Chereads / Every Story Needs a Beginning, Right? / Chapter 18 - Sayap Hitam VI

Chapter 18 - Sayap Hitam VI

Wanita vampir berambut ungu pekat terlihat terkesan pada gadis bermata merah permata.

Keduanya bertatapan satu sama lain, satu teman gadis itu terlihat gugup dan tidak tenang.

Kedua pupil merah permata Rotania menyala, dia merangkul kedua tangannya kedepan badannya.

Jovanna memutar telunjuk kirinya, memunculkan pedang airnya mengarah kepada Rotania.

PRANG!!

Pedang biru tua itu memecah menjadi tali panjang dengan kait di ujungnya berjumlah lima hendak melilit Rotania.

"HA!"

DUNGG!!!

Kelima kait besi itu terhenti dengan paksa sebelum mendekatinya, satu ayunan tangan kiri Rotania menerbangkan semua kait itu menjauh sekaligus membuat talinya kusut disaat yang bersamaan.

Sekali lagi Jovanna mengubah senjatanya menjadi pedang air ke tangannya.

"Tampaknya tidak perlu lagi tipuan untukmu. Acruile"

"HA!!"

Rotania mendorong kedua tangannya kearah Jovanna, seolah-olah mencobanya untuk mendorongnya menjauh.

"?!"

Wanita berjaket ungu itu sudah berada di sampingnya selagi mengirimkan tendangan melebar ke bahunya.

BUAK!!

Tendangan telak mengenai bahu Rotania membuatnya terpental lima kaki menjauh.

Jovanna tampak heran melihat reaksi dari gadis berambut kuning keemasan itu.

"!!"

DUAK!!

Setelah dia terpental akibat tendangannya, dia terbang memutar dan berbalik mengirimkan tendangan kearah Jovanna.

Tendangan ayunan penuh telak mengenai Jovanna akibat serangan tak terduga olehnya.

"Begitu ya…. Itulah alasan kenapa anak-anak itu terjatuh sangat jauh akibat seranganku"

"Akhirnya kau mau bicara ya"

"Kamu sengaja melempar mereka menjauh, kamu sudah berniat untuk menolong mereka. Sepertinya kamu juga belum mengeluarkan semuanya. Aku kasihan pada teman-temanmu yang lain"

"Aku merasa tidak enak pada mereka. Tapi aku tidak akan repot-repot minta maaf karena segala pertarungan memiliki resikonya masing-masing, dan kita semua paham akan hal itu"

Mengabaikan kata-kata Rotania, Jovanna melempar pedangnya kearah Jill yang sedang mengobati Rioxette dan Odilia dari kejauhan.

"!!"

"Segala sihir memiliki batas, aku ingin lihat sejauh mana kau mampu menggunakan sihir telekinesismu itu"

"Tak akan-"

"Acruile"

Sekali lagi Jovanna menghilang dari hadapan Rotania, namun dia tidak memiliki waktu untuk mencarinya.

"AWAS!"

BUAK!!

Tak mampu melindungi temannya, Rotania hanya sempat untuk bertahan dari sergapan Jovanna yang beruntun.

"!!"

Seorang perempuan menahan laju serang pedang biru Jovanna dengan kedua pedang kembarnya.

Vampir berambut putih sebahu menghadang pedang itu. Kedua mata abunya menatap mereka dengan tajam, semangatnya semakin menggebu-gebu.

"Aku…masih…belum…kalah!"

Berniat membelah pedang itu, Reona menyilangkan kedua pedangnya sekaligus menangkis serangan barusan.

TRANG!!

Tebasan meyilang kedua pedang kembar itu tak membuahkan hasil apapun, bahkan untuk menggores bilah pedang biru tua sekalipun.

FWUSH!

Kedua mata abu Reona terbelalak melihat aksi yang dilakukan Jovanna.

Kemampuan yang dia kira unik dan hanya dimiliki olehnya mampu dilakukan oleh Jovanna.

DUAK!!

Kedua kaki Jovanna langsung menginjak pedang kembar Reona dengan keras berkat bantuan daya gravitasi.

Berniat untuk menginjak gadis berambut putih yang sudah terkapar di tanah itu, Jovanna tak segan-segan untuk menunggu reaksi teman-temannya.

"BERHENTI!"

DEG!

Telunjuk lentik Rotania menunjuk langsung kearah Jovanna, membuatnya tak bergerak sama sekali.

Kedua taring Rotania yang terlihat cukup panjang itu meriasi ekspresi marahnya kearah Jovanna.

Telunjuknya menekuk dan membentuk kepalan keras, terlihat urat di tangannya menegang dan menegeras.

"!!"

Tubuh wanita berambut ungu itu tertarik mengarah kepada Rotania dengan cepat.

"RIX!"

Muncul banyak lingkaran sihir merah membelakangi Rotania, memunculkan banyak pedang-pedang pipih sepanjang satu meter setengah yang dilemparkan langsung mengarah kepadanya.

Mencoba untuk keluar dari pengaruh telekinesis milik Rotania, Jovanna bergerak patah-patah selagi menatap pedang-pedang yang terbang mengarah padanya.

"A..cru..ile…O"

Berbisik pada dirinya sendiri, Jovania juga memutar telunjuknya.

"TAK AKAN KUBIARKAN!"

Menggenggam kedua tangannya dengan kencang, Rotania mengayunkan kedua tangannya ke bawah dengan penuh emosi.

BUAK!! DUAK!!

Jovanna terbanting kesana kemari dan terlempar ke udara dengan arah yang tak menentu.

Pedang biru tua Jovanna hanya mampu bergerak lambat seperti kehilangan kendalinya.

"Hei…. Itu benar Rotania?"

"Dia bisa membuat Jovanna kewalahan?"

"Untuk apa kita berada di tim kalian?"

"Tidak tidak. Meskipun dia memiliki kemampuan hebat, dia masih belum mampu menggunakannya dengan kendali penuh. Dia masih butuh kita sebagai rekan dan juga sahabatnya"

"Oh…"

"Oh…"

Odilia dan Rioxette hanya terpana menatap Jill setelah mendengar kata-katanya.

PRANGG!!

"!!"

Melebarkan kedua kaki dan tangannya di udara, Jovanna bergerak seperti sudah terbebas dari kekang telekinesis milik Rotania.

"Ah?! Bagaimana mungkin?!"

"Kita segera akhiri saja"

WUSHH!!

Jovanna melesat kencang mengarah Rotania akibat dentuman energi sihir ciptaannya, dengan pedang biru tua sudah berada di tangan kanannya.

Rotania melipat kedua telapak tangannya, menarik bebatuan dan tanah bergerak untuk menahan dan menangkap Jovanna di udara.

BAM!! BAM!! BAM!!

Jovanna melaju semakin kencang di udara menembus semua rintangan hasil usaha Rotania dengan sekejap.

Semakin mendekati penyihir berambut kuning keemasan itu, pedang biru tua itu berubah wujud menjadi rantai dan bola besi sepanjang dua meter melesat kepadanya.

"!!"

PORANGG!!!

"Reona!"

"Serahkan padaku! Kau kalahkan dia!!"

Reona menghadang lilitan besi itu tepat sebelum mengenai kedua tangan Rotania dengan cepat, bahkan kedua wanita itu tak menyadari kedatangannya.

"Kekuatan sihir tingkat tinggi keluarga Slavia, pembelah kenyataan dan ilusi. Kekuatan yang hanya diperbolehkan untuk dimiliki dewa yang bernama Tomelone. Kuperintahkan ruang untuk bergerak! Olobre Riezulea!"

Muncul banyak bingkai persegi panjang transparan mengelilingi mereka bertiga dengan cepat, kemunculan bingkai-bingkai persegi itu merusak sekelilingnya, seperti sebuah kertas dibolongi meninggalkan bekas robekkan disekelilingnya.

"!!"

"OUAHH!!"

Reona menarik ikatan rantai besi Jovanna dengan kedua pedangnya, memaksa wanita berambut ungu mendekat karena dia masih memegang senjatanya.

Seluruh bingkai transparan itu menabrak Jovanna dengan keras, tanpa ampun.

BAMM!! BLARR!! BLAR!!! BAAMMM!!!

"Rotania!!"

"Reona!!"

Asap kebul hitam kecoklatan memenuhi area pertarungan mereka bertiga.

Belum terlihat tanda-tanda siapa pemenang pertarungan ini.

BRAK!! BRAK!!

Dua gadis berambut putih pendek dan berambut ekor kuda kuning keemasan dilempar kedepan teman-temannya keluar dari asap kebul itu.

"Reona!!"

"Rotania!!"

Jill, Rioxette dan Odilia langsung menghampiri kedua teman mereka yang sudah tak sadarkan diri itu.

Muncul dua kaki bersetalan ungu kehitaman keluar dari asap itu, disusul jaket ungu dan kepala berambut ungu pekat itu.

Wanita itu sedikit tersenyum kepada mereka.

Krincing!!

Lima token emas dilempar ke tanah tepat disamping kedua gadis yang dikelilingi oleh teman-temannya.

"Kerja bagus. Tim yang mampu bertahan sampai akhir adalah tim yang selalu saling melindungi teman-temannya"

"…"

"…"

"…"

Terlihat sedikit tergores dan berdebu, Jovanna memutar tubuh langsingnya dan melompat pergi menjauh dari mereka semua.

.....

"Bagaimana dengan anak Slavia itu sayangku?? Dia hebat kan?"

"Berhenti memanggilku sayang. Nampaknya dugaanmu benar, terlepas dari efek kekuatan Tomelone dia memang memiliki kemampuan untuk menggunakan sihir ruang"

"Oh? Cara bicaramu sedikit aneh dari biasanya. Hohoho sepertinya kamu sempat kerepotan ya? Tak kusangka Jovanna Ambriel mampu kerepotan menghadapi anak kelas satu Magicna Mudrost! HAHAHA!"

"Berhenti memanggilku dengan nama lengkapku Leo! Aku sudah lama membuang nama itu"

"HAHAHAHA!!!"

Mereka berdua menggunakan sihir telepati selagi Jovanna melintasi hutan Tibor.

Dari ruangan wakil kepala sekolah Magicna Mudrost, Leo sedang mencatat sesuatu selagi tersenyum.

"Riset mengenai anak Slavia sudah lengkap. Sekarang beralih kepada si anak berbakat, kejutan apalagi yang akan dia tunjukkan kali ini"