Chereads / RAHASIA DAN MIMPI NAN / Chapter 45 - MENYEMBUNYIKAN KEBENARAN (PART 2)

Chapter 45 - MENYEMBUNYIKAN KEBENARAN (PART 2)

Din menelepon Veo dan meminta untuk bertemu. Mereka bertemu di malam hari setelah Din selesai dengan jadwalnya di sebuah kafe. Dia memberi tahu Veo tentang rencana dan alasannya. Perspektifnya karena keluarga dan pendapat temannya. Pendapat Charm memiliki poin yang sama dengan apa yang dikatakan Veo kepada Nan, tetapi pendapat dari Tap juga bukan ide yang buruk.

"Gimana pendapat lo tentang pendapat Tap?" tanya Din.

"Yah, buat gue, gue akan mendukungnya dalam apa pun yang dia pilih. Tapi, gue pikir dia gak akan keberatan dengan hal semacam ini, sejauh yang gue bicarakan dengannya, semua fokusnya adalah bisnisnya. Di industri ini, dia hanya berbicara tentang teman-temannya." jelas Veo tentang pandangannya tentang pemikiran Tap.

Din berharap Veo akan mengatakan itu dan dia melanjutkan. Dengan memberi tahu Veo, Veo memikirkan apa yang Nan rasakan dan pikirkan jika dia berada di posisi Nan lalu dia bertanya kepada Din, "Pernah ga lo pikir apa yang akan Nan terima kalo lo pilih rencana lo?"

Din terdiam. Dia bingung tapi dia tidak pernah memikirkan apa yang ditanyakan Veo. Veo dapat melihat bahwa Din tidak memikirkannya sama sekali. Kemudian, Veo menyarankannya untuk membicarakan hal ini dengan Nan. Dia meyakinkannya untuk menceritakan tentang ini dan menanyakan pendapatnya.

"Din, lo harus omongin ini sama dia!"

Veo tahu bahwa temannya akan marah padanya tetapi dia berbohong dan masih meyakinkannya untuk memberitahunya.

Din menolak, "Tidak, dia gak akan suka ini dan pasti marah."

"Ayolah gue udah kenal dia selama 5 tahun, tentu saja, gue lebih mengenalnya lebih dari lo!"

Din memikirkannya. Memang benar bahwa Nan dan Din hampir tidak mengenal satu sama lain dan pada akhirnya mempercayai Veo.

"Lo langsung pulang?" tanya Veo yang melihat Din merapihkan barangnya.

"Gak, kayaknya gue bakal ke tempat Nan dan memberitahunya malam ini!" jawab Din.

"Wah, cepet juga," Veo terkejut mendengar keputusan Din.

"Ya, gue gak mau terus sembunyiin sesuatu darinya." jawab Din.

Veo berpikir Din adalah pria yang baik dan merasa bersyukur bahwa Din adalah orang yang bersama Nan.

POV Nan, 09.00 malam

Sebelum Din dan Veo keluar dari kafe, Din mengirim sms kepada Nan.

"Boleh gue mampir ke rumah lo? Ada yang pengen gue omongin sebentar,"

"oke, dateng aja. Bisa sekalian beliin makan malem gak?"

"Tentu, gue nanti bawain sesuatu buat lo,"

40 menit telah berlalu dan Din masuk ke kamar Nan. Ketika Nan menutup pintu, Din memeluknya dengan erat, "ughhh... Gue benar-benar kesulitan menahan ini setiap kali ketemu sama lo di luar. Gue kangen banget sama lo!" dan dia membenamkan wajahnya di leher dan bahu Nan. Melihat tingkah manja Din, Nan tersenyum dan membalas pelukannya.

"Jadi, apa yang mau lo omongin?" tanya Nan.

"Ayo makan malam dulu!" kata Din.

Mengingat dia sudah lapar, "Oh! Oke, baiklah kalo gitu!" jawab Nan.

Mereka makan malam bersama segera setelah Din membawakan makanan dan ketika mereka akan menyelesaikan makanannya, Din mulai berbicara.

Nan mendengarkannya terlebih dahulu tanpa memberikan tanggapan sampai dia mengakhirinya. Dan akhirnya, Nan berbicara.

"Jika lo ada diposiis gue, apa yang lo rasain?" tanya Nan dengan tenang. Din merasa merinding di punggungnya, "Umm gue bakal merasa gak enak?" Dan menjawab,

"Tepat sekali, dan gak hanya sekali, tapi bakal kayak gitu sepanjang waktu! Satu hal lagi, lo mikir gak gimana tanggapan keluarga lo tentang hal ini? Apa yang akan mereka pikirin soal gue kalo merek tau alesannya?"

"gue pikir mereka akan setuju sam gue sih,"

"Ya gak mungkin dong. Sekarang, lo ada di puncak karier lo dan perjalanan lo masih panjang diindustri ini. Kenapa lo harus milih kalo lo bisa dapet semuanya?"

Pertanyaan terakhir Nan tampaknya cukup memukul Din. Din selalu berpikir bahwa dia tidak menyukai pilihan yang harus dia pilih, tetapi Nan memberi tahu dia sebuah alasan sehingga dia tidak harus memilih, tetapi dia bisa berjuang untuk semuanya.

"Maaf. gue gak mikir sampe sana sebelumnya,."

"Astaga, ini buat gue kaget banget," kata Nan sambil mengelus dadanya.

Din bingung, "Kenapa? Padahal Veo bilang lo gak akan marah."

"Yah, dia pasti bohongin lo lah!" Jawab Nan.

"Kenapa dia bohongin gue coba?" Din masih kebingungan.

"Mungkin, dengan begitu lo bisa ngomong sejujurnya." kata Nan.

"Hm..." Din memasang wajah kesal dan Nan yang mengetahui ekspresi itu berkata, "Untung dia bohongin lo! kalo gue tau ini dari mulutnya, gue bakal benar-benar ngehajar lo." Nan melayangkan pukulan lembut pada Din dan mencium pipinya setelahnya.

"Terima kasih telah memikirkan kita kali ini, tapi maaf gue gak bisa setuju sama ide lo tadi. Tapi, gue pengen kita berdua sukses dengan cara kita masing-masing." jelas Nan pada Din.

Din terkejut dengan ciumannya dan memeluk pinggangnya, "Gapapa, gue ngerti kokk," Mereka berpelukan erat. Perhatian dan kepedulian mereka satu sama lain menjadikan malam itu hangat dan nyaman bagai selimut hangat di musim dingin.