Erik tiba-tiba merasakan rasa sedih atas cintanya yang hancur, posisi hatinya yang kosong, membuat seluruh tubuhnya menjadi buruk.
Dia bernapas dengan tenang, menundukkan kepalanya, udara di sekitarnya sepertinya sedikit turun, jauh di dalam itu lebih seperti ada sesuatu yang akan keluar dari kepompong, dan kemudian ditarik kembali dengan tumpul.
Orang-orang datang dan pergi di jalan, kendaraan seperti naga, ada antrean panjang, dan lampu remnya terlihat cerah dan centil.
Erik tenggelam dalam dunianya sendiri, dan segala sesuatu di sekitarnya tidak ada hubungannya dengan dia.
Mata yang tak terduga itu membuat orang bergidik.
Terutama bibir tipis seksi yang ditekan dengan ringan, menunjukkan ketidakpedulian dan keluhuran.
Tiba-tiba, ponsel Erik berdering, dan dering keras meneleponnya dari dunia yang hilang.
"Halo!" Suara yang dalam dan acuh tak acuh itu sangat magnetis.