"Tidak! Jika aku kesana pasti akan mengundang banyak perhatian, aku tidak boleh membuatnya risih pada ku" ucap Sean penuh senyuman, ia tidak sabar menjadikan gadis cantik itu miliknya.
"Sepertinya aku harus menyuruhnya untuk datang kesini, aku sungguh tidak sabar melihat dan mencium wangi yang hanya bisa ku rasakan di mimpi." Gumam Sean membayangkan gadis itu bermanja di pelukannya.
"Oh... Shit!" Umpat Sean saat merasakan bagian bawah tubuhnya mulai menegang.
"Hanya membayangkan dia menjadi milik ku saja, kamu sudah seperti ini" ucap Sean mengelus adik kecilnya yang sudah bangun dari hibernasinya.
"Sabar ya! Adik kecil. Belum saatnya kamu ku beri surga."
"Mulai sekarang kita harus berjuang mendapatkannya jangan sampai si brengsek Lucifer itu mendapatkannya lebih dulu," ucap Sean tersenyum miring seraya mengelus pelan miliknya.
Sean mengambil gagang telpon dan memberi pesan pada Ivander Leonid tangan kanan ibunya yang diberikan delegasikan wewenang untuk memimpin perusahaan ini, Sean meminta Ivan secara khusu untuk bisa turun langsung dalam perekrutan pegawai baru hari ini dan untuk mengirimkan data gadis itu serta meminta agar ivan membawa gadis itu segera ke ruangannya secara sembunyi-sembunyi.
Setelah selesai Sean tersenyum, ia sudah tidak sabar lagi ingin menemui Sarah. Wanita yang selalu hadir di mimpinya dan kelak akan memberikan warna baru di hidupnya
Sean tersenyum sendiri membayangkan semua hal tentang gadis itu.
Drrrtt...drtt... Ponsel Sean bergetar ada pesan dari Ivander. "Jadi namanya Sarah Frederica, Nama yang cantik secantik pemiliknya." Ucap Sean.
Sean lalu meneruskan informasi itu ke pada Yunxi sang tangan kanan sekaligus menjabat sebagai asistennya " Cari informasi tentang gadis ini." Pesan Sean.
Setelah itu ia menyenderkan tubuhnya ke sandaran kursi sembari menatap pintu dan menunggu gadis impiannya datang dengan perasaan gelisah.
Berulang kali Sean menarik nafas panjang untuk mengurangi kegugupannya namun itu tidak berhasil malah dia merasa semakin gugup, untuk pertama kalinya Sean tidak percaya diri berhadapan dengan perempuan. Ia merasa takut gadis itu tidak menyukainya.
Saat Sesi wawancara tengah berlangsung, sekelompok staff HRD serta Direktur perusahaan Star Aurora tampak memasuki ruangan lain membuat para pelamar di ruang tunggu menjadi bingung.
"Hei, itu direktur Ivander, waahh dia sangat tampan." Pekik seorang gadis cantik yang duduk tidak jauh dari Sarah.
"Aku jadi merasa beruntung ikut wawancara hari ini, bisa bertemu dengan direktur Ivan."
"Itu tidak mungkin direktur Ivan, direktur orangnya sangat sibuk."
"Itu sungguh direktur Ivan, buka mata mu lebar-lebar."
"Kalau direktur turun tangan langsung untuk wawancara berarti perekrutan kali ini sangat penting bagi perusahaan SA." Ucap gadis-gadis itu berdiskusi dengan suara nyaring hingga Sarah bisa mendengar semua perkataan mereka dengan baik.
Mendengar percakapan orang-orang itu, Sarah memiringkan kepalanya. Ia tampak berpikir keras bagaimana caranya supaya desainnya nanti di sukai oleh sang direktur.
"Karena banyaknya pelamar, kami akan membagi kalian dalam 2 kelompok." Ucap salah satu staf.
"Kalian bersiap lah, wawancara dan tes membuat desain akan segera di mulai." Setelah staf HRD, berbicara. Dia langsung masuk ke ruangan wawancara.
Sarah duduk dengan tegang, ia masuk dalam kelompok yang akan di wawancarai oleh direktur Perusahaan Star Aurora secara langsung.
Membuat telapak tangan Sarah sampai berkeringat dingin, ia terus berdoa dalam hati semoga bukan dia yang pertama kali di panggil tapi ternyata doanya tidak di jawab Tuhan, buktinya ia yang di panggil pertama kali.
"Sarah Frederica, masuk."
"Aku..." Ucap Sarah terkejut menunjuk dirinya sendiri.
Sarah menarik napas dalam-dalam untuk mengurangi kegugupannya, ia mendorong pintu, berjalan masuk lalu duduk di kursi yang disediakan di tengah ruangan dengan beberapa alat untuk membuat desain di depannya.
Sejenak Sarah diam mengatur degu jantungnya yang semakin berpacu kencang, ia mendongak an kepalanya menatap 4 orang pewawancara. "Selamat siang, bapak direktur yang terhormat beserta bapak staf HRD, nama saya Sarah Frederica." Ucap Sarah memperkenalkan dirinya.
"Saya lihat kamu sudah lulus SMK beberapa tahun lalu. Kenapa tidak langsung mencari kerja atau kuliah, apa alasannya ?" Tanya Ivander tetap berusaha profesional.
"Itu karena setelah lulus saya membantu nenek saya berjualan di kedai miliknya." Jawab Sarah jujur.
Lalu di lanjutkan dengan beberapa pertanyaan lagi oleh staf HRD dan Sarah mampu menjawab semuanya dengan baik. Wawancara Sarah berakhir dan di lanjutkan dengan membuat sebuah desain.
"Karena perusahaan ini bergerak di bidang pembuatan desain maupun pengolahan perhiasan dan pakaian, Jadi kami membutuhkan seorang staf desainer yang piawai."
"Kamu bisa membuat sebuah desain dan kamu tidak perlu khawatir kalau kami akan memanfaatkan mu karena jika kamu tidak di terima maka desain yang kamu buat saat ini akan kami beli dengan harga yang sesuai dengan kualitasnya." Ucap salah satu dari staf HRD itu.
Sarah yang sudah tidak asing dengan cara kerja setiap boutique ataupun perusahaan desainer, tidak bertanya sama sekali akan pernyataan staf pewawancara itu.
"Kamu bisa mengambil salah satu gulungan kertas itu dan buat desain sesuai tema yg tertulis di sana." Ucap Staf HRD itu lagi memberikan arahan untuk Sarah.
Tanpa pikir panjang Sarah langsung melakukan apa yang di arahkan oleh Staf itu. Sarah memejamkan matanya saat menarik sebuah gulungan kertas.
Sarah tersenyum sumringah melihat tema yang sesuai dengan ide yang ia dapatkan tadi.
"Perlihatkan tema Desain mu." Ucap Ivander akhirnya bersuara setelah tadi di sibukan membalas chat Tuannya yang tidak sabar untuk bertemu gadis ini.
"Musim Semi." Sarah membacakan dan memperlihatkan isi kertas itu.
"Silahkan buat desain dengan tema itu. Terserah kamu ingin membuat desain perhiasan atau pakaian, tidak perlu desain yang sempurna, kami tidak menuntut itu karena membuat desain tidak bisa selesai dalam 1 atau 2 jam" Ucap Ivander lagi.
"Cukup desain yang kelihatan ada bentuknya saja karena yang terpenting dari sebuah desain adalah filosofinya" Ucap salah Staf HRD menambahkan ucapan Ivan.
Sarah mengangguk patuh lalu mengerahkan semua fokusnya untuk membuat satu desain dress yang mengusung konsep bunga Daffodil salah tanaman hias yang berbunga pada musim semi dan akan di padukan dengan sebuah kalung dengan motif bunga Baby Breath yang mekar pada awal musim semi. Sebuah perpaduan dua bunga yang menjadi lambang musim semi yang memiliki filosofi yang sangat dalam.
Sejam berlalu desain sederhana Sarah pun selesai.
"Bisa kamu jelaskan filosofi apa yang terkandung dalam desain mu."
"Karena aku mendapatkan tema musim semi jadi aku berinisiatif untuk mengusung konsep bunga Daffodil dan bunga Baby Breath yang merupakan bunga yang mekar di musim semi."