Chereads / The Throne Of Eudor / Chapter 11 - Permintaan, : Istana Bromelia 4

Chapter 11 - Permintaan, : Istana Bromelia 4

"Selamat Pagi Yang Mulia Putri Mahkota Rowena Flora de Eudor, Lambang Kecantikan Eudor Semoga Matahari Kejayaan dan Kekuatan Eudor Selalu Bersinar Terang."

"Selamat pagi Ana"

"Saya sudah menyiapkan air panas untuk anda membersihkan diri, anda harus segera bangun yang mulia matahari pagi sudah beranjak naik dan bersinar dengan terang"

Aku meregangkan tubuhku dan langsung bangun dari tempat tidur, semalam aku tidur tanpa membersihkan tubuhku terlebih dulu sehingga membuat seluruh badanku terasa lengket ditambah lagi debu-debu yang menempel diwajah membuatku sesegera mungkin ingin berendam.

"Yang mulia, ini adalah daftar-daftar para lady yang ingin menjadi pelayan anda pagi ini dikirim oleh kepala pelayan Alberto. Jumlah lady yang ada pada daftar terdapat 10 orang dalam daftar ini, semua lady sudah menempuh pendidikan etiket kekaisaran dan sekolah akademi kekaisaran serta sudah melaksanakan ceremony of age atau pesta kedewasaan yang diadakan di istana kekaisaran sehingga mereka masing-masing memiliki kemampuan dan pengalaman yang menjanjikan di bidangnya"

"Aku akan melihatnya di Istana Bromelia siang ini, aku ingin meminta saran Lady Aimee dan tentunya kamu Ana. Aku ingin kamu dapat memilih orang-orang yang dapat bekerja sama dengan mu sebagai pelayan setiaku, jika mereka ingin membantu dan bekerja denganku mereka juga harus dapat menghormati semua orang yang ada di dekatku siapapun itu walaupun jika mereka adalah anak bangsawan"

"Saya akan memilih yang terbaik yang mulia agar dapat membantu anda lebih baik lagi"

#Ana membuka lemari gaun yang terisi penuh, dengan gaun yang ku gunakan sehari-hari.

"Lihatlah betapa mengerikannya itu"

"Maaf yang mulia, apa yang anda maksudkan...?"

Tanpa disadari aku mengguman pelan melihat lemari gaunku yang dipenuhi dengan gaun yang berhiaskan dengan pita-pita besar yang menjuntai dan bertebaran di setiap gaun yang ada. Sebenarnya gaun yang ada di lemari adalah gaun yang menjadi tren saat ini. Para bangsawan melihat jika semakin banyak pita maka semakin indah gaun tersebut, hal ini juga tidak dipungkiri lagi karena semua penjahit-penjahit yang tidak memiliki kemampuan dalam menciptakan desainya sendiri atau ciri khasnya dalam membuat gaun hanya mencontek dan memasarkanya sesuai dengan tren yang ada dan terkadang melebih-lebihkanya.

Untuk saat ini aku hanya akan memakai apa yang ada, tidak ada waktu lagi untuk melepaskan setiap pita yang melekat, jika pun hal itu kulakukan aku akan membuat ayah menunggu lagi dan membuatnya marah karena ayah sepertiku membenci orang-orang yang membuatnya menunggu.

"Aku akan menggunakan gaun biru muda, dan satu set perhiasan safir yang memiliki batu paling kecil, karena kita memiliki banyak kegiatan hari ini aku tidak ingin perhiasan yang berat dan menggangguku"

"Tentu yang mulia, apakah anda ingin menggunakan cincin juga...?" Ana memperlihatkan sebuah cincin batu permata yang berwarna biru gelap

"Tidak....tinggalkan untuk cicinnya, sebaliknya aku akan menggunakan cincin batu permata ruby kecil itu" Aku menunjukan ke kotak peninggalan ibuku Ratu Amelia, Ana hanya mengangguk dan menggambilkan kotak perhiasan bundar berbentuk bunga mawar. Untuk membukanya membutuhkan sebuah mantra yang harus diucapkan tentu saja hanya aku yang mengetahuinya, hal ini aku ketahui langsung karena kotak ini juga mengetahui dengan siapa ia diwariskan.

Dengan sedikit berlari aku berjalan menuju ruang makan istana. Lorong ini tampak begitu panjang dan menyeramkan dengan tiang-tiang penyangganya yang besar membuat tubuh ini begitu kecil dan langkah-langkah yang kuambil serasa tidak berguna. Mungkin aku sudah terbiasa dengan Rowena dewasa yang memiliki kaki jenjang yang terasa hanya membutuhkan beberapa langkah jika melawati lorong besar ini. Tapi kini disinilah aku kembali menjadi anak usia 7 tahun dengan kaki pendek yang akan terasa sakit ketika diajak terlalu lama berjalan. Pikiranku yang belum sepenuhnya berkompromi dengan badan ini, masih sering mengira dengan tubuh kecil ini aku juga bisa mengambil satu langkah kaki orang dewasa yang sebenarnya aku ambil dua kali.

"Yang mulia jika anda bejalan seperti itu, anda akan menyakiti kaki anda sendiri. Saya tidak akan keberatan jika anda mau saya menggendong yang mulia" aku berhenti berjalan dan melihat ke arah Ana dengan sedikit tersipu malu aku menjulurkan tanganku kedepan dan melingkarkannya di leher Ana

"Terimaksih Ana"

Lorong ini memang terasa sangat sunyi hanya dengan hentakan kaki Ana sungguh pemandangan yang unik jika dibandingkan dengan para tuan putri dan pangeran di kerajaan maupun kekaisaran yang lain, mereka akan ditemani oleh belasan bahkan puluhan palayan yang mengikuti kemanapun mereka pergi. Tapi yang terjadi denganku sekarang hanya ada aku dan Ana tentunya hal ini terjadi karena sikapku sendiri, yang memecat seluruh pelayan dan bahkan prajurit penjaga ku dan hanya menyisakan Ana dan Lord Bram saja.

Didepan pintu ruang makan Ana menurunkanku membenarkan gaunku dan rambutku, dan menuntunku masuk.

"Silahkan masuk yang mulia"

Ana selalu berada di sampingku dimanapun aku berada karena memang itu perintah dari Ratu Amelia dan aku mengerti itu, bahkan Kaisar, Ratu Elisa dan Kristina tidak akan membawa pelayan prinbadinya sampai ke ruang makan bersama tapi berbeda denganku. Makanan yang akan dihidangkan akan dicicipi terlebih dalulu oleh para pelayan dapur kemudian akan diperiksa lagi menggunakan sihir khusus jika makanan tidak berubah warna ketika diberikan sihir maka hidangan yang disajikan aman untuk dikonsumsi. Pengecekan makanan tingkat dua ini sudah biasa dilakukan jika akan dihidangkan kepada para bangsawan. Hal ini tentunya dilakukan untuk menghindari hal-hal yang buruk untuk terjadi. Tentunya setiap makanan yang dihidangkan untukku selalu dicicipi oleh Ana, setiap apa pun yang aku makan akan selalu melalui tangan Ana terlebih dahulu.

Hari ini aku orang yang pertama sampai di ruang makan kemudian disusul oleh Ratu Elisa dan Kristina.

[Selamat pagi Ratu Elisa dan selamat pagi Kristina]

[Selamat pagi kakak Rowena] Kristina menjawabku dengan nada lembut dan wajah lucunya itu. Aku bisa saja hampir jatuh kembali ke perangkapnya, mengira ia adalah adik perempuan yang lugu dan tak tau apa-apa meremehkan semua yang kristina lakukan, jika bukan karena ia membuka sikapnya yang sebenarnya sendiri aku bahkan tidak akan pernah tau dan kembali tidak meremehkanya dengan hanya mengganggap Kristina sebagai musuh tak berarti.

Tak lama kemudian ayah datang dengan didampingi oleh kepala pelayan Alberto yang kemudian menunggu didepan ruang makan.

"Selamat pagi" sapa ayah dengan nada rendahnya itu membuat para pelayan terkejut dan langsung menunduk membeku. Aura seorang kaisar memang tidak dapat dikalahkan yang membuat tidak ada satupun pelayan yang berani menatap wajah sang kaisar secara langsung.

"Selamat Pagi Yang Mulia Kaisar Attex Flora De Eudor, Lambang Keagungan Eudor Semoga Matahari Kejayaan dan Kekuatan Eudor Selalu Bersinar Terang."