Beberapa orang di sekitar Sarah yang memiliki koneksi dengan orang dalam sedang mengobrol dan membicarakan tentang anak pemilik perusahaan ini yang terkenal sangat tampan. Kabarnya pria itu baru kemarin tiba di Bali
Sarah hanya mendesah ringan mendengar ocehan wanita-wanita itu yang terlalu mengelu-elukan anak owner perusahaan ini.
Satu persatu mereka di panggil untuk wawancara dan banyak pelamar yang gagal. Karena di sini ada sebuah tantangan mendesain pakaian atau perhiasan jadi orang-orang yang hanya berniat mengikuti wawancara hanya untuk melihat wajah Sang anak owner perusahaan ini tanpa ada persiapan apapun atau tanpa ada bakat sebagai desainer akan langsung gugur.
Sarah sedari tadi sibuk merancang desain apa yang akan ia tunjukkan pada pihak HRD agar ia bisa di terima. Ia mengedarkan pandanganya kesekeliling ruangan tanpa sengaja ia melihat sebuah pot bunga yang berisi bunga Daffodil berwarna kuning terang di sandingkan bunga Baby Breath berwarna putih bersih perpaduan sempurna untuk sebuah elemen dekorasi rustic yang cantik.
"Ah ... Aku ada ide" ucap Sarah dalam hati tersenyum senang.
Ia pun terus berdoa semoga idenya di terima dan dia lolos karena sejak tadi banyak yang keluar dari ruang wawancara dengan wajah lesu.
Di ruangan CEO.
Sean baru tiba di perusahaan jam 1 siang untuk melihat secara langsung proses perekrutan pegawai baru.
Dia baru saja membuka laptopnya tiba-tiba ada seseorang menerobos pintu kantornya.
Gerakan tangan Sean untuk memasukkan password laptopnya pun terhenti seketika.
Ia mendongakan kepalanya ke atas dan melihat kalau yang datang adalah Seorang wanita yang menyebalkan dengan dandanan menor menghampirinya.
Sean dengan kesal dan bertanya "Kenapa kamu kesini, Jessie ?"
Jessie tidak menjawab pertanyaan Sean, ia malah balik bertanya " Sean, kamu sudah beritahu paman dan bibi tentang pernikahan kita ?"
"Pernikahan apalagi Jessie ?" Tanya Sean berusaha menahan amarahnya.
"Pernikahan kita lah." Jawab Jessie
"Bukan kah aku sudah bilang kita tidak ada hubungan apapun Jessie." Ucap Sean dingin.
"Sean, jangan bercanda aku tau kamu mencintai ku kan ?" Tanya Jessie.
"Tidak." Jawab Sean singkat
"Apa ada jalang lain yang membuat mu jatuh cinta padanya, Siapa dia Sean ?" Tanya Jessie tak terima jika prianya mencintai perempuan lain.
"Kalau iya, kamu mau apa ?" Tantang Sean.
"Aku pasti akan menghancurkan jalang itu."
"Kamu milik ku Sean."
"Entah terbuat dari apa otak mu Jessie sehingga bahasa manusia tidak bisa masuk ke otak mu." Ucap Sean memandang Jessie tajam.
"Apa maksud mu Sean ?"
"Kamu tidak mengerti ?" Tanya Sean yang di balas anggukan kepala Jessie.
"Bagaimana bisa kamu menyebutku milik mu sedangkan sedari awal aku bukan milik siapapun." Ucap Sean.
Sean menghela napas berat "Pulang sana, aku mau kerja." Ucapnya dengan nada penuh perintah.
"Gak mau, aku gak mau pulang sebelum kamu bersedia menikah dengan ku." Jawab Jessie tetap teguh dengan pendiriannya.
"Kalau begitu jangan salahkan aku jika menyuruh satpam menyeret mu keluar." Ucap Sean sembari menekan dial telpon namun Jessie tetap bersikeras tidak ingin beranjak.
"Keruangan saya sekarang." Titah Sean saat telpon itu tersambung.
"Sean, kamu sungguh mengusir ku ?" Ucap Jessie panik saat melihat dua orang satpam tiba di ruangan Sean.
Sean hanya melirik Jessie sekilas dengan tatapan dingin dan menganggukan kepalanya. Jessie sungguh kaget, belum pernah ia melihat Sean sedingin ini. Jessie segera berdiri dan memohon.
"Sean, aku minta maaf, aku tidak bermaksud memaksa mu, aku hanya ingin kamu tau ketulusan ku." Ucap Jessie berusaha meraih tangan Sean namun dengan gerakan cepat Sean menepis tangan Jessie dan di raih oleh dua orang satpam itu.
Jessie semakin panik, ia juga kesal berani-beraninya dua manusia rendahan ini menyentuhnya
"Heh! Beraninya kalian menyentuh ku."
"Lepaskan! Jangan pegang-pegang. Kalian tidak berhak menyentuh ku sialan!" Maki Jessie
"Lepasin..." Jessie memberontak dan berteriak namun kekuatannya kalah dengan dua orang satpam yang mencekram kuat tangannya.
"Seret dia keluar dan perhatikan baik-baik wajahnya jangan sampai dia masuk lagi ke perusahaan ini atau kalian berdua akan tau akibatnya." Ucap Sean menatap tajam kedua satpam itu.
"Baik Tuan." Ucap keduanya menyeret Jessie keluar dari ruangan Sean.
"Kalian kurang ajar. Berani-beraninya kalian menyentuh ku."
"Siapa kalian berdua Hah! Beraninya kalian mengusir ku, apa kalian berdua tidak tahu kalau aku ini calon istri pemilik perusahaan ini."
"Asal kalian berdua tahu aku bisa membuat kalian berdua kehilangan pekerjaan kalian saat ini juga." Ucap Jessie semakin berteriak kencang, sambil terus meronta-ronta untuk melepaskan diri.
"Sean.... Sean..." Panggil Jessie meminta pertolongan namun orang yang di panggil sama sekali tidak memperdulikannya.
Kedua satpam itu lalu melemparkan Jessie keluar dari perusahaan.
"Maafkan kami nona, kami hanya menjalankan perintah."
"Harap anda memakluminya dan tolong jangan kemari lagi" ucap kedua satpam itu berlalu pergi ke pos jaga kembali.
Dengan rambut acak-acakan dan pakaian mahalnya kusut Jessie menghampiri mobilnya dengan sumpah serapah yang tak berhenti keluar dari mulutnya. Tangannya memukul-mukul jok mobil dengan putus asa.
Jarak nya dan Sean sekarang semakin jauh. Sean terasa semakin sulit ia gapai.
"Akan ku bunuh perempuan yang berani merebut mu dari ku Sean." Serunya berulang kali.
Paijo, sopir pribadi keluarga Alexander yang selalu mengantar Jessie kemanapun ia pergi, hanya melongo. Ia bingung melihat nona besarnya di seret oleh security perusahaan Star Aurora. Apakah nonanya sudah bukan putri kesayangan pemilik Perusahaan Star Aurora lagi karena yang ia tahu Keluarga Alexander sangat dekat dengan keluarga D'Angelo terutama nona besarnya yang selalu di manja oleh nyonya besar D'Angelo.
Sungguh siapa yang berani menganggu putri Alexander seperti ini dan bahkan berani memperlakukannya dengan kasar.
"Ayo pergi," ucap Jessie menatap sendu perusahaan Star Aurora.
Di dalam ruangannya
Sean mengawasi jalannya perekrutan pegawai baru melalui layar di laptopnya.
Sebagai seorang anak pemilik perusahaan ini Sean tidak memiliki kewajiban untuk turut adil mewawancarai mereka karena itu adalah tugas staf HRD.
Sean juga sedang dalam mood yang kurang baik entah mengapa sejak semalam isi otak dan pikirannya hanya ada gadis itu.
Dia sudah memikirkan banyak cara agar bisa bertemu gadis itu namun semuanya tidak masuk akal, ia bahkan tidak tahu identitas gadis itu.
Sean mengawasi perekrutan pegawai baru dengan malas dia merasa bosan dan jenuh. Saat ingin berhenti melihat live streaming di aplikasi yang hanya bisa di akses oleh pegawai Star Aurora. Betapa terkejutnya Sean, saat dia melihat gadis yang sejak lama ia cari dan membuatnya hampir gila karena setiap malam memimpikannya.
"Oh..holy shit Baby, itu kamu!" Teriak Sean kesenangan, ia bahkan sampai terlonjak dari kursinya ia merasa begitu senang gadis yang ia cari malah menghampirinya.
Suasana hati Sean yang semula mendung berubah cerah seketika, ia ingin bangun dan menghampiri wanitanya namun ia sadar perbuatannya bisa menyebabkan keributan besar.
Ia juga tidak ingin membuat gadis itu risih karena kehadirannya yang tiba-tiba, ia ingin tampil sebagai sosok paling baik untuk gadis itu.