Tidak terasa hari ini adalah hari terakhir semua murid mengerjakan tes di sekolah. Tentu itu membuat Bela senang sekali. Akhirnya bebannya kini sudah selesai. Kini tinggal menunggu pengumuman hasil tesnya keluar.
Hari ini jadwalnya mata ujian olahraga yang diujikan. Jujur Bela merasa kesusahan saat mengerjakan soalnya.
"Aku lupa sama materi ini."batin Bela yang bingung saat mengerjakan bagian uraian romawi 2 pelajaran Olahraga.
"Aku bingung."Bela sampai bertopang dagu diatas meja.
"Hussst."Bela mendengar teman-temannya sedang bertanya.
Ternyata Bela baru sadar kalau sedari tadi teman-temannya sudah heboh sendiri. Mereka saling membocorkan dan memberitahukan jawaban mereka.
"Kayaknya pengawasnya baik deh. Makanya dibiarin gitu aja."batin Bela ambil memperhatikan guru perempuan yang sudah tua duduk didepan sambil memejamkan mata. Mungkin mengantuk jadi tiduran didepan.
Bela pasrah sekarang. Dia tidak mau membuat citranya jelek di sekolah. Terlebih lagi dia sudah mendapatkan keringanan biaya karena pintar di sekolah. Jadi dia tidak mau menyia-nyiakan ataupun mengecewakan pihak sekolah dengan menyontek.
Konsentari Bela kini benar-benar terpusat pada lembar soal dan jawabannya yang masih banyak yang kosong. Terutama bagian uraiannya.
"Aduh gimana ini ya? Tandangan pinalti aku lupa apa kemarin. Padahal sudah aku baca."batin Bela ambil memainkan bolpointnya.
"Husst."Bela menoleh melihat Raka sebelahnya yang sedang dipanggil temannya.
"Hah sudah selesai. Emang benar dia sudah selesai. Ini kan masih lama selesainya."batin Bela yang kaget melihat Raka sudah selesai mengerjakan soal olahraga. Padahal masih tersisa waktu 1 jam.
Ternyata teman-teman Raka yang ada dibelakang itu sedang sibuk dan mengajak Raka untuk keluar dan pulang. Mereka tenyata sudah menyelasaikan semua soal tes tersebut.
Bela tidak kaget melihat Raka dan teman geng Raka itu sudah sekesai. Secara mereka itu laki-laki jadi sudah paham dengan materi olahraga ketimbang dirinya.
"Hahh."Bela menghembuskan nafas panjangnya karena pasrah. Dia sudah tidak bisa berpikir jernih lagi sekarang.
"Kenapa?"tanya Raka sambil menoleh kearah Bela dengan datar.
"Hahh. Nggak papa kak."jawab Bela sambil nyengir.
"Sini aku bantu."Raka sempat melihat sebentar kearah lembar jawaban Bela yang masih nampak banyak yang kosong itu.
"Apa kak?"Bela tidak paham dengan maksud Raka itu.
"Dengerin aku baik-baik."Raka mendekatkan kursinya dan mendekatkan mulutnya ke telinga Bela.
Bela kaget melihat perlakuan Raka yang tiba-tiba berubah itu. Jujur Bela jadi takut sekarang.
"Nomor 4 itu jawabannya d. Terus nomor 5 c."Raka langsung menyerobot soal tes Bela.
"Kamu tulis lah. Apa yang udah aku semprong ke kamu tadi."perintah Raka yang melihat Bela hanya diam saja ketika dibisikanya tadi.
"Eh ya ya kak."Bela langsung menuruti perintah Raka barusan.
Bela tidak ada pilihan lagi sekarang. Dia benar-benar sudah menyerah sama pelajaran olahraga. Apalagi waktunya sudah semakin mepet dan mau pulang.
"Bro ayo kita pulang."bisik Satria yang ada didebalakang kepada Raka.
Tapi Raka tidak menghiraukan pembicaraan teman-temannya itu. Dia malah fokus membantu Bela mengerjakan soal-soal yang belum dikerjakan itu. Jujur Bela sampai bingung sekaligus kaget dengan kebaikan Raka padanya.
Hingga tidak terasa hanya butuh 6 menit saja Raka menyelesaikan semua soal-soal Bela yang masih kosong itu. Tangan Bela sibuk mencatat semua pembicaraan Raka di telinganya tadi.
Selesai membantu Bela mengerjakan soal-soal, Raka langsung pulang. Ternyata Raka rela membantu Bela meskipun rencananya pulang sudah sedari tadi.
"Makasih kak."ucap Bela dengan lirih kepada Raka yang baru bangun dari kursi karena hendak pulang.
"Hmmm."jawab Raka tanpa menatap wajah Bela.
Bela tidak henti-hentinya menatap Raka yang sudah berjalan keluar sambil diikuti Satria dan Brian. Dia tidak menyangka kalau laki-laki yang selama ini ia takuti malah selalu membantunya. Tidak hanya sekali saja tapi berkali-kali sudah membantunya.
Tidak terasa jam pulang sudah tiba. Bela kini lega dan tenang karena semua soalnya sudah dia kerjakan dengan hati-hati dan serius. Meskipun sebagian harus dibantu Raka. Tapi itu tidak apa asalakan tidak semua mata peajaran dia dibantu. Hanya kepepet saja. Lagian pengawasnya tidak menjaga betul murid-muridnya.
"Bel, ayo pulang."Puteri menghampiri Bela yang sedang menata tasnya.
"Ayo."Bela bangkit dan bergandengan pulangnya dengan Puteri.
"Soalnya tadi susah ya Bel."
"Eh Bel, tadi aku lihat kak Raka deket banget sama kamu, itu tadi ngapain?"tanya Puteri yang sedikit cemburu itu.
Bela kaget mendengar pertanyaan Puteri barusan. Ternyata diam-diam Puteri memang memperhatikan gerak gerik Raka sedari tadi.
"Oh itu, tadi dia tanya mengenai jaket aja."jawab Bela yang tidak mau membocorkan keadaan sebenarnya.
"Khmm."Puter langsung percaya saja.
"Enak ya Bel kamu bisa duduk sebelahan sama kak Raka. Aku juga pengen lah kayak kamu."Puteri menggigit bibirnya sendiri.
"Kamu itu ya."
Mereka berdua langsung berjalan keluar menuju parkiran depan. Betapa kagetnya dia ketika sampai didekat lapangan basket, tiba-tiba Raisa menghadang langkah kaki Bela. Seketika Bela berhenti dan menatap Raisa dan Diana itu.
"Ini ya yang duduknya sebelahan sama kak Raka."Raisa terlihat berjalan mengelilingi Bela yang masih berdiri itu. Tatapan Raisa seperti sinis kearah Bela.
Kelas Bela yang terdiri dari 30 anak itu mengharuskan panitia untuk memisah kelas tes mereka. Sebagian ada di ruangan sekelas sama Bela yang berada di kelas 12 ipa 4. Sedangkan sebagian lagi termasuk Raisa dan Diana serta Dirga duduk di kelas lain yatu kelas 10 ips 2. Makanya Raisa tidak bisa berdekatan dengan Raka.
Melihat Bela yang bisa duduk bersebalahan dengan Raka membuat Raisa marah dan iri. Selama ini Raisa memedam perasaan dengan Raka malah terata duduk berselebahan dengan orang yang dibencinya selama ini.
"Tenang Bela, tenang."Bela berusaha mengontrol emosinya supaya tidak terbawa suasana.
"Sa, kamu mau ngapain Bela lagi sih?"Puteri ingin mengajak Bela langsung pulang. Karena tidak sabar merayakan selesainya tes hari ini.
"Bentar gue ada urusan sama dia ya. Kalau elo pulang ya sana pulang."Raisa menatap tajam kearah Puteri.
Mungkin karena Bela selalu mengalah jadi Raisa kini semakin bertindak semena-mena padanya. Jujur Bela juga ingin melawan tapi dia sadar kedudukannya di kelas itu apa. Apalagi keadaannya tidak selevel dengan Raisaa sehingga membuatnya harus mengalah.
"Kamu ngapain aja sama kak Raka? Jangan bilang elo juga caper sama kak Raka?"Riasa menatap Bela dengan dekat sambil naik atas dan bawah.
Raisa malah jadi emosi sendiri karena pertanyaannya sedari tadi sama sekali tidak direspon Bela. Malah Bela terlihat tenang sambil mendengarkan saja.
"Kalau ditanya itu jawab dong bukannya lihatin doang."
"Sa, ada kak Raka itu."
Disaat Bela hendak pulang, terlihat Raka tiba-tiba muncul dengan setelan kaos singlet tipis warna putih berjalan kearahnya. Tangan Raka sedang memegang bola basket. Sepertinya Raka akan bermain bola basket dengan teman-temannya.
"Eh itu ada teman-temannya juga."
Ternyata tidak hanya Raka saja melainkan ada beberapa teman Raka yang lain yang tergabung dalam ekstrakurikuler basket. Mereka semua masuk kedalam lapangan basket. Satu persatu dari mereka nampak keren dengan tubuh gagah dan tinggi mereka. Tidak terkecuali Raka.
"Ayo Diana kita kesana."Raisa teralihkan fokusnya.
"Hahh. Lega."Bela beruntung bisa lepas dari Raisa.
"Adu ganteng banget kak Raka."Puteri fokus melihat Raka yang sudah berada ditengah lapangan.
"Mereka mau ngapain sih."Bela menatap kearah lapangan basket yang udah dikerubungi beberapa murid karena hendak menonton mereka. Kebetulan ini sudah watunya jam pulang.
Ternyata Raka sengaja buru-buru pulang tadi itu ada acara pertandingan bola basket dengan teman-temannya yang lain. Bela kira Raka akan pulang ke rumah tapi malah tidak.