Chereads / Every Story Needs a Beginning, Right? / Chapter 22 - Sayap Hitam X

Chapter 22 - Sayap Hitam X

BUAKK!!

"Uhk!!!"

Seorang pria telanjang dada dengan celana hitam panjang terlempar ke belakang, dia masih mempertahankan keseimbangan tubuh kekar berotot tebalnya.

Rambut cepak hitamnya sedikit terbakar, mukanya lecet-lecet dan sedikit tertutup noda hitam.

"IXENITRA!"

KABLAR!!!

Seorang laki-laki berambut hitam kecoklatan melesat kencang dan menabraknya.

Muncul sebuah ledakan besar setelah dia menghantamnya dengan kedua tangan berapinya.

Sekali lagi pria bertaring panjang itu terlempar sejauh sepuluh kaki dari laki-laki yang lebih pendek darinya itu.

"Jangan beri dia kesempatan! Serang!"

"Inilah kesungguhan hati pengguna senjata penyegel raja vampir. Aku datang dengan tekad dan keberanian baru! Ivonia Dragon!"

Laki-laki berseragam hitam keputihan memegang tombak panjang di depan mukanya dengan kedua tangannya, mengambil kuda-kuda siaga dan melesat kencang dalam satu hentakan kaki.

FWUSHHH!!!

Hentakkan kakinya mendorong laki-laki berambut abu itu ke udara menyusul pria setinggi dua meter itu dalam satu detik.

Terlihat banyak serpihan dan garis listrik berwarna emas mengikuti jejak arah anginnya.

BASHH!!!

Satu ayunan penuh menghantam kedua tangan pria besar yang mencoba untuk meredam serangannya.

Tak mampu meredam serangan berat itu, seluruh tubuh pria besar berotot itu terlempar ke udara sejauh tiga meter.

"Apa-apaan bocah-bocah itu?! Kekuatan mereka bukanlah ukuran anak kelas satu!"

"Arielz Vatra"

BAM! BAM! BAM!! BAM!!!

Banyak bola-bola api berdiameter lima puluh sentimeter terbang mengejar pria besar itu dari bawah.

"Nafasku penguat otot-ototku! Wuler! Duler!"

TAM! TAM! TAM! TAM! TAM!!

Menggunakan tangan kosong, pria itu menepis bola-bola api itu dengan cekatan.

Bola-bola api itu menjauh dan meledak di hamparan udara kosong.

GRRKK!! GRKKK!! BUM!!

"?!"

Awan diatas kepala pria cepak hitam itu berubah warna menjadi abu gelap, terdengar suara kilat dan petir berkali-kali.

"IVONIA DRAGON!!!"

Muncul laki-laki berambut abu memegang tombaknya hendak menusuk pria berotot itu dari dalam awan gelap itu.

DARRR!!!!

"UOOOHH!!!"

"HIYAAHHH!!!"

Ujung mata pisau tombak laki-laki yang terselimuti aura kilat listrik itu tak mampu untuk menusuk belahan dada padat pria besar itu.

Pria berotot itu merentangkan kedua tangannya menahan pisau tombak itu.

Kilat listrik yang memenuhi tombak itu mulai mejalar membungkus tubuh pria besar itu.

"Kerja bagus Richard! Bersiaplah Wuler dan Duler!"

"Habisi dia Exxone!!!"

"??!"

DAKK!!!

Exxone terbang menyusul dan bermanuver di udara menendang ujung belakang tongkat Richard dengan kakinya, menjalarkan api merahnya kearah kedua tangan Wuler dan Duler.

Dua orang yang bersatu menjadi pria kekar besar itu semakin kesulitan untuk menahan hantaman sihir kedua murid itu.

BLAAAARRRR!!!!

Ledakan besar menimpa warna langit biru di siang hari, mengeluarkan asap hitam legam dengan bau tidak sedap.

BUAK!!

Wuler dan Duler terlempar dan menabrak batu.

Tubuh mereka yang awalnya bersatu itu sekarang terpecah kembali menjadi dua pria pendek kembar yang sudah terpanggang.

BAM!!

Richard mendarat tepat berdiri diatas Wuler yang sudah terkapar ditanah.

Kilatan listrik yang menyelimuti tubuhnya hendak menyengat pria pendek itu.

BAM!!

Exxone mendarat tepat berdiri diatas Duler yang sudah terkapar diatas tanah.

Satu tangannya sudah mengeluarkan api yang diarahkan kemuka yang sedikit keriput.

"Hiii!!"

"Hiii!!"

......…..

"Dengan ini kita sudah naik kelas dua"

"…"

"Kenapa kau Richard? Kukira kau akan menantangku lagi"

"Sudah kuputuskan….. mulai hari ini aku akan menjadi petarung yang akan terus melampaui batas. Aku akan terus melampaui batasku dan terus menjadi lebih kuat"

"Hmmm"

Selagi mendengar tekad Richard, Exxone menatap Wuler dan Duler saling menggotong satu sama lain pergi menjauh dari mereka dengan tergesa-gesa.

BAK!

Richard menjatuhkan dirinya terduduk di tanah selagi menghela nafas panjang.

"Ada apa?"

"Lelah! Setelah menggunakan serangan besar-besaran seperti itu aku lelah. Berbeda dengan kau yang terlihat tidak merasa apa-apa setelah pertarungan tadi"

"Sudah selesai? Kalian hebat!"

"?"

"Wah kalian terluka. Biarkan aku sedikit membantu"

"Apa yang ingin kau lakukan?"

Tifa muncul dari balik pepohonan sesudah melihat keadaan tenang. Melihat Richard dan Exxone yang sedikit terluka, dia melipat kedua tangannya.

Muncul cahaya biru terang dari lipatan tangannya, rambut lurus biru airnya menjalar diudara terhembus angin.

"Kau bisa sihir penyembuhan?!"

"Aku merasa lebih bertenaga dari sebelumnya"

"Hehe!"

Senyuman gadis itu membuat dua laki-laki itu memalingkan pandangannya, sebuah pemandangan yang memana mata siapapun yang melihatnya.

"Aku masih heran kenapa kau bisa sampai kesini? Apa sungguh kau hanya seorang buronan? Sihir penyembuh bukanlah teknik sembarangan"

"…"

"Itu karena dia adalah aset perang kami"

"?!"

"!!"

Muncul seorang berjas putih dengan dasi merah, pria dengan wajahnya terlihat cukup keriput.

Terlihat jas panjang sampai ke lututnya, terlihat banyak lencana dan tulisan aneh di dada kiri dan kanannya.

BAK!!!

Richard kembali memunculkan X-Dragonnya dan langsung menebas kepala pria itu.

Dengan mudahnya dia menepis ujung bilah pedangnya dengan lengan atasnya.

BUAK! DUAK!!

Pukulan dan tendangan beruntun diberikan kepada Richard oleh pria itu, gerakannya benar-benar tidak menunjukkan umur pria itu.

"Itu bukanlah kecepatan yang bisa digapai manusia biasa"

"Serahkan gadis itu dan kita anggap tidak pernah terjadi apapun hari ini"

"Sepertinya dia memanglah makhluk yang berharga ya, kalau kita menolak?"

"Aku tidak ingin ada pertumpahan darah disini"

"Kata-kata dari seorang yang tercium bau darah kotor"

FUTTH!!

Richard sudah berada di belakang punggung pria berambut abu pendek itu.

Tebasan berlistrik penuh melebar sudah menuju kepalanya.

Pria bertampang lonjong lesung itu hanya menyaksikan Richard melakukan aksinya.

Dengan santai dia membalikkan tubuhnya ke sisi kanan dan menghindari tebasan listrik itu dengan mudah.

Tentu saja Richard belum selesai.

Lelaki tinggi itu melanjutkan teknik tebasannya dengan cepat.

FUWHH!! BET! BET! BET! FWUSH!!

Pria yang lebih tinggi darinya itu menghindari semua serangannya dengan mudah, seperti dia sudah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

BLARR!!!

Sebuah kaki keluar dari dalam tanah dan meledakan seluruh tubuh pria yang cukup keriput itu.

Jas panjang pria itu menjadi kotor dengan noda hitam akibat ledakan barusan, dia terlihat cukup kaget setelah menerima serangan barusan.

"Uhuk! Uhuk!"

"Sekarang Exxone!"

"Maju!"

DUAR!! DUAR!! DUAR! DUAR!!

Banyak peluru menancap dan menembus kedua laki-laki itu muncul dari arah yang berbeda-beda.

DUAR! DUAR!! STAB! STAB!!

Tembakan beruntun kembali muncul dan menembus kaki dan dada mereka, tak terlihat siapa yang menembak mereka.

Richard langsung terjatuh.

Exxone masih berlutut dengan sebelah kakinya.

"Kenapa..ak..u tidak men…yadrinya?"

"!"

Seorang wanita bertopi baret muncul membawa senjata dengan pipa panjang, rambut berwarna merah muda pendek cukup tertutup oleh topi baret miliknya.

Postur tubuhnya menunjukkan dia adalah seorang yang kuat namun menggoda disaat yang bersamaan.

Senapan berpipa sepanjang dua meter berwarna merah kecoklatan dengan relik burung elang diujungnya dipegang erat dengan kedua tangan berotot kencangnya.

Bau mesiu tercium dari wanita itu.

"Sudah kubilang Anda sebaiknya sembunyi saja Jendral Adelard. Tak perlu memamerkan kemampuan obat sihirmu itu"

"Ehehehe, tolong ya Fayre"

Mata hitamnya melirik Tifa.

"Sialan…. Ini…peluru perak?"

"Peluru untuk membasmi para vampir, tentu saja. Apalagi dengan sihir korosif yang kutanamkan pada setiap pelurunya, ajal sudah dekat untukmu"

Luka-luka pada tubuh Richard akibat peluru tadi mulai menjalar dengan bentuk rekahan berwarna oranye.

Wanita bersetelan jaket berwarna hijau putih itu berpindah ke belakang Tifa dengan cepat.

BUAK!!

Fayre memukul kepalanya dengan tumpuan senapannya.

Gadis berambut biru air itu tertunduk sampai ke tanah.

Tak tinggal diam setelah sergapan barusan, Tifa hendak menembakkan peluru pasir dengan menepak tangannya ke tanah.

SING!!

Gelang emas di pergelangan tangan kanan Fayre menyala merah terang.

"Uuuhk!!!"

Terlihat semakin kesakitan, peluru yang dia bentuk dari pasir pun gagal bertransformasi.

"Tak akan kubiarkan!"

Exxone langsung melompat menghampiri mereka.

DUK!!

Fayre maju ke hadapan lelaki yang sudah terluka parah itu dan menendangnya dengan tumitnya.

DUAR! DUAR!!

Wanita yang sedikit lebih tinggi darinya itu menembak dada kirinya dua kali tanpa ampun.

Exxone langsung kehilangan kesadarannya.

BRAK!!

"Inilah kebiasaan burukmu, jendral. Terlalu lama bermain-main dan bereksperimen. Aku tahu Anda seorang ilmuan dan peramu ramuan, tapi ini sudah daerah kekuasaan musuh. Tak ada waktu untuk bermain-main"

Fayre berjalan kearah pria yang baru saja bangkit sambil menggendong Tifa di bahunya.

"Hehehe, maaf-maaf"

"Ka….u… pi..kir…. mau… ke…mana… kau?!"

Richard masih memaksakan dirinya meskipun kedua kaki dan bahu kirinya sudah bercucuran darah. Terlihat retakan berwarna oranye mulai memanjang di kedua kaki dan bahunya.

"Ja..ngan.. ke…ma..ri…"

"Ak…u…ak…an"

Crek… DUAR!!

"Berhenti omong kosong!"

"TIDAK!!"

Lelaki berambut abu itu langsung terjatuh tanpa daya.

"AAK!!"

"UWAHH!!"

Tifa memberontak dan menggigit Fayre.

"KUBUNUH KA-"

Sebelum Fayre sempat menyelesaikan kata-katanya, Tifa menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya.

Kedua matanya mengeluarkan sinar biru yang menyilaukan begitu juga seluruh helai rambutnya.

"Sihir Dewa : Rafaela Vode"

Perempuan cantik itu merubah wujudnya menjadi dewi roh air.

KLING!!!

Tubuh langsingnya dibaluti pakaian yang terbentuk dari cahaya biru dari ujung kepala sampai ujung kakinya. Pakaian yang dinilai manusia sebagai pakaian gaya kuno dengan pelindung di kedua bahunya, baju setengah perut dengan motif batik biru keemasan.

Bermahkota bentuk lingkaran dengan motif arus ombak. Rambut birunya bergelombang bagai arus air, pupil mata kanannya terang-berderang dengan kata "Vode" yang berarti air.

Dewi roh air berupa kuat nan anggun itu membekukan seluruh atmosfir di sekelilingnya.

Vol. 2 End-