"Dam!" Dewanata bergegas mendatangi sahabat sekaligus besannya, ia sudah mendengar kabar soal Dewi yang tiba-tiba pingsan di rumah sakit. Karena itu Dewanata menyempatkan datang setelah jam pulang bekerja. "Dewi gimana?"
"Tadi sempet sadar, terus nangis. Akhirnya dokter kasih obat tidur lagi supaya bisa istirahat."
Dewanata menepuk bahu temannya dengan pelan,"Dewi enggak ada certia apa-apa?"
"Itu lah, belakangan ini dia jadi lebih tertutup sekali." Sadam mengusap wajahnya dengan frustasi, "Aku enggak tau lagi harus gimana."
"Enggak apa-apa, pelan-pelan nanti Dewi pasti cerita apa yang bikin dia kepikiran sampai setres begini."
Sadam mengangguk, "Arjuna ada di ruang perawatan Zain kalau kamu ingin jenguk."
"Oh, ya. tentu, setelah ini aku akan kesana."
Sadam tersenyum simpul, laki-laki paruh baya itu terkekeh. "Aku enggak nyangka kalau Juna bisa setelaten itu ngurus anak, Dya aja kalah."
"Ah, hahahaha di dunia ini enggak ada yang bisa ngalahin naluri Dam."
