Seorang pemuda mencoba membuka matanya, tengkuknya terasa sakit, kepalanya juga terasa pusing karena cahaya lampu kamar yang cukup terang. Pemuda itu mencoba mengingat apa yang telah terjadi, ia teringat akan perdebatan yang terjadi diruang kerja ayahnya.
"Vy..." ucap Xean pelan, "apa yang terjadi padanya? Oh shit!" umpat Xean, ia memegangi tengkuknya. Tengkuknya terasa sangat sakit, sepertinya Daniel memukulnya cukup keras.
Xean mencoba melawan rasa sakit ditengkuknya, dan pergi mencari Varsha.
"VY!" teriak Xean, "VY, KAU DIMANA? Ah... mungkin dia dikamarnya." ucap Xean pada dirinya sendiri, lalu berjalan menuju kamar Varsha.
Oleandra yang berniat ingin melihat keadaan Xean pun menghentikan niat sang putra.
"Percuma kau mendatangi kamarnya Xean, kau tidak akan menemukan Varsha disana." ucap Oleandra.
Xean yang bingung dengan perkataan sang ibu kemudian bertanya, "apa maksud Mommy Vy tidak ada dikamarnya? lalu dimana dia sekarang? aku harus mengobati memar dipipinya."
Oleandra langsung memasang wajah sedih, ia tidak langsung menjawab pertanyaan Xean.
Xean merasa ada yang tidak beres, ia mencoba bertanya lagi pada Oleandra, "Mom! Vy dimana?"
"Vy... Dia..." Oleandra tidak ingin mengatakan yang sebenarnya pada Xean, ia tidak ingin putranya mendapat masalah nanti.
"Dia dimana Mom?" tanya Xean lembut, ia mencoba bersabar walaupun ia sangat ingin berlari untuk menemui Varsha sekarang.
"Varsha, dia di-"
"Varsha berada diruang bawah tanah." ucap Reagan muncul tiba-tiba dari ruang keluarga.
Xean yang mendengar itu terkejut, "APA? RUANG BAWAH TANAH? APA DADDY GILA MEMBIARKAN ANAK SEKECIL ITU BERADA DIRUANGAN YANG GELAP?" teriak Xean, ia marah dengan apa yang dilakukan Reagan pada Varsha.
"Xean, jangan teriak pada Daddy mu sayang. Daddy punya alasan, dan itu semua hanya untuk mendidik Vy agar tidak menjadi anak yang pembangkang." Oleandra mencoba menenangkan putranya.
"Mendidik? Tidak begitu caranya Mom." ucap Xean dengan wajah datar.
"Aku akan menemui dan mengeluarkannya dari sana sekarang." ucap Xean denga nada rendah, saat dia ingin pergi langkahnya terhenti karna perkataan Reagan.
"Jika kau pergi kesana, maka akan Daddy pastikan Varsha akan berada diruangan itu lebih lama lagi!" seru Reagan.
Xean mengepalkan tangannya kuat, ia sangat marah dengan perlakuan Reagan terhadap Vy. Tapi ia lebih marah pada dirinya sendiri karna tidak bisa melindungi adik kecil kesayangannya.
"Sayang dengarkan Daddy ya? Vy tidak akan lama berada disana, ini hanya sebagai hukuman kecil sayang. Jangan khawatir, memar Vy juga sudah dioabati dengan Emely tadi." ucap Oleandra lembut, Xean hanya diam mendengar perkataan ibunya.
"Kembalilah ke Swiss, William akan mengantarkanmu malam ini." ucap Reagan.
"Aku akan pergi setelah memastikan bahwa Vy baik-baik saja." ucap Xean tanpa melihat ayahnya.
"Pergilah malam ini Xean, atau kau tidak akan pernah melihat Varsha lagi!" seru Reagan.
"Sayang, Xean baru saja tiba tadi pagi, biarkan dia disini beberapa hari lagi. Xean juga masih harus beristirahat karna Daniel memukul tengkuknya cukup keras tadi." ucap Oleandra mencoba membujuk suaminya.
"Baiklah sayang, kau sepertinya masih merindukan Xean." ucap Reagan lembut. Oleandra tersenyum manja mendengarnya.
Xean pergi meninggalkan ayah dan ibunya, ia pergi kembali masuk ke kamarnya. Sesampainya dikamar Xean menghancurkan vas bunga yang ada disana.
PRANG....
"AAARRGGGHHH!!" teriaknya,
"SIAL! SIAL! SIALLL!!!!" Xean mengacak rambutnya asal. Ia merasa frustasi karna tidak bisa melindungi Varsha, jangankan untuk melindungi gadis itu, untuk melihat bagaimana keadaannya saja ia tidak mampu, pikirnya.
"Maaf Vy, sebagai seorang kakak aku tidak bisa melindungimu." lirihnya.
"Maaf, karna aku juga membiarkan tante Ainsley meninggal dengan cara seperti itu Vy..." ucap Xean lirih, ia pun menangis dalam diam. Ia merasa sangat berdosa dengan Varsha.
******
Diruangan gelap itu seorang gadis menangis dalam diam, ia duduk dengan menumpu kedua tangannya diatas lutut dan menundukkan kepalanya diatas tangan.
'Mom, Vy kangen Mom, hiks... hiks...hiks.' ucapnya dalam hati.
'I need you Mom, i need you beside me. It's too hurt. Kenapa Mommy ninggalin Vy di neraka seperti ini? Kenapa Mommy pergi sendiri? Please, bring me with you Mom. Vy gak mau tinggal sendirian disini. Vy bahkan tidak bisa berbicara lagi sekarang.' batinnya.
Setelah apa yang ia alami, Vy tidak bisa mengucapkan sepatah katapun. Reagan tidak memanggil dokter untuk memeriksa kondisi gadis kecil itu, hanya seorang maid yang diperintahkannya untuk mengobati luka Varsha.
Seorang pria paruh baya terlihat sedang berjalan dilorong yang gelap, ia ingin mendatangi seseorang yang harus ia lindungi mulai sekarang. Seorang gadis kecil yang sedang dihukum hanya karna ingin keadilan atas kematian ibunya yang tidak wajar.
'Nona muda akan menjadi tanggung jawab saya nyonya, jadi nyonya bisa beristirahat dengan tenang sekarang. Saya akan membuat nona muda menjadi gadis yang tidak terkalahkan.' batinnya.
Pria paruh baya itu melihat gadis yang dicarinya dengan keadaan yang mengenaskan, lebam dan memar di sekujur tubuh dan juga rambut yang berantakan.
"Nona muda!" panggil seorang pria paruh baya. Varsha sedikit terkejut, tapi kemudian ia sedikit tersenyum karena dia mengenal dengan baik siapa pria itu.
Pria itu terkejut melihat bibir Varsha, terdapat luka bakar disana.
'Bajingan itu! Apa yang sebenarnya ia perbuat pada gadis kecil didepanku ini.' ucapnya dalam hati, ia merasa sangat marah pada Reagan.
'Uncle Sam!' ucap Varsha dalam hati, ia sangat mengenal pria ini. Ia adalah orang kepercayaan ibunya.
Samuel Bill Johnson, merupakan mantan anggota CIA. Ia memutuskan berhenti bekerja disana, dan memilih menjadi pengawal sekaligus orang kepercayaan Ainsley. Tidak ada seorang pun yang mengetahui bahwa ia bekerja untuk Ainsley, termasuk Reagan, suami sang majikan. Hanya Varsha yang mengetahui itu.
"Nona, apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang ayah nona lakukan terhadap nona?" tanya Samuel, raut wajahnya terlihat sangat khawatir.
Varsha hanya bisa menggeleng, ia tidak bisa mengatakan apapun sekarang.
Samuel yang melihat itu tampak terkejut, "Nona... apa mungkin anda bisu?" tanya Samuel kembali, ia ingin memastikan.
Varsha mengangguk, karna ia juga mempunyai firasat yang sama dengan Samuel.
"Sial!" seru Samuel.
"Nona, anda jangan khawatir, itu hanya bisu sementara karna mungkin anda mengalami trauma. Anda pasti bisa berbicara lagi nanti." ucap Samuel, "Saya tidak bisa lama, jadi dengarkan saya baik-baik nona." lanjutnya
Varsha mengangguk, dan mencoba mendengarkan apa yang akan di katakan Samuel.
"Firasat anda tentang nyonya Ainsley dibunuh itu benar, saya akan menjelaskan semuanya nanti. Yang perlu nona ingat adalah, jangan meminum atau memakan apapun yang diberikan oleh nyonya Oleandra. Dan juga jika ia memberikan obat, cobalah untuk tidak meminumnya tanpa ketahuan. Apa nona mengerti?"
Varsha kembali menganggukkan kepalanya.
"Baiklah! Ini adalah surat yang dititipkan oleh nyonya untuk anda, dan simpan ini baik-baik nona. Ponsel ini akan menghubungkan kita tanpa bisa dilacak oleh siapapun." ucap samuel seraya memberikan sepucuk surat dan ponsel.
Setelah Varsha menerima barang itu, Samuel pun berkata, "Saya harus pergi sekarang nona, jaga diri anda baik-baik."
Varsha mengangguk, setelah itu Samuel pun pergi meninggalkan Varsha. Selepas kepergian Samuel, Varsha kembali duduk. Ia melihat surat itu, dan menangis karna teringat dengan ibunya. Setelah dirasa tenang, Varsha mencoba untuk membaca surat itu.
******
Madrid, Spanish
"Tuan muda, dia sudah tiba." ucap seorang pria dengan hormat.
"Suruh dia masuk!" perintahnya.