Raka terlihat kesal berjalan keluar dari dalam toilet. Setelah sempat bertengkar dengan Bela tadi. Dia belum tahu kalau perempuan yang habis bertengkar dengannya adalah Bela adik kelasnya yang sering bermasalah dengannya ketika di sekolah.
Waktu menunjukkan pukul 6 sore. Bela merapikan seragamnya sekalian memunguti seragam kerjanya yang habis dilempar Raka tadi. Emosinya yang tadi sempat membulat-bulat kini sudah mulai reda seiring dengan usahanya untuk meredamnya.
"Tenang Bela. Kamu harus tenang. Jangan kamu marah terus kayak begini. Ingat kamu sedang kerja. Hufffff"Bela menata nafasnya terlihat masih naik turun.
"Tapi dia kenapa ada disini?"tanya Bela dalam hati sambil memikirkan Raka di restaurant tempatnya bekerja.
Bela kembali bekerja lagi. Dia ingin menuntaskan pekerjannya hari ini sampai jam 7 malam. Sebentar lagi juga jam pulang untuknya.
"Bel, kamu darimana aja? Ayo kita harus bawa ini keatas."Novi kaget melihat Bela muncul didepannya.
"Ada apa?"Bela juga kaget melihat Novi.
"Tamunya sudah ada diatas. Ayo kita bawa ini keatas. Nanti kalau Pak Anton tahu kita nggak cepat bawa ini keatas akan marah besar. Kamu sih dari tadi nggak ada. Dari mana aja sih?"Novi terus nerocos.
"Ya udah ayo. Mana yang harus aku bawa."Bela tidak mau membiarkan Novi berbicara terus dan membiarkan hidangannya begitu saja sampai dingin.
Terlihat ada beberapa hidangan sudah matang. Seperti steak, aneka minuman dan kue ulang tahun berwarna cokelat dengan pernak pernik diatasnya.
"Ternyata ulangtahun yang ke 18 tahun."batin Bela sambil menjunjung kue ulang tahun yang diatasnya terdapat lilin bertuliskan angka 18.
Bela dan Novi bersama-sama membawa beberapa hidangan satu persatu keatas. Dengan hati-hati Bela berjalan sambil membawa hidangannya ke lantai atas. Dia tidak mau ada kesalahan yang dia lakukan. Takutnya nanti akan terkena amarah dari atasannya.
"Kalau jalan itu jangan kelelet."ucap Dela yang tiba-tiba melewati Bela yang sedang jalan menjunjung kue ulang tahun untuk diletakkan di atas meja.
"Gimana bisa aku jalan sambil lari kalau bawa kayak beginian."batin Bela dalam hati yang berusaha diam ketika disindir Dela.
"Sudah Bel, biarin saja. Fokus bekerja. Hati-hati."bisik Novi ke Bela.
"Hmm."Bela mengangguk.
Bela membiarkan uapan Dela seperti angin yang lewat saja. Sekarang dia sudah mulai kebal dengan perkataan dan sindirian Dela yang begitu manyakitkan hatinya. Baginya dii bekerja itu pelan-pelan asalakan bagus hasilnya nanti.
Jujur Bela terpesona dengan hiasan pernak pernik di lantai atas. Yang biasanya lantai atas hanya berhiaskan dengan dekorasi lampu berwana kuning, sekarang nampak berbeda. Justru disana kini terdapat beberapa aneka lampu yang berwarna-warni menghiasinya. Seperti ada acara clubbing. Disana juga ada musik untuk mengiringi penyanyi.
"Pasti acaranya nanti meriah sekali. Dan aku yakin yang ulang tahun pasti akan senang melihat surprisenya ini."
"Makasih."kata salah satu ibu yang kira-kira umurnya 40 an kepada Bela setelah meletakkan kue ulang tahun dengan pelan-pelan diatas meja. Ibu itu sedang duduk sendirian di kursi.
"Ya bu. Sama-sama."jawab Bela sambil membungkuk dan tersenyum.
"Semoga anak saya suka dengan ini semua."kata ibu tadi sambil memperhatikan semua dekorasinya yang sudah dia persiapkan untuk anaknya.
"Saya yakin anak ibu pasti suka."kata Bela kepada ibu yang sedang duduk itu dan tidak dikenalnya.
"Ya."ibu itu menatap Bela saat berbicara.
Bela mleihat dari raut muka ibu terlihat ada pancaran mata bening dan parasnya yang cantik. Namun karena bertambah usia jadi paras cantik itu sedikit memudar namun bekasnya masih terlihat. Jujur kesan pertama yang dilihat Bela saat itu dari ibu itu adalah baik.
"Sudah semua mah?"tiba-tiba ada seorang laki-laki bertubuh besar dan rambutnya ada uban datang menghampiri ibu itu.
"Sudah pah."jawab ibu itu sambil menoleh kearah bapak tadi.
"Permisi bu pak."Bela tidak mau mengganggu acara tamunya itu.
"Ya."jawab ibu tadi.
"Bagus sekali."gumam dalam hati Bela yang juga ingin merayakan ulangtahu seperti itu. Seumur-umur dia tidak pernah seperti itu.
Bela kembali untuk turun kebawah. Sebelum menuruni tangga, Bela sempat melihat sekelilingnya. Terlihat dekorasinya sudah semua. Menurut Bela nampak indah sekali. Ketika hendak turun dia melihat ada beberapa orang naik keatas. Sedangkan satu-satunya pelayan yang diatas hanya dirinya saja.
Bela berusaha mengalah dengan beberapa laki-laki yang datang dengan bersama-sama keatas. Dari beberapa mereka, Bela nampak ada yang tidak asing. Ternyata disana ada Brian teman Raka disekolah sedang menaiki tangga.
"Itu kan Brian. Temannya Raka."batin Bela yang masih berdiri dan menatap Brian sedang naik ke lantai atas sendirian.
Saat Brian berjalan sempat melirik dan menatap Bela yang sedang berdiri sendirian. Bela masih berdiri disana lantaran dia mengalah dan menunggu orang yang naik sepi baru dia akan turun. Bela dan Brian sempat beradu pandang sebentar disana.
"Habis aku sekarang. Jangan-jangan dia kenal aku."batin Bela langsung menunduk.
"Mbak."sapa Brian kepada Bela yang menunduk. Brian tidak mengetahui kalau pelayan yang disapa itu adalah Bela.
"ya."Bela mendongak dan tersenyum. Dia panik kalau Brian mengenalinya ternyata tidak.
Setelah Brian naik, tiba-tiba Bela dikejutkan dengan beberapa tamu cewek datang lagi. Ternyata ada Raisa dan Diana. Bela benar-benar kaget sekali hari ini. Dia tidak menyangka kalau teman sekelasnya itu akan mendatangi restaurantnya.
"Aduh ada mereka segala."Bela cepat-cepat menunduk ketika melihat Raisa dan Diana hendak naik keatas. Bela tahu kalau mereka berdua sangat benci kepadanya.
"Hufff."Bela menghela nafas pertanda lega karena Raisa dan Diana tidak mengenalinya ketika berdandan ala pelayan.
Bela cepat-cepat turun. Sebelum turun dia sempat melihat kearah lantai atas, ternyata sudah ada banyak tamu yang datang disana termasuk Raisa dan Diana disana.
"Mereka ada disini. Dan tadi juga ada Raka juga. ini ada apa sebenarnya?"Batin Bela dalam hati sambile menuruni tangga.
Bela cepat-cepat berlari. Saking cepat dia berlari, sampai-sampai dia tidak menyadari kalau dia menabrak seseorang didepannya. Bela kaget jadinya.
"Kalau jalan lihat-lihat dong."teriak seseorang yang terdengar suara laki-laki itu.
Bela yang langsung terpental karena menabrak seseorang yang bertubuh kekar didepannya. Tidak hanya kaget saja, ketika matanya berusaha menatap orang yang habis ditabrakanya dia tambak kaget sekali. Ternyata orang yang ditabraknya tadi adalah Raka.
"Dia."batin Bela langsung membelalak.
Baru saja dia berurusan dengan Raka tadi. Kini dia harus bertemu lagi.
"Maaf."Bela langsung merasa bersalah dan menyingkirkan rasa kekecewaannya pada Raka sebelumya.
"Kamu."kata Raka.
"Bro bentar dompet gue ketinggalan di mobil. Bentar gue mau ambil dulu."kata teman Raka yang menyadari kalau dompetnya tertinggal.
Kini tertinggal Bela dan Raka saja disana. Akibat ditabrak Bela tadi, kini kemeja navinya terlihat basah. Sebelumnya Raka sedang membawa segelas air putih ditangannya.
"Maaf, saya tidak sengaja."kata Bela sambil memohon kepada Raka dan melupakan masalahnya tadi di toilet.
"Malas banget minta maaf sama dia. Kalau aku nggak ingat kerja disini, aku nggak akan meminta maaf segala."batin Bela dalam hati.
"Karyawan seperti kamu itu harus dilaporkan ke atasanmu. Biar kamu nggak ceroboh lagi."kata Raka hendak pergi.
"Jangan. Aku mohon."Bela langsung menarik tangan Raka.
"Lihatlah kemajaku basah kayak begini."
"Manja sekali sih. Gitu aja dipermasalahin. Nanti juga kering sendiri."Bela tidak sadar mulutnya berbiciara seperti itu. Lagian dia juga merasa kesal pada Raka.
"Apa kau bilang?"bentak Raka yang mendengar omelan Bela tadi.
"Eh maaf kak aku tadi nggak sengaja."ucap Bela berusaha mengalah dengan Raka.
"Sini biar aku bersihkan."
Tangan Bela langsung memegang kemeja Raka dan meniup-niupnya. Dilihatnya kemaja Raka tidak kotor hanya saja terlihat basah. Jadi Bela tinggal mengeringkan saja.
Disaat Bela sedang mengeringkan kemaja Raka, tiba-tiba tangannya ditepis oleh Raka. Bela sontak kaget. Niat baiknya itu malah direspon kasar oleh Raka.
"Jangan sentuh kemejaku ini. Biar aku sendiri."Raka langsung membersihkan kemaja nya sendiri.
"Tolong maafkan aku."Bela memohon agar tidak dilaporkan kepada atasannya.
"Inia da apa ya?"tiba-tiba Anton datang menghampri Bela dan Raka.
Bela seketika panik. Dia belum siap kalau Raka melaporkan kejadiannya tadi. Pasti dia akan kena marah oleh Anton. Tidak hanya Anton saja yang marah pasti Bu Mery akan marah dan kecewa padanya. Dan dia tidak mau melihat bosnya kecewa sama kerjaannya hari ini. Hanya karena masalah sepele dengan Raka.
"Tolong jangan."Bela berusaha memelas menatap Raka agar tidak melaporkannya.
"Nggak papa. Memang kenapa?Raka malah balik bertanya pada Anton.
"Kamu nggak membuat masalah kan Bel?'tanya Anton pada Bela.
"Nggak kok pak."Bela cepat-cepat menggeleng.
"Dasar."Raka langsung pergi meninggalkan mereka berdua.
"Hahhhh. Tumben dia baik."Bela bernafas lega sekalian merasa heran sama Raka yang tidak mempermasalahkannya.
"Itu adalah anak dari orang yang memboking restaurant ini tepatnya di lantai atas. Hari ini dia ulang tahun."kata Anton sambil memandangi Raka berjalan meninggalkan mereaka.
"Masak pak? Oh jadi dia ulangtahun hari ini."Bela kaget.
"Kenapa kamu kaget? Kenal?"Anton penasaran.
"Nggak kenal kok pak."Bela berpura-pura.
"Sudah sana, kamu siap-siap pulng. Ini sudah mau jam 7."kata Anton.
Bela baru tahu kalau Raka hari ini ulang tahun. Jujur dia juga merasa puas karena sudah membuat Raka marah dengan membuat basa kemejanya tadi.
"Pantas saja ada mereka disini. Ternyata dia ulangtahun."batin bela sambil mengingat Raisa, Brian dan Diana tadi.
Bela tidak mau dia dilihat teman-teman Raka disana. Dia cepat-cepat pulang. Agar identitasnya tidak diketahui teman sekolahnya termasuk Raisa. Dia tidak peduli lagi dengan kemeriahan acar ulang tahun Raka itu.
"Ternyata ibu sama bapak tadi orangtuanya."Bela mengingat peertemuannya dengan oragtua Raka tadi.
"Ngapain sih, aku mikirin dia. Mending aku pulang. Daripada aku nanti dilihat teman-temanku."Bela cepat-cepat mengemasi barang-barangnya. Dia pulang.