Julius terkejut saat memonitor unit spy. Seorang spy lagi melarikan diri dengan kuda. Beberapa meter di belakang, ada mahluk kimera yang diselimuti aura hitam. Gillian tanpa sengaja melihat ke layar telepath.
"Ya ampun!"
Gillian bernada cemas dalam intonasi berbisik. Gillian khawatir karena ia mengenali identitas dari unit spy tersebut.
Seorang memakai jubah hitam chevalier knight. Rambutnya hitam mencapai bahu. Poni panjangnya sampai menutupi mata kirinya. Ada bekas luka cakar di salah satu bahu. Jika dilihat dari ukuran cakarnya, monster yang mengerikan baru saja menyerangnya. Jika dilihat dari ukuran luka cakar, bukan mahluk kimera itu yang menyebabkan luka pada unit spy tersebut.
"Sebastian, apa kamu mendengar kami!" Julius mencoba mengontak unit spy.
"Julius, aku mendapatkan banyak informasi penting. Hanya saja aku sedang diincar. Mereka bukanlah mage negara lain, tapi mahluk tak manusia. Kita memiliki ancaman serius, para inhuman!" Sebastian, nampak khawatir dan tergesa-gesa.
"Sebas.... Apa yang mengejar mu, Sebas?" Julius ikut khawatir.
"Itu bukan apa-apa. Mahluk yang mengejar ku hanyalah bawahan mereka. Pemimpinnya ada di dalam lingkungan istana," seru Sebastian.
Mahluk kimera yang mengejar Sebastian, hanya bawahan dari musuh yang disebut inhuman.
Jika kimera hanya bawahan, lalu seperti apa boss nya?
Bawahannya saja mengerikan, lalu bagaimana atasannya?
Kimera nampak seram. Ekornya berwujud ular piton. Kimera bisa menelan kambing dengan ekornya. Kepala singa dengan surai emas. Kepala kambing membuat kimera terlihat seperti kembar siam. Kaki belakangnya seperti kaki kambing. Kaki kambingnya punya otot yang lebih kuat dari kaki kuda.
Kepala kambing dapat menembak bola api.
Saat dikejar kimera, Sebastian terus menghindari bola api yang datang. Terus melakukan manuver dengan kuda pacuannya. Pohon langsung terbakar seluruhnya, sesaat setelah tertabrak bola api.
"Hei, sepertinya aku tahu dimana letak hutan itu," gumam Gillian.
"Apa kamu bilang sesuatu, Gillian?" Setengah sadar, Julius bertanya pada putranya.
"Tidak, kok, hehe. Aku pulang. Aku sudah janjian akan bermain game online bersama teman kelas ku yang baru." Gillian cengengesan.
"Jangan lupa kerjakan PR!" Julius menasehati.
"Ayah lupa ya? Tahun ajaran baru belum berlangsung. Ini masih masa libur sekolah loh," sanggah Gillian.
"Oh iya. Aduh." Julius menepuk jidatnya sendiri.
"Apa ayah linglung? Ayah terlalu banyak lembur. Ambil cuti dulu supaya tidak linglung lagi, ya ayah," sindir Gillian.
"Aku linglung? Berisik sekali kamu Gillian," umpat Julius.
"Hehe, maaf, maaf." Gillian hanya cengengesan sebelum pergi dari gedung menara sihir.
Keluar pintu lobi gedung, Gillian langsung berlari. Gillian sepertinya tidak berniat langsung pulang.
Gillian mengenali hutan di mana Sebastian berada.
Malam ini agak sunyi, lampu jalan sedikit redup. Di distrik baru ada banyak jalan layang. Jalur kereta magnet, via jalur layang. Suaranya agak bising ketika ada kereta yang akan melintas.
Gillian nekat melakukan parkour hanya untuk naik ke jalur layang tersebut. Di setiap jalur layang ada dua jalur yang berlawanan arah.
Gillian berdiri di jalur kosong yang tidak dilintasi kereta. Seolah-olah menunggu kereta lewat. Untungnya kereta melintas dengan kecepatan relatif sedang. Kereta antar distrik, memiliki kecepatan yang dibatasi. Berbeda dengan kereta magnet dengan jalur antar negara. Gillian memakai skill gradation air untuk memproyeksikan pijakan untuk memanjat. Hasil akhirnya Gillian mampu melompat ke atap kereta magnet antar distrik.
Stasiun selanjutnya, ada di dekat gerbang luar dinding sebelah timur.
Jalur hutan yang dilihat melalui telepath, adalah kawasan dekat desa Lagnorian. Desa itu jadi perbatasan antar tiga negara. Perbatasan antara kerajaan Tristain, Germania dan Gallia. Hutan yang dipakai Gillian berlatih dengan Grimmjow sore tadi, masih setengah jalan menuju area tempat Sebastian berada.
Gillian punya keseimbangan atletik yang tinggi. Gillian terbukti dapat berdiri di atap kereta magnet tanpa goyah atau terjatuh.
Dengan menumpang di atap kereta, lebih cepat daripada berlari menuju ke gerbang timur kota. Juga lebih cepat daripada menunggu kereta berikutnya, di stasiun jalur layang.
Gillian membuka tas selempang ukuran kecil yang selalu ia bawa. Salah satu item yang disimpan di dalam tas adalah warp stone.
Seketika itu juga, Gillian langsung melakukan sumoned pada familiar.
"ASTAGA YA TUHAN!"
Seketika itu juga, Grimmjow nyaris terjengkang ke belakang karena efek aliran udara yang mendorongnya. Grimmjow memberi nada jeritan seorang pria yang kaget karena efek jumpscare. Grimmjow dalam wujud manusia saat terpanggil.
"Hei bos, apa yang kamu lakukan?" Grimmjow mempertanyakan hal ini dengan kesal. Memprotes cara nya melakukan summoning.
"Dalam wujud manusia, memang kegiatan apa yang sedang kamu lakukan?" Tanya Gillian.
Grimmjow masih menghela napas panjang, mengatur ritme jantung sebelum menjawab.
"Charles dan beberapa temannya mengajakku bermain gim online," jawab Grimmjow.
Karena duduk di atap kereta, suara mereka tertiup angin. Mereka harus bicara lebih keras untuk sekadar berkomunikasi.
"Aku ada sebuah misi pribadi," ucap Gillian.
"Ya," sahut Grimmjow.
"Kita harus menyelamatkan void familiar mage. Jika seorang void familiar tewas, void mage akan kehilangan kekuatannya," Gillian menjelaskan.
"Tentu saja," seru Grimmjow.
Sebastian adalah salah satu ajudan Julius. Sebastian adalah familiar dengan rune bertuliskan Gandalf, artinya tangan kiri tuhan. Sebastian adalah ayah dari Parvati, yang kini jadi teman kelasnya. Void familiar biasanya dipanggil berdasarkan dengan nama rune bumi yang ada pada tangannya.
Kehilangan Gandalf, sama saja dengan kehilangan void mage nya. Karena kematian void familiar akan menghapus kekuatan void mage.
"Apa menurutmu, ayahmu akan mengirim mage dari ordo menara sihir?" Tanya Grimmjow.
"Mungkin, tapi apa mereka akan sampai tujuan tepat waktu?" Gillian balik bertanya.
"Huh?" Grimmjow termenung.
"Aku tiba-tiba melompat ke atap kereta, alih-alih menunggu kereta di stasiun bukan tanpa alasan. Aku berhasil membeli banyak waktu!" Gillian memberi nada bangga.
Ketika kereta mulai mendekati stasiun, laju melambat. Gillian memunculkan lantai semu dan langsung melompat ke lantai itu.
"Woi, tunggu, yang benar saja!"
Grimmjow mengangkat tinju dan memprotes. Grimmjow tak mampu mengimbangi pergerakan Gillian.
Gillian kini telah melompat ke jalan raya distrik, sementara Grimmjow masih duduk di atas atap kereta.
Alhasil Gillian melakukan sumon ulang terhadap Grimmjow tepat di pinggiran jalan raya distrik Kota Tua.
Scene berganti dengan mereka kini berlari ke gerbang luar.
"Cepat gunakan wujud raksasa setinggi lima meter!"
Gillian memanjat ke punggung Grimmjow, lalu mereka bergerak menuju kawasan hutan. Beberapa kilometer sudah ditempuh.
"Apa ini jalan yang benar?" Tanya Grimmjow.
"Iya, terus menyusuri jalan ini saja! Aku sangat hapal rute ini. Ini rute menuju ke batas tiga negara, danau Lagnorian!"
"Astaga bos? Kenapa kamu hapal betul jalan di hutan? Usiamu baru empat belas tahun."
"Sejak kecil, aku sering melakukan perjalanan dengan kereta kuda. Aku hapal rute-rute yang biasa aku lalui saat kecil."
Tak lama setelah percakapan usai, Grimmjow mengerem lajunya.
"Ya ampun, ADA APA!" Gillian agak kaget dan nyaris terjengkang ke arah depan.
"Ada orang!"
"Apa!"
"Maksudku ada monster!"
Dihadapan mereka, ada monster berwujud kucing. Tingginya setara dengan wujud Grimmjow saat ini. Kucing itu tidak seram-seram amat, jadi kurang cocok untuk dibilang monster. Kucing hitam, matanya menyala dalam terang. Iris mata berwarna kuning. Sklera mata yang awalnya berwarna putih, saat ini memancarkan rona cahaya ungu amethyst. Kucing hitam raksasa ini memiliki sepasang sayap yang persis sayap kelelawar.
"Bukan monster, tapi magical beast kelas mitos!" Gillian mengoreksi Grimmjow.
Magical beast kelas mitos dasarnya hanya magical beast beast. Hanya saja, mereka sangat langka. Mereka terkadang memiliki kekuatan unik yang langka.
"Itu adalah fairy cat!"
"Benarkah?"
Grimmjow melangkah mundur, perlahan-lahan.
"Benar, kamu berwawasan sekali. Selain itu, aku tak asing dengan suaramu, manusia muda." Fairy cat mencoba berkomunikasi dengan Gillian. Fairy cat mendekatkan wajahnya, seolah ia ingin melihat lebih jelas wajah Gillian.
"Jangan takut, Grimmjow! Baiknya kita memutari fairy cat itu. Tak ada waktu lagi, kita harus selamatkan paman Sebas!" Gillian mengarahkan familiar nya.
"Hmmm," Fairy cat seolah sukses mengenali suara Gillian. Fairy cat berkata, "Apa itu kamu Gillian?"
"ASTAGA! Bagaimana bisa magical beast ini mengenaliku?" Gillian terkejut karena fairy cat mengetahui namanya.
"Sejak kecil, kamu beserta keluarga mu sering berkunjung ke rumah Parvati. Apakah kamu tahu kucing hitam yang selalu ada di rumah itu?" Fairy cat bertanya.
"H--hah, tunggu dulu! Lalu apa hubungannya?" Gillian balas tanya.
"Kucing hitam itu adalah familiar milik Shinta, ibu dari Parvati. Aku adalah kucing itu," ucapnya.
"Tunggu, apa? Jadi kucing hitam di rumah itu, adalah MAGICAL BEAST!"
"Hahaha, ya, tepat!"
Gillian masih melamun karena perasaan pangling.
"Aku sedang melacak keberadaan suami dari majikan ku. Daya lacak kekuatan sensor ku, tak cukup luas untuk mencarinya," kata fairy cat.
"Paman Sebas sedang ada di hutan dekat danau Lagnorian! Saat ini paman menuju kemari," Gillian menjelaskan.
"Kamu yakin?" Fairy cat meminta verifikasi.
"Iya, jalur hutan dekat perbatasan tiga negara! Mereka ada di hutan dekat danau Lagnorian. Paman Sebastian sedang menuju kemari. Kimera sedang mengejar paman Sebastian!" Gillian menceritakan detailnya.
Singkat cerita, mereka bergegas menuju lokasi yang diarahkan oleh Gillian. Salah satu kekuatan milik fairy cat adalah mata nya. Mata dengan penglihatan malam. Fairy cat bisa melihat malam, setajam mahluk nocturnal. Fairy cat memiliki skill sensor, lebih tajam dari mage type navigasi. Fairy cat punya kekuatan fisik layaknya raksasa, tapi bukan itu kekuatan utamanya.
Fairy cat punya kekuatan untuk membatalkan lingkaran sihir. Juga masih ada beberapa kemampuan spesial lainnya. Fairy cat memiliki kemampuan spasial yang unik.
Mereka terus berlari ke kedalaman hutan. Suara lolongan serigala pun kian intens di kedalaman hutan, di malam hari. Ratusan meter dilalui.
"Sensor ku menangkap kehadiran Sebastian," tukas fairy cat.
Mulai di titik ini, fairy cat ada di depan mereka. Keluar dari hutan kecil, tiba di area seperti padang rumput. Mereka terus menyusuri jalan setapak. Sampai akhirnya melihat seorang penunggang kuda yang dikejar oleh Kimera.
"Itu Sebastian!" Fairy cat mampu melihat jelas, dengan penglihatan malamnya.
Semburan bola api, mengacaukan membakar pantat kuda. Kuda yang dikendarai Sebastian, terjatuh ke rerumputan.