"Kak, boleh tanya?" tanya seorang wanita.
"Iya, silahkan saja," jawab Aarav.
Aarav Alkatiri seorang S.Psikolog sekaligus anak dari pengusaha terkaya se-Eropa, dan merupakan anak bungsu dari keluarga Alkatiri.
"Kakak anak bungsu dari keluarga Alkatiri, kan?" tanya wanita tersebut.
"Ya, tetapi sudah lama saya di Indonesia dan sudah lama juga saya tidak bertemu dengan orang tua saya. Dan kini, saya mau menemuinya," ucap Aarav.
"Semoga kakak bisa sampai disana, ya!" wanita tersebut tersenyum dan membuat Aarav merasa aneh karena dia pasti akan bertemu dengan keluarganya yang sudah lama ditinggali.
Selang beberapa menit, Aarav mulai mengantuk. Iapun memakai jaket tebalnya untuk menyelimuti dirinya. Perlahan-lahan, Aarav mulai memejamkan kedua matanya dan tertidur. Tetapi saat ia mau tertidur...
Duarrr...
Suara seperti ledakan begitu keras yang tak jauh dari tempat Aarav berada. Seketika itupun suasana menjadi tegang! semua penumpang pesawat merasa takut dan was-was. Terlebih lagi Aarav yang mendengar suara ledakan tersebut begitu keras.
Tak lama terdengar suara dari seorang pramugari yang berada ditempat para pilot.
"Dear passengers, please pay attention! calm yourself down, we will try our best. Thank you (Penumpang yang terhormat, mohon perhatiannya! tenangkan dirimu, kami akan mencoba yang terbaik. Terima kasih).
Setelah mendengar suara pramugari tersebut, para penumpang pesawat semakin dibuat ketakutan.
"Ya Tuhan, berikan keselamatan kepadaku," doa Aarav kepada Tuhan kepercayaannya.
Setelah itu ia kembali memerhatikan keadaan diluar pesawat. Dan saat dilihat, sayap pesawat terbakar akibat sambaran petir. Aarav yang melihat itu semakin takut bahwa sesuatu buruk akan terjadi saat itu.
Dan, Nitt...nit...nitt
Suara terdengar dalam pesawat yang sangat nyaring disertai dengan lampu berwarna merah yang berkedip-kedip membuat penumpang semakin panik.
"Pesawat akan jatuh!" celetuk pramugari sembari berpegangan pada sebuah pintu.
Orang-orang yang mengerti bahasa Indonesia, benar-benar takut sekali. Begitu pun dengan Aarav.
"Apakah aku akan pergi sekarang?" batin Aarav.
Iapun mengambil sebuah cincin dikantong bajunya lalu menatapnya sembari memegangi dengan erat.
"Kozhikina, maaf jika aku harus pergi sekarang. Maaf jika aku tidak menepati janjiku, semoga kamu bisa bahagia," ucap Aarav.
Seketika itu, pesawat pun jatuh di Laut Jawa. Tetapi sebelum itu, pesawat sempat mengalami ledakan dan kini mungkin sudah menjadi puing-puing pesawat nya.
***
Sembilan tahun kemudian...
"Ali, sudah siap sarapan nya!" teriak seorang ibu-ibu dari luar.
"Iya, Bu," saut Ali.
Ali pun keluar dari kamarnya dan menemui ibu-ibu yang berteriak. Dan ternyata ibu-ibu tersebut adalah ibunya.
"Maaf Bu, Ali buru-buru. Sepertinya Ali sarapan di kampus saja," ujar Ali.
"Ya sudah nak, hati-hati dijalan ya!" jawab Mira (Ibu Ali).
Ali pun duduk didepan, memakai sepatunya serta merapihkan bajunya yang sedikit berantakan. Setelah itu iapun menaiki motornya. Tetapi, tiba-tiba terdengar teriakan menyebut namanya.
"Pak Ali!" teriak seorang wanita.
"Mikha! hai, kamu apa kabar?!" tanya Ali.
"Baik pak," jawab Mikha sembari mencium punggung tangan (salim) Ali.
Mikha adalah tetangga Ali sekaligus juga sahabat Ali sejak tiga tahun terakhir ini. Ia masih kuliah di jurusan Teknik Informatika. Terkadang Mikha suka minta ajarkan Ali saat ia kesusahan di bidang Matematika. Karena Ali adalah dosen yang mengajar pelajaran Matematika bisnis di kampus jurusan Akuntansi. Ia sudah tiga tahun mengajar, dan sudah S2.
"Kabar bapak bagaimana? baik kah? oh ya pak, setahun lagi aku lulus loh. Sekarang sudah tiga tahun, tahun depan udah empat tahun dan lulus," ujar Mikha gembira.
"Syukurlah kalau begitu, siswa-siswi yang saja ajar juga satu tahun lagi lulus, sama seperti kamu. Terus, kamu mau berangkat ke kampus, ya?" jawab Ali sembari bertanya.
"Iya, pak!" jawab Mikha langsung.
"Ya sudah, kita berangkat bersama saja. Lagipula sejalan kan kampus tempat saya mengajar sama kampus mu?" tawar Ali.
"Ya sudah gak apa-apa deh, lumayan uang jajan gak ke pakai. Hehehehe," Mikha pun tertawa.
Setelah itu iapun menaiki motor Ali, dan mereka segera berangkat. Sebelum itu, tidak lupa juga disiapkan alat-alat untuk mengendara seperti helm untuk pelindung. Semua sudah beres, mereka berangkat.
Hari-hari terasa bahagia, dipenuhi dengan canda tawa persahabatan antara mereka berdua. Meski begitu, Mikha tetap menghormati Ali yang usianya sudah tiga puluh tahun. Sedangkan dia baru berusia dua puluh tahun.
"Pak Ali, mau tanya boleh?" tanya Mikha sembari memegangi tasnya agar tidak dijambret orang.
"Iya, silahkan Mikha," jawab Ali.
"Bapak gak mau tuh kerja yang lain?" tanya Mikha.
"Tidak Mikha, saya sudah nyaman menjadi seorang dosen," jawab Ali.
"Oh begitu, kukira bapak mau ganti profesi gitu," jelas Mikha.
Ali diam dan tidak menjawab ucapan Mikha. Setelah itu ia kembali fokus mengendara menuju kampus Mikha.
Satu jam kemudian...
Ali dan Mikha sampai di Universitas Gunadarma, Depok. Yakni kampus Mikha. Sedangkan Ali di universitas Indonesia, ya walau beda kampus tetapi daerahnya masih sama. Sama-sama Depok dan rumahnya juga sama-sama di Jaksel (Jakarta Selatan).
Mikha pun turun dari motor Ali dan membuka helm yang dikenakannya.
"Makasih ya pak, udah nganterin," ucap Mikha sembari memberikan helm yang dipakainya tadi.
"Iya sama-sama. Kamu semangat belajarnya ya, biar cepat lulus!" jawab Ali.
"Iya pak, bapak juga semangat mengajar siswa-siswi nya biar mereka bisa membanggakan bapak!" ujar Mikha.
"Siap Mikha. Hmm... nanti sore kalau saya bisa pulang cepat, saya jemput kamu," jelas Ali.
"Gak usah pak, ngerepotin! lebih baik nanti bapak ajarin saya pelajaran Matematika lagi! nanti sore kita belajar bareng gitu pak, mau gak?" usul Mikha.
"Oh ya sudah kalau itu kemauan mu, hmm saya berangkat dulu ya," Ali memakai helmnya dan bersiap untuk pergi dari kampus tersebut.
"Bye-bye bapak! hati-hati!" teriak Mikha sembari melambaikan tangannya.
Ali pun keluar dari area kampus. Dan Mikha berjalan masuk ke kampusnya untuk menemui teman-temannya sekaligus sarapan sedikit sebelum jam masuk.
Tetapi saat baru saja ia mau membalikkan badannya, dua wanita berdiri dibelakangnya.
"Apakah itu adalah kekasihmu, Mikha?" tanya Naila (salah satu teman jahat Mikha).
"Kalau itu pria adalah kekasih Mikha, kubilang keren. Karena itukan Aarav Alkatiri, tetapi kenapa dia naik motor ya?" saut Azka (salah satu teman jahat Mikha).
"Apa maksud kalian? siapa Aarav Alkatiri itu? dia itu namanya Ali Brahnowo, dosen universitas Indonesia yang mengajar pelajaran Matematika bisnis!" bantah Mikha.
"Eh Mikh! lo gak usah sewot dulu dong, kalau cowok itu adalah Aarav! kamu bisa jadi orang kaya, Mikha!" bentak Naila.
"Coba jelaskan secara detail! siapa itu Aarav Alkatiri!" Mikha menatap wajah Naila.
"Tunggu bentar!" Naila membuka ponselnya lalu membuka internet.