WUSHH!!
Angin hangat berderu kencang menghempaskan segala yang berada di depan arusnya.
Pohon-pohon lebat yang tinggi juga diselingi banyak sungai berarus lemah melintasi seluruh daratan berbatuan yang landai ke bawah.
Cip! Cip! Cip!
Burung-burung merpati terbang dan mengisi sisi bahu sungai-sungai jernih itu, mencari mangsanya untuk hari ini.
Mata merpati itu menatap ke gunung menjulang tinggi yang terjemur sinar matahari, terpayungi banyak pohon rindang di sekujur tubuh kaku berbatunya itu.
Terdengar suara langkah mendekati burung-burung merpati itu, tidak sedikit jumlahnya.
Beberapa dari merpati itu pergi meninggalkan aliran sungai itu.
"Aku Rioxette Vorenne, petarung sihir. Aku menggunakan keling sihir yang terbungkus oleh sarung tanganku, aku ahli dalam serangan penetrasi dan blok area"
Perempuan berambut biru air bergelombang diikat ekor kuda, setinggi seratus enam puluh sentimeter, bersetelan seragam sekolah berwarna hitam keputihan. Kedua tangannya terbungkus kain berwarna coklat yang terlihat tipis namun kaku.
"Reona, petarung sihir. Senjataku adalah pedang kembar melengkung, jika disatukan akan menjadi senjata berbentuk gasing dengan empat mata. Kemampuan sihirku adalah teleportasi senjata, aku bisa bertukar tempat dengan senjataku sejauh sepuluh meter"
Perempuan berambut putih sebahu terurai, mata abu-abu, dengan tubuh langsing setinggi seratus enam puluh sentimeter. Tidak terlihat ekspresi apapun dari wajahnya, hanya tatapan datar dan nada yang hampa terdengar darinya.
"Odilia Kred. Aku menggunakan nun chaku. Kemampuanku adalah pelipat gandaan senjata, aku mampu memunculkan sepuluh nun chaku lainnya yang langsung terhubung ke tanganku"
Perempuan berambut kepang merah muda disisi kanan dan kiri kepalanya, paling tinggi diantara mereka sekitar seratus tujuh puluh sentimeter. Dia juga memakai kacamata dan terlihat sangat rapi.
"Aku Jill Wrear, penyihir penyembuh dan penguat"
Teman kelas Rotania yang menjadi korban dari Tomelone. Berambut coklat diurai sampai punggung bawahnya, tatapan lembut bagai seorang ibu yang selalu menghangatkan hati lawan bicaranya.
"Rotania Slavia, penyihir. Aku mampu menggunakan sihir telekinesis, dengan kemampuan itu aku mampu menggerakkan benda tanpa harus menyentuhnya. Hingga saat ini aku mampu bisa menggerakan orang lain sebagai objek sihirku"
"Telekinesis? Sihir keluarga royal Slavia memanglah spesial. Kebanyakkan penyihir lain hanya mampu menggunakan sihir elemen, seperti pacarmu kan Rioxette?"
"Itu bukan pacarku! Dia hanya teman masa kecilku! Hmmph!"
"Kemampuan bertempur kita akan meningkat drastis jika kita mampu mengkaloborasikan sihir kalian dengan kemampuan bertarung kita, semoga kita cepat beradaptasi satu sama lain"
"Yahh… di keluargaku ini bisa dibilang sihir yang biasa karena seluruh anggota keluargaku mampu menggunakan sihir ini bahkan dengan kekuatan yang lebih besar"
"Tapi aku hanya teman kelasmu, bukan keluargamu Rotania! Aku kadang merasa iri melihat sihirmu!"
Lima vampir perempuan berjalan beriringan di dalam pegunungan Tibor, berlokasi di daratan utara Ostrvo. Tempat ini akan menjadi area ujian kenaikan kelas dua untuk seluruh murid kelas satu Magicna Mudrost.
"Ujiannya adalah mengumpulkan dua token emas berlogo "M" di dalam pegunungan Tibor untuk masing-masing murid. Token didapat dengan mengalahkan instruktur lain atau menyelesaikan teka-teki yang tersebar di seluruh area"
"Tentu saja kita akan bertarung kan? Aku malas harus berfikir"
"Kamu terlihat seperti orang yang pendiam, Reona. Namun banyak vampir lain tidak tahu kalau isi otakmu hanyalah penghancuran dan perkelahian"
"Meskipun kamu peringkat tujuh petarung kelas satu, tetap saja kalau kita harus melawan instruktur petarung vampir sungguhan kita pasti kandas"
Kedua teman Reona itu menghimpit ruang gerak perempuan vampir berambut putih pendek itu.
"Sepertinya mereka memang mengerti arti bertarung yang sesungguhnya, sangat berbeda dengan teman kelasan kita ya Rotania"
"Hmmph?"
Setelah menyusuri jalan bertanah basah yang berliku-liku, rombongan tim Rotania berpapasan dengan beberapa vampir lain.
"Eh? Ro-rotania!"
"O..Oh? Ro…rotania.. Kau sehat-sehat saja?"
"…"
Ada lima vampir lain sedang duduk dipinggir jalan, terlihat tiga vampir laki-laki menyapa Rotania dengan canggung.
Terlihat keraguan dari balik kata-kata mereka yang sempat terbata-bata, satu dari mereka bahkan tidak mau menatapnya.
Muncul ketegangan diantara mereka berempat meskipun Rotania sama sekali tidak mengkhawatirkannya.
"Hei kalian masih saja-"
"…"
Rotania menahan Jill yang hendak membelanya.
"Teman kelasan kalian ya?"
"Mereka musuhmu Rotania? Ayo kita-"
"Ssst!"
Perempuan berambut putih terurai pendek itu ditarik menjauh oleh Odilia, temannya yang mampu membaca suasana.
.....
"Aku meminta maaf atas kejadian kemarin! Harus kuakui mengenai sifat lamaku yang sombong, inilah salah satu akibat yang harus kutanggung"
Rotania berdiri di depan kelas selagi menurunkan kepalanya sedalam-dalamnya, selagi membungkuk dengan seluruh tubuh bagian atasnya.
Kerumunan kelas hanya bisa terdiam mendengar kata-katanya.
Beberapa dari mereka masih takut melihatnya.
"Salah satu? Jadi maksudmu masih akan ada hal lain yang akan terjadi akibat kesombonganmu itu? Harus kuakui kau sudah banyak berubah, namun itu tidak menjamin akan terjadi hal lainnya di masa depan!"
Satu vampir laki-laki meneriakkinya, dia adalah ketua kelas I-I. Worelq Freq namanya.
"Bagaimana dengan temanmu sendiri yang kau ledakan pada hari itu? Apa kau bisa menjelaskannya?!"
"Juga pada Exxone! Kau sebaiknya bertanggungjawab atas apa yang terjadi pada mereka berdua!"
Lontaran kata-kata pedas dan teriakan terus menghujani telinganya.
Rotania menggertakan giginya.
"CUKUP! Rotania tak bersalah!"
Jill mendobrak pintu depan kelas selagi masih berjalan pincang.
Vampir perempuan berambut coklat panjang dengan paras yang terlihat anggun dan tatapan lembutnya meredam semua serangan verbal seluruh isi kelas.
Hari itu adalah hari Senin, tiga hari setelah kejadian Tomelone.
"Aku baik-baik saja! Wakil Kepala Sekolah Leo sudah menjelaskan semuanya yang terjadi!"
"Jill?"
"Kejadian kemarin itu terjadi akibat lepasnya kendali sihir baru milik Rotania. Dia ingin mencoba teknik sihir barunya di kelas. Namun yang terjadi adalah hal sebaliknya, sihir itu melukaiku dan membuat semua orang panik. Salah satu akibat lainnya adalah Rotania kehilangan kontrol dan termakan oleh sihir itu"
Kemudian Jill menatap Rotania dengan senyuman menenangkan. Terbaca ekspresi Jill mengatakan untuk menyerahkan segalanya kepadanya.
Rotania bingung mendengar penjelasan Jill.
Worelq langsung membanting tatapannya ke Rotania.
"Apa itu benar?"
"Be-betul. Namun hari ini aku berjanji atas nama Slavia, tidak akan ada hal seperti kemarin terulang kembali"
...
BAM!!
Sebuah pedang biru tua menancap tanah dan menarik perhatian semua murid yang sedang berkumpul disana.
Seorang vampir wanita berdiri di daratan yang lebih tinggi dan menatap mereka darisana.
Rambut ungu pekat terurai panjang benar-benar menangkap seluruh perhatian vampir laki-laki, terlihat terhembus angin dan meningkatkan paras feminis wanita itu.
Setelan jaket ungu kehitaman dan bawahan dengan warna yang sama menunjukkan tubuh yang seksi namun tangguh.
"Maaf menyela. Tapi aku ingin segera menguji kalian"