Seperti biasa kalau hari minggu, bila tidak ada aktivitas pekerjaan sekolah Bela akan jualan keliling. Berhubung hari ini dia tidak ada aktivitas di sekolah baik itu pekerjaan rumah maupun pekerjaan kelompok jadi dia memutuskan untuk jualan keliling. Seharusnya sudah sejak hari kemarin dia berjualan tapi karena bibinya sedang sakit kemarin jadi dia harus menemani bibinya.
Dan sekarang dia mau jualan keliling lagi. Pagi-pagi sekali, Bela sudah bangun sendirian untuk memasak di dapur. Sedangkan yang lainnya masih tertidur pulas. Jujur dalam hatinya juga ingin seperti teman-temannya yang lain kalau hari libur tiba bisa tidur panjang dan tidak kepikiran untuk cari tambahan pemasukan uang.
"Aku harus kuat. Memang sudah jalan aku begini. Semua harus aku jalani dengan sabar."batin Bela sambil menumis ongsengan kangkung.
Dalam benaknya kadang ingin seperti teman-temannya yang lain yang bisa menikmati hari libur dengan tidur yang panjang atau sepuasnya. Setelah enam hari belajar terus di sekolah. Dia kadang ingin sekali bisa istirahat dengan tidur yang lama di rumah ketika hari libur tiba.
"Aduh mana mata aku masih ngantuk lagi."Bela mengucek matanya sembari untuk menguatkan dirinya agar tidak ngantuk.
Bela bangun jam 2 dini hari dan langsung memasak di dapur. Matanya yang masih mengantuk itu, dia berusaha menahannya. Hingga tidak terasa jam demi jam sudah dia lewati hingga jam dinding menunjukkan pukul 5 pagi. Semua masakannnya sudah siap semua.
"Semoga dagangan aku laris manis hari ini."batin Bela dalam hati sambil membawa nampan yang ditutupinya dengan kain kacu.
"Kamu mau berangkat jualan Bel?"disaat Bela baru keluar dari dapur tiba-tiba dia dikejutkan dengan kemunculan Bibi Devi.
"Eh bibi? Sudah bangun bi?"Bela kaget karena biasanya Bibi Devi sering bangun siang hari atau nggak ya sore hari.
"Kaget ya?"Bibi Devi sudah terlihat sehat sekali sekarang.
"Wkwkwk. Ya bi ini aku mau jualan."
"Maafin bibi ya. Kamu harus jualan kayak begini."Bibi Devi terlihat iba dan kasihan sama Bela. Dimana masih muda tapi sudah mau berjualan.
"Kenapa bibi minta maaf sama aku. Aku kan yang ingin jualan sendiri."jawab Bela sambil menatap Bibi Devi.
"Oh ya bi ini mau jam 6 aku haru segera berangkat."Bela langsung berpamitan dengan Bibi Devi sebelum berangkat jualan keliling.
"Hati-hati ya kak."pesan Rian kepada Bela yang sudah keluar rumah itu.
Hari ini Bela optimis kalau barang dagangannya akan habis. Entah kenapa hari ini dia menggebu-gebu jualannya. Mungkin karena dirinya yang merasa bahagia sekarang setelah bibinya dinyatakan sembuh kemarin. Jadi kini dia merasa semangat sekali sekarang. Setelah sebelumnya dia merasa sedih dan terpuruk dengan keadaan bibinya yang harus jatuh sakit karena kecapekan.
"Kalau daganganku laku semua ini pasti aku bisa bawa uang banyak."batin Bela sambil melihat barang dagangannya yang lebih banyak daripada jualannya kemarin.
"Kemarin bibi sudah jatuh sakit karena harus kerja keras demi aku dan adek. Kini giliran aku yang harus bekerja serius sekarang. Semoga laris."batin Bela sambil berjalan dengan langkah penuh semangat membara.
Tempat yang dituju oleh Bela saat ini adalah tempat terakhir dimana barang dagangannya diborong oleh ibu-ibu kemarin. Bukannya dia berjualan disana karena ingin menunggu ibu-ibu yang memborong dagangannya itu. Tapi dia merasa tempat itu cocok untuk dijadikan tempat jualannya. Apalagi disana ada beberapa orang yang sedang olahraga. Jadi pas bila, siapa tahu ada yang lapar sehabis olahraga.
"Dah sampai."Bela sudah tiba di tempat yang dituju dan langsung duduk salah satu tempat yang letaknya dekat sekali dengan taman dan pinggir jalan juga. Beberapa orang sedang jogging disana.
Bela langsung duduk dan memangku nampan yang diatasnya terdapat beberapa makanan yang dijualnya. Setelah itu dia melihat kesekitarnya yang nampak semakin ramai saja orang berlalu lalang.
"Bu, beli tumis kangkung. Nasi bungkus ada juga."Bela menawarkan barang dagangannya kepada setiap orang yang lewat didepannya.
"Pak, ada nasi bungkus. Tumis kangkung, gorengan."
"Mbak jualan apa?"tiba-tiba ada seorang laki-laki yang bersama anaknya menghampiri dirinya.
"Ini ada nasi bungkus, gorengan, tumis kangkung sama cap jay, martabak juga."jawab Bela sambil menunjukkan satu persatu barang dagangannya kepada calon pembeli.
"Kamu mau apa nak?"tanya seorang laki-laki yang masih muda pada anaknya itu.
"Saya mau ini sama itu pah."jawab anak perempuan sambil menunjuk cap jay dan gorengan.
"Mbak beli cap jay 2 sama martabak 6. Tambah nasi bungkusnya 4."kata laki-laki itu.
"Oh siap pak."Bela langsung membungkus semua yang sudah dipesan tadi kedalam plastik.
"Pah aku mau makan itunya. Aku udah lapar."kata anak perempuan tadi yang kira-kira usianya masih 7 tahun kepada ayahnya sambil menunjuk martabak.
"Saya ambil satu ya mbak. Ya sudah makan sana."kata bapak tadi karena anaknya sudah lapar jadi langsung dimakan di tempat.
Dihadapan Bela, anak itu langsung memakan martabaknya. Jujur Bela sedikit takut ketika ada pembeli yang langsung makan di tempat. Takutnya dia rasanya nggak enak.
"Berapa mbak totalnya?"tanya bapak tadi.
"Semuanya 46 ribu pak."jawab Bela sambil melihat kearah anak perempuan yang sedang mengunyah.
"Ini mbak."bapak tadi memberikan uang 50 ribu.
"Makasih pak."Bela masih fokus kearah anak perempuan itu.
"Pah pah rasanya enak banget."kata anak perempuan itu.
"Hahah."Arini langsung lega mendengarnya. Dia takut kalau rasa martabak buatannya itu tidak enak.
"Ya kah?"
"Ya udah mbak martabaknya saya beli semua, berapa mbak?"kata laki-laki itu sambil menatap Bela.
"Semuanya pak?"Bela kaget.
"Ya mbak."
"Semuanya 15 ribu pak."karena tersisa 5 buah martabak.
Bela bersyukur sekali baru satu pembeli saja sudah membeli banyak barang dagangannya. Ini tentu membuatnya senang sekali. Tidak salah dirinya memilih tempat itu lagi untuk jualan.
"Aduh ada banyak anak laki-laki mau lewat. Gimana ini? Aku tawarin nggak ya?"Bela bingung ketika ada segerombolan anak laki-laki sedang jalan santai disana. Sekitar ada 4 orang.
"Aduh gimana ini? Pada mau lewat kesini lagi?"Bela nampak kebingungan sekali mau apa sekarang.
Deg deg deg
Jantung Bela tiba-tiba berdetak kencang sekali. Rasanya dia sudah tidak bisa bertahan terus disana. Mungkin kalau jumlah laki-laki disana tidak sebanyak itu pasti dia nggak akan sepanik itu. Kira-kira jumlahnya ada 6 orang.
"Ini Bela ?"tiba-tiba ada Raisa muncul dihadapan Bela yang tengah jualan.
"Hah."Bela langsung mendongak melihat Raisa sudah ada didepan matanya sedang berdiri.
"Raisa?"batin Bela langsung kaget sekali.
"Jadi elo jualan ya disini."Raisa seperti nampak mengejek dengan tatapan sinis kearah Bela yang sedang memangku sebuah nampan.
"Ya."jawab Bela
"Nggak kaget sih. Kan emang elo itu orang miskin kan."Raisa menunjuk kearah Bela. Bela diam saja.
"Ini apa?"Raisa langsung mengambil salah satu barang dagangan Bela kemudian dilempar begitu saja kearah Bela hingga mengenai wajah Bela.
Prakkk
Kacamata Bela jatuh karena terkena santeran jajan yang sudah dilempar Raisa tadi. Bela lantas kaget.
"Kamu kenapa sih begitu?"Bela terlihat mulai emosi.
"Elo itu yang suka cari masalah aja. Di kelas caper disini malah jualan. Nyepet nyepeti mata gue aja yang mau jogging."bentak Raisa kearah Beela yang sedang mengambil kacamatanya.
Melihat ada dua orang cewek yang bertengkar itu langsung membuat segerombolan anak laki-laki disana langsung menghampiri mereka. Mereka berdua langsung dilerai beberapa anak cowok itu. Bela merasa beruntung karena sudah dibantu laki-laki itu.
"Mbak, tenang ya? Jangan emosi gitu."kata salah satu anak laki-laki sambil menjauhkan Raisa dari Bela. karena sejak awal Raisa yang terlihat memulai dulu perselisihan itu. Dan keenam laki-laki itu sudah melihatnya.
"Aduh, aku nggak emosi. Dianya aja yang buat aku kesal."Raisa mengalihkan pembicaraan. Padahal jelas-jelas dia tadi yang memulai kisruh itu. Dan anak-anak laki itu melihat semuanya.
"Kita lihat ya mbak. Tadi mbaknya dulu yang memulainya."kata salah satu anak laki-laki disana.
Merasa terpojokkan Raisa akhirnya langsung pergi. Kini tinggal Bela saja yang ada disana. Jujur Bela tidak menyangka kalau akan bertemu Raisa disana.
"Mbak nya nggak papa?"
"Nggka papa kok mas."jawab Bela sambil mengambil kacamata bundarnya kemudian dipakainya lagi.
"Itu siapanya mbak tadi?"semua anak-laki-laki disana langsung tertuju kearah Bela yang sedang berjualan. Tatapan mereka nampak sedang kasihan sama Bela.
"Itu teman sekelas saya mas."jawab bela sambil mengambil makanan yang habis dilempar Raisa kearahnya tadi yang sudah jatuh di jalan.
"Mbaknya masih sekolah?"tanya salah satu laki-laki disana dengan penuh kasihan. Dalam benak mereka begitu salut sama Bela, masih sekolah sudah mau jualan.
"Ya mas."jawab bela sambil menatap satu persatu anak laki-laki disana yang tidak dikenalnya sama sekali. tapi menurut Bela, semua anak laki-laki yang ada didepannya itu tampak dewasa semua.
"Bro, kalian lapar?"tanya salah satu anak yang berada dibarisan paling depan dekat Bela sambil menoleh kearah satu persatu teman-temannya.
"Ya bro. Gue lapar nih."jawab semua teman-temannya dengan serentak. Setelah olahraga mereka jadi lapar.
Akhirnya anak laki-laki yang berada di barisan paling depan itu membeli semua barang dagangan Bela. Melihat perjuangan dan keberanian Bela berjualan itu membuat hati mereka jadi tergerak untuk membeli. Ditambah lagi posisi Bela yang masih sekolah itu tentu menjadi point tersendiri buat mereka dalam menilai Bela.
"Namanya siapa mbak?"tanya laki-laki yang berbada kekar sambil memakai kaos singlet didepannya itu.
"Bela mas."jawab Bela dengan penuh sumringah itu. Bela menatap laki-laki disana satu persatu dengan penuh senyum manisnya. Jujur Bela mengaku kalau semua laki-laki dihadapannya itu nampak dewasa dan gagah sekali.
"Cantik cantik mau jualan. Keren mbak."Bela hanya senyum saja.
"Makasih ya mbak."
"Makasih juga ya mas."kata Bela sambil menatap laki-laki yang memakai kaos singlet dan gagah itu.