"Tapi aku tidak punya lelaki yang kusukai, Vi." kata Andin seraya meraih gelas berisi jus sirsaknya.
"Bagaimana kau bisa menyukai seseorang sementara pikiran dan hatimu hanya untuk Tommy."
Andin menyandarkan kembali punggungnya. "Kalau begitu aku harus bagaimana dong?"
Jovita mengingat-mengingat. "Aku tahu! Kau masih ingat anaknya Pak Walikota dulu, kan? Senior yang sering mengejarmu di kampus?"
"Maksud kamu Rendra?"
"Nah, benar. Dia sampai sekarang masih mengejarmu, lho. Terakhir aku bertemu dengannya minggu lalu. Dengar-dengar sekarang dia sudah menjadi anggota dewan pusat, lho."
"Aku tidak mau."
"Ya ampun, Andin, apa sih kekuranganya? Tampan, kaya. Kau pasti akan senang kalau mengencaninya."
"Aku tidak suka padanya karena sombong."
"Maksudmu kau akan terus berharap pada pria baik-baik yang sudah menjadi suami orang, begitu?"
Andin terdiam, apa yang diucapkan Jovita ada benarnya. Jika Rendra sikapnya sombong, toh lama-lama sikap itu pasti akan berubah. Sementara ia sangat menginginkan lelaki berhati baik yang menjadi idamannya, kini tidak akan pernah bisa ia miliki.
Sejak saat itu Andin pun mulai berkencan bersama Rendra, sementara Jovita mengencani teman Rendra yang status pekerjaannya tidak pernah jelas.
Baru beberapa bulan Andin berpacaran, Rendra langsung melamarnya. Pernikahan mereka pun dilakukan secara meriah. Meski Ayah Rendra sudah bukan lagi Walikota, tapi profesi Rendra yang sebagai pejabat daerah membuat tamu undangan sangat banyak. Belum lagi relasi-relasi Ferry dan ayahnya, bahkan semua keluarga Fabian pun ikut hadir dalam pesta itu.
Meski sudah sah menjadi istri Rendra, Andin bahkan masih memiliki rasa cemburu terhadap Sherly saat melihatnya bersama Tommy. Tapi demi menyembunyikan perasaannya itu, Andin segera mengajak Rendra untuk berdansa dan tertawa riang, seakan-seakan menunjukkan bahwa ia sangat bahagia, padahal sebenarnya tidak.
***
Setelah genap setahun pernikahan mereka, Andin dan Rendra dikaruniai anak perempuan yang cantik. Tepat di hari itu juga, ternyata Sherly melahirkan putra kedua dari buah cintanya dengan Tommy. Mereka ternyata dirawat di rumah sakit yang sama yang ada di Sulawesi.
Sejak tahu hamil anak kedua, Tommy membawa Sherly ke Sulawesi agar Lisa bisa mengontrolnya. Karena Tommy sudah membeli rumah baru untuk mereka tempati di sana, jadinya Lisa pun harus bolak-balik dari rumahnya ke rumah Tommy untuk membesuk Sherly.
Harry dan Lenna pun sudah pulang ke Jawa. Sebelum pesta pernikahan Andin dilaksanakan, proyek yang Harry kerjakan bersama Charles ternyata sudah selesai. Namun karena Tommy masih menunggu pembuatan perusahan mereka yang belum juga selesai, Tommy terpaksa harus bolak-balik ke Jawa-Sulawesi untuk mengontrol para pekerja konstruksi. Di samping sambil menunggu, Tommy juga masih menerima proyek dari Pak Malik sewaktu-waktu beliau memerintahkannya.
Karena mendapat kabar bahwa kedua orang tua Sherly sekarang hidupnya sudah tak seperti dulu, Tommy iba mendengarnya. "Bagaimana kalau kita ajak mereka saja tinggal di sini?" usul Tommy pada Sherly, "Biar aku yang akan menjemput mereka di sana."
Karena Tommy adalah kepala rumah tangga, Sherly pun setuju-setuju saja. Lagi pula Sherly sudah sadar, bahwa tanpa orang tua kandung di sampingnya, ia merasa kesulitan dalam mengurus anaknya. Memang ada Lisa dan baby sister, tapi tidak seperti peran orang tua kandung yang ikut berperan di dalamnya.
Charles dan Lisa pun setuju jika Tommy mengajak Harry dan Lenna. Mungkin sudah waktunya bagi mereka untuk hidup dalam keluarga damai seperti dulu, saat awal menjodohkan anak-anak mereka.
Harry dan Lenna pun mau-mau saja saat Tommy menjemput mereka. Emosi Harry yang berapa tahun lalu begitu meluap saat tahu Sherly sudah menikah dengan Tommy, justru wajahnya kini berseri-seri saat melihat pria itu lagi setelah sekian tahun terpisahkan. "Maafkan Papa, Nak, Papa minta maaf karena dulu Papa___"
"Sudah, Pa, sudah," sergah Tommy, "masa lalu biarlah masa lalu. Sekarang yang terpenting Papa dan Mama ikut Tommy ke Sulawesi, ya? Kita tinggal di sana saja."
Saat ini Harry dan Lenna tinggal di rumah kecil yang dibeli mereka. Sejak proyek tempo hari selesai, Ferry tidak mengajaknya lagi untuk bekerja sama. Permasalahan yang terjadi antara dia dan Charles membuat Ferry kurang hati padanya. Alhasil, Harry tidak pernah mendapat pekerjaan lagi hingga akhirnya harus menjual rumah mewah mereka dan membeli rumah yang lebih kecil lagi. Namun karena Tuhan masih sayang pada mereka, di saat hidup mereka sudah di ambang kehancuran, Tommy datang untuk menyelamatkan mereka.
Tidak hanya Harry, Charles juga sudah pensiun dari pekerjaannya. Perbedaannya hanya; meskipun Charles tidak bekerja, tapi mereka punya usaha yang sekarang sedang dikelola oleh Tommy. Perusahan kontraktor yang dibangun keluarga Fabian di Jawa itu sudah selesai. Tommy mengelola perusahan itu dengan baik, uang sisa dari hasil menjual saham itu dipergunakan Tommy untuk membeli lahan kosong dan membangun pabrik-pabrik industri di tempat-tempat yang strategis. Alhasil, selain menghasilkan uang dari profesinya sebagai kontraktor dan desainer, keluarga Fabian bisa bertahan hidup dengan penghasilan yang didapati dari hasil-hasil pabrik industri seperti pabrik pengelohan kedelai, kapas dan tekstil.
Keluarga Fabian justru semakin kaya raya dari sebelumnya, namun hal itu tidak membuat Tommy dan keluarganya sombong. Mereka rajin memberi dan membantu orang lain. Namun di samping itu, tidak ada satupun orang yang tahu kekayaan keluarga Fabian saat ini sebanyak apa. Gaya hidup mereka yang sederhana membuat Sherly sekalipun tidak tahu soal industri-industri pabrik yang dimiliki keluarga Fabian.
Memang Charles sudah mengatakannya pada Tommy, karena tahu niat Harry yang tempo hari menjodohkan Sherly hanya karena harta, sampai saat ini pun mereka merahasiakan kekayaan yang dimiliki keluarga Fabian. Sebagai istri yang selalu dimanja, Sherly pun tidak tahu dan tidak mau tahu soal uang yang didapati suaminya itu dari mana. Yang terpenting baginya, Tommy selalu menuruti apa yang dia minta.
Tommy juga yang memang sengaja menyembunyikan identitas aslinya dari semua orang, masih sering menerima tawaran Pak Malik untuk menangani sebuah proyek kecil maupun besar sewaktu-waktu beliau memintanya kapanpun dan di mana pun.
***
Beberapa tahun pun berlalu. Andin dan Tommy kini semakin sukses dengan pekerjaan mereka. Jika dulu Andin adalah sesprinya Pak Malik, sekarang wanita itu memegang profesi sebagai kontraktor untuk menggantikan Ferry. Karena sudah tua, Andin tidak mengijinkan ayahnya lagi untuk bekerja. Jadi untuk menikmati masa tuanya, Ferry tinggal di rumah bersama kedua cucu perempuannya.
Andin sudah memiliki dua anak perempuan. Yang pertama sudah duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama, sedangkan yang kedua sudah menduduki bangku Sekolah Dasar.
Begitu juga dengan Tommy yang kini sudah memiliki tiga putra yang tampan-tampan. Anak Tommy yang pertama usianya lebih tua dua tahun dari anaknya Andin. Jika anak pertamanya Andin duduk di bangku kelas sembilan, Donny Fabian duduk di bangku kelas sebelas. Anak kedua Tommy namanya Arya Fabian, bocah itu sekarang duduk di bangku kelas sembilan, sama seperti anak pertamanya Andin. Karena saat Andin melahirkan anak pertamanya, di hari yang sama juga Arya lahir di rumah sakit yang sama dengan Andin. Terkahir, putra ketiga Tommy bernama Julian Fabian, bocah itu usianya jauh berbeda dengan Donny. Sekarang di saat usia Julian sudah tujuh tahun, sama seperti putri kedua Andin.
Karena sudah terbiasa dengan Lisa dan Lenna, ketiga anak Tommy pun tidak keberatan jika Tommy sering berpegian keluar kota bersama sang istri tercinta.
Continued___