Chereads / How do U say, you’re SORRY? / Chapter 37 - yang berubah itu kamu!

Chapter 37 - yang berubah itu kamu!

Tanpa sadar, Alexio pun ikut meneteskan air matanya.

Sejenak.. suasana pun menjadi hening.. Alexio masih larut pada penyesalan dan rasa bersalahnya, sedang Odele, gadis itu tampak tak lagi meratapi perasaannya yang ia sendiri tak mengerti. Namun setelah melepas semua melalui tangisan, Ia pun merasa bebannya sedikit terangkat.

Dengan beberapa tarikan napas, Odele pun mencoba menenangkan dirinya meski tidak mengerti pada perasaan sakit yang tiba-tiba muncul itu. Tanpa sadar, matanya pun tampak terfokus pada suatu benda di bawah kolong tempat tidur.

Ia sedikit mengernyitkan keningnya, begitu pula dengan Alexio. Ia tau mata Odele tengah terfokus pada benda apa.

FLASHBACK

Hari itu, tepatnya di 5 tahun lalu, dimana Odele datang ke Liechtenstein untuk menjalankan misinya menjatuhkan Alexio seperti yang sudah ia rencanakan bersama prianya di beberapa malam yang lalu.

Odele dan Alexio baru saja kembali dari sebuah Restoran mewah, karena seharian tak dapat menemani Odele yang datang jauh-jauh dari Swiss hanya untuk bertemu dengannya, ia pun berencana memberikan sebuah kejutan.

"Tutup matamu sayang.." ucap Alexio sembari menutup mata Odele menggunakan dasi miliknya

Gadis itu pun menurut dengan senyuman sumringah dan ekspresi penasaran yang luar biasa, setelah mata sang istri tertutup sempurna, Alexiopun segera menggendong tubuh istrinya ala bridal style dan berjalan menuju kamar milik mereka.

Sesampainya di depan pintu, Alexio pun menurunkan Odele dari dalam gendongannya.

"Kamu sudah siap?" Ucapnya sembari memegang gagang pintu tersebut untuk bersiap membukanya.

"Yah.. sayang.." jawab gadis itu.

Alexio dengan senyuman bahagianya mulai mendorong pintu itu, terdengar bunyi klek, setelah ia mendorongnya sedikit dan kemudian berhenti menjedanya.

"Buka penutup matamu.." pujuk Alexio. Dan Odele tentu saja menurut dengan senang dan tak sabaran untuk melihat hadiah apa yang suaminya telah persiapkan untuknya.

Ia kedipkan matanya beberapa kali memfokuskan kembali penglihatannya.

Namun bersamaan dengan itu, senyuman yang tadi merekah, kini tiba-tiba menghilang dalam sekejap mata.

Begitu pula dengan Alexio, ia cukup yakin reaksi itu menandakan ketidak sukaan. 'Tapi mengapa? apa yang salah?' pikir Alexio. 'Bukankah dulu dia pernah bilang jika biola adalah nyawanya? musik adalah hidupnya? lalu mengapa sekarang dia bertingkah seperti membenci semua hal yang pernah ia sukai? ekspresi apa yang ia berikan? ini jelas tidak benar. Seharusnya dia juga senang mendapatkan biola yang langka ini. Lagi pula seharusnya ia tau, tidak mudah mendapatkannya' tambahnya masih bergumam di dalam hati.

"Apa ini kejutan yang kamu katakan?" ucap Odele ketus menambah suasana yang sudah tegang, menjadi bertambah tegang.

Alexio mencoba membuat istrinya itu ingat perkataannya yang dulu untuk menghilangkan kecanggungan ini.

"Bukankah kamu mengatakan padaku bahwa biola kaca adalah mimpi mu? dan memainkan musik adalah hidupmu? tapi kenapa sekarang kamu berubah?" Tanya Alexio. "Aku hanya ingin membantumu mewujudkan semua mimpimu.. aku sudah pernah menjanjikan itu bukan? lalu kenapa sekarang kamu terlihat membenci semua hal ini? salahnya dimana?" Protes Alexio yang sudah mulai meninggikan nada suaranya.

Sesungguhnya, ia melakukan itu juga bukan hanya semata-mata ingin membelikan Odele biola saja, namun ia nya juga merindukan lagu lama yang dulu pernah di ciptakan Odele untuknya. Karena hanya irama lagu itu yang dapat meyakinkannya jika istrinya itu mencintainya.

Kekanakan memang, karena itulah Alexio enggan berterus terang. Ia hanya berharap di saat Odele mendapatkan biola yang dulu pernah menjadi incarannya, ia akan memainkan nada indah itu lagi dengan sendirinya.

Sebab, 2 tahun sudah ia tidak pernah sekalipun melihat Odele jangankan untuk memainkan, menyentuhpun tidak.

"Bukankah aku pernah mengatakan padamu untuk tidak mengusik ku dengan masa lalu? yang lalu biarkan berlalu, aku tidak sudi mengingatnya!"

"Tapi mengapa? bukankah masa lalu kita cukup indah dan menyenangkan?" Alexio kembali melembutkan nada bicaranya, ia bahkan meraih jari jemari istrinya itu dan menggenggamnya serta mengelusnya dengan lembut.

Namun Odele malah menarik kembali tangannya dan membelakangi Alexio. "Sekarang aku sudah menyadari kebodohan ku dulu. Aku yang dulu terlalu ke kanak-kanakan, mengharapkan kisah kehidupan bagai di negri dongeng, dapat menikahi seorang pangeran dan kemudian hidup bahagia." Odele menjeda ucapannya sejenak. "Nyatanya, tidak ada yang lebih penting di banding uang, harta dan jabatan. Biola itu membuat aku bertambah bodoh dan membuat ku banyak kehilangan waktu berharga untuk mencapai keinginanku. Dia membuatku banyak kehilangan waktu yang sudah sepatutnya dapat aku nikmati..!" tambah gadis itu

"Mengapa kamu berubah?" ucap Alexio dengan tatapan yang menggelap. Mereka masih berdebat di depan pintu kamar, tiada 1 orang pun yang berani menenangkan kedua Aura iblis yang tengah mengobarkan api dari balik tubuh mereka itu. Keseluruhan pelayan yang mendengar, mereka hanya menutup kuping mereka rapat-rapat.

"Aku? Yang berubah itu kamu! Jika kamu sudah tidak mencintai aku lagi, tinggal katakan saja, mengapa harus menekan aku dengan masa lalu seperti ini?"

"Apa yang kamu katakan? Aku sungguh mencintaimu.. dengan segerap jiwa dan ragaku! apakah perlakuan ku padamu selama ini masih tidak cukup baik? dimana yang kurang baik?"

"Kalau kamu mencintaiku, kamu akan menerima aku apa adanya.. mencintai aku tanpa syarat, mencintai aku yang berusaha jujur tentang siapa diriku sebenarnya di hadapan kamu. Apa kamu lebih suka aku terus membohongi diri dan membohongi kamu terus untuk menjadi orang yang bukan aku hanya demi menyenangkan orang lain? Tidak kah kamu mencintai aku yang kini bebas dari belenggu dan peraturan orangtua ku? kamu tau sendiri bagaimana aku hidup selama ini. Terkurung dan tidak bisa memilih hidup seperti apa yang aku mau." Odele pun menitikkan air matanya, membuat amarah Alexio yang tadi membuncah, langsung meluap begitu saja

"ugh.." Alexio memijit keningnya karena kepalanya mulai merasakan sakit.

"ha.. maafkan aku sayang.. aku tidak bermaksud begitu.. tapi percayalah.. aku mencintai mu dengan sangat… mau kamu seperti apapun, aku bersedia menemanimu.. bersedia selalu di sisi mu.. aku hanya mengira jika Biola ini akan mengejutkan kamu.. nyatanya kamu terkejut dengan ekspresi yang berbeda dari bayanganku. Sekarang bisakah kita melupakan hal ini dan terus melanjutkan hidup kita?"

"Terus melanjutkan hidup?" Odele berbalik dan ia pun berjalan mendekati Alexio. "Hidup yang bagaimana? seperti apa?"

"Seperti apapun, selama kamu menginginkannya." Jawab Alexio

"Kalau begitu, apa kamu bersedia melupakan masa lalu kita? meski banyak kenangan indah namun itu sesungguhnya hanya pencitraan saja.. bersediakah kamu hanya melihatku yang sekarang?" Ucap Odele kembali menempelkan tubuhnya pada tubuh Alexio, sembari menarik kerah baju pria itu dan membukanya perlahan satu persatu, hingga memperlihatkan dada bidang miliknya.

"Tentu.. asalkan itu dapat membuat mu bahagia." jawab Alexio yang mulai tergoda.