertemu dengan sang idola dan menjalani hari baik seperti cerita-cerita komik yang sering ia baca. Meski tahu kenyataan tidak akan berbuat seperti itu padanya, tetapi wanita itu tidak pernah berhenti berkhayal.

***

Tok ... tok ... tok ....

Pintu diketuk dengan sangat keras, membuat Grizelle yang terlelap harus membuka matanya.

"Iya sebentar! Siapa sih pagi-pagi begini!"

Setelah membuka pintu, seorang pria bertubuh tinggi yang mengenakan hoodie dan topi segera masuk tanpa mengatakan permisi. Grizelle pun berteriak dan memaki karena tindakan orang itu. Bahkan dia menuduhnya sebagai pencuri karena tingkahnya yang tidak biasa.

Sayangnya pria itu mengabaikan Grizelle dan segera duduk tanpa dipersilakan.

"Sudahlah jangan berisik, ini aku. Cepat ambilkan aku minum!" pintanya sembari mengibaskan tangan di dekat wajahnya.

"Mi-minum? Aku?" Grizelle semakin bingung. Dia benar-benar tidak mengenal pria itu, tetapi dia bertingkah seolah saling kenal.

'Apa ini trik penjahat jaman sekarang? Apa aku harus meracuninya?' Tangan Grizelle memegang dagu. Ia merencanakan hal itu karena secara fisik dia akan kalah jika tetap berdebat apalagi bertarung.

Akhirnya Grizelle pun setuju untuk mengambil minum. Namun, ia tidak sekedar mengambil minuman. Dia menambahkan obat tidur dengan porsi dua kali lipat dari yang biasa ia minum.

"Jangan salahkan aku jika kamu over dosis, oke?" gumamnya. Wanita itu lekas melangkah mendekati pria yang tidak segera membuka hoodie ataupun topinya.

Grizelle segera mempersilakannya, tanpa menunggu lama pria itu segera meneguk habis minuman yang disuguhkan. Senyum licik wanita itu terlihat jelas sedang menanti-nanti obatnya bereaksi. Seperti yang diharapkan, tidak sampai lima menit, pria itu pun mulai mengantuk dan mulai terlelap dalam pengaruh obat.

Tawa bangga keluar dari bibir Grizelle, dia merasa bangga pada dirinya karena dapat menangkap penjahat dengan usaha sendiri. Kini wanita itu segera melangkah mendekat, memastikan bahwa pria tersebut benar-benar terlelap dan bukan berpura-pura.

"Hei! Tuan! Halo?" Jari telunjuk Grizelle menyentuh lengan pria itu, tidak ada gerakan sama sekali dan membuatnya yakin bahwa pengaruh obat sudah 100 persen berhasil.

Dengan cepat Grizelle segera membuka topi dan topi hoodie yang menutupi kepalanya. Betapa terkejutnya wanita itu saat wajah pria yang tertidur tampak seperti seseorang yang dia kenal.

Tubuh ramping Grizelle perlahan mundur, menjauhi pria yang sedang tertidur karena pengaruh obatnya. Dia yang merasa terkejut tanpa sengaja tersandung karpet dan membuatnya tersungkur.

Tangan Grizelle membungkam bibirnya sendiri, matanya membulat dan bola matanya bergerak ke kanan serta ke kiri.

"Ba-bagaimana mungkin? Itu tidak benar, bukan?" Satu tangannya mencoba menggapai pria itu, sedang satunya lagi masih memegangi mulut.

"Bo! Benar itu Bo! Astaga apa aku bermimpi? Dia benar-benar Rery!"

Aaron Rery, atau sering dipanggil dengan nama panggung Rery, adalah idola yang sangat disukai Grizelle. Dengan penuh rasa tidak percaya, Grizelle mendekati pria itu, dia menatapnya lekat-lekat. Dia tidak menyangka dalam hidupnya akan bertemu sang idola secara langsung. Namun, dia juga berada dalam masalah, karena bagaimanapun idolanya tertidur karena perbuatannya.

Jantung Grizelle yang masih berdetak kencang mengiringi tubuhnya yang gemetar dan lemas. Rasa bahagia yang tidak bisa digambarkan membuat wanita yang masih mengenakan piama ingin berteriak. Namun, dia sadar bahwa teriakannya akan membangunkan sang idola, maka dari itu Grizelle segera ke kamar dan menutup pintunya rapat-rapat.

"Aaa!" teriaknya sembari meloncat.

Kini wanita yang merasa lelah meloncat ke sana-kemari segera berbaring dan memeluk bantal bergambar idolanya. Dia juga mulai berbicara sendiri sembari menatap poster yang berada di langit-langit kamar.

"Bo, aku tidak menyangka kamu benar-benar pergi menemuiku." Sorot mata yang tidak henti-hentinya memancarkan kebahagiaan terus menatap sang idola yang ada di atasnya.

Sebenarnya Grizelle tidak ingin melewatkan kesempatan bertemu idolanya yang asli, tetapi dia tidak kuat menatap ketampanan yang sesungguhnya terpancar dari sosok tinggi itu.