Chereads / Hidden Desires / Chapter 59 - Bab 59. Sikap Sherly Yang Mulai Aneh.

Chapter 59 - Bab 59. Sikap Sherly Yang Mulai Aneh.

Karena selalu berpikir positif terhadap apapun, kali ini Tommy tampak khawatir karena Sherly belum datang ke warung makan, sementara ponselnya tidak aktif. Ia takut jangan-jangan hal buruk menimpa istri tercintanya.

Ia pun mulai menyalakan mesin mobil untuk mencari Sherly. Namun belum sempat menginjak pedal gas, mobil sang istri pun muncul. Ia pun mematikan mesin mobil lalu turun menemui Sherly.

"Sayang, kamu dari mana saja? Kata karyawanmu yang datang pagi-pagi kau belum muncul sejak tadi sampai aku datang tadi. Kamu dari mana saja, sih?" tanya Tommy khawatir. Ia memborong semua tubuh Sherly untuk memastikan bahwa istrinya itu baik-baik saja.

Sherly yang kebetulan terkejut melihat Tommy dengan cepat memeluk pria itu. "Maafkan aku, Sayang. Tadi aku sarapan pagi bersama langganan kita. Dia mengajak aku sarapan sekaligus membicarakan katering yang akan dia pesan besok." Sherly mendongak menatap Tommy. "Jumlahnya lumayan banyak lho, Sayang, seratus kepala."

Tommy ikut senang mendengarnya. "Ya sudah kalau begitu. Lain kali ponselnya jangan dimatiin ya biar aku tidak khawatir."

Sherly melepaskan dirinya kemudian merogoh ponsel dari dalam tas. "Ya ampun, ternyata tadi malam aku lupa mengisi daya."

Tommy tersenyum. "Ya sudah, sekarang masuk dan cepat dicharge ponselmu. Aku kekantor dulu, ya?" Ia mengecup dahi Sherly. Dan setelah mendapat balasan dari sang istri, Tommy pun pergi dengan perut kosong karena tidak sempat sarapan.

***

Keesokan paginya Sherly terbangun lebih awal. Ia segera turun dari kasur, melepaskan jubah tidurnya kemudian masuk ke kamar mandi. Dikuncinya pintu itu dari dalam lalu menyalakan keran air.

Tommy yang juga terbangun perlahan membuka matanya. Dirabanya kasur bekas istrinya tidur ternyata sudah Kosong. Telinganya menangkap bunyi percikan air dari arah kamar mandi. Tommy pun tersenyum sayang karena ternyata istrinya itu sekarang sangat rajin bangun pagi. Namun alisnya berkendut-kendut saat melihat jam weker di atas nakas. Tommy mengira ini sudah pukul enam, tapi ternyata masih pukul lima pagi. "Kenapa masih jam segini Sherly sudah mandi?"

Drtt... Drtt...

Getaran ponsel dari bawah bantal mengejutkan Tommy. Dengan cepat ia mengalihkan pandangan untuk mecari-cari asal getaran itu. Diangkatnya bantal kepalanya, tapi kosong, lalu mengangkat bantal kepala Sherly yang ternyata tempat asalnya ponsel itu.

Zet!

Matanya kontak melebar ketika melihat nama Denny sebagai pemanggil. "Denni, siapa dia dan untuk apa menelepon istri orang subuh-subuh begini?"

Karena penasaran Tommy hendak menganggkat teleponnya, tapi panggilan itu segera berakhir. Diambilnya ponsel Sherly dan memeriksa isinya. Tapi sudah beberapa menit berlalu Tommy tidak menemukan apa-apa di dalam benda itu. Ia melirik kamar mandi, tapi bunyi air masih menerpa telinganya. Ia pun melepaskan kembali ponsel Sherly lalu menarik selimutnya kembali.

Ting!

Bunyi notifikasi dari ponsel Sherly membuat Tommy dengan cepat mengambil benda itu. Entah kenapa hatinya merasa tidak enak. Ia membuka isi pesan yang ternyata dikirim oleh Denny. "Aku tunggu di tempat biasa."

Zet!

Spontan wajah Tommy memerah, karena cemburu seakan meluap dalam dirinya. Ia menatap pintu kamar mandi yang baru saja terbuka dan sosok Sherly muncul dengan balutan handuk melingkar di tubuh dan kepalanya. Tak kuasa menahan rasa cemburu terhadap sosok yang mengirim pesan pagi-pagi buta pada istrinya, Tommy pun langsung berkata, "Kenapa Denny menghubungimu pagi-pagi begini, hah?"

Meski suara Tommy terdengar marah, tapi Sherly tak peduli. Ia melepaskan handuk di kepalanya untuk dikeringkan. Sikapnya pun tetap tenang. "Denny? Denny siapa?"

"Dia baru menelepon, tapi saat aku ingin mengangkatnya dia mematikan ponselnya. Siapa dia?"

"Ya ampun, aku lupa memberitahukannya padamu," kata Sherly. Ia segera menghentikan kesibukkan dan mendekati kasur untuk mengambil ponsel. "Hari ini aku ada janji dengannya untuk bertemu dengan pemilik kolam ikan di sebelah kota. Kami harus pergi pagi-pagi sebelum pemilik itu pergi ke pasar."

Alis Tommy berkerut. "Pemilik kolam ikan? Untuk apa?"

"Iya, Sayang, kan harga ikan air tawar di pasar harganya sangat mahal. Jadi Denny menyarankan padaku untu membeli ikan air tawar itu langsung di kolamnya. Kebetulan dia adalah langganan kita dan pemilik kolam ikan itu adalah saudaranya. Jadi Denny akan mengantarkan aku untuk bertemu saudaranya itu."

Tommy membuang napas panjang. Ia merasa bersalah karena sudah berpikir yang tidak-tidak tentang istrinya. Ia pun segera bangkit dan memeluk Sherly. "Maaf. Aku sempat berpikir negatif padamu, Sayang. Aku pikir dia itu siapa yang meneleponmu pagi-pagi begini."

Sherly balas memeluknya. "Itu wajar, Sayang. Harusnya aku yang minta maaf karena lupa memberitahukannya padamu. Mau kan kau memaafkan aku?"

Tommy dengan cepat melumat bibir Sherly kemudian melepaskannya. Ia tertawa karena melihat Sherly kecewa karena menghentikan ciumannya. "Cepat sana ganti baju. Denny sudah menunggumu."

Sherly pun menurut. Dengan sangat tergesa-gesa wanita itu mengenakan pakaiannya tanpa embel-embel. Sikapnya yang penuh cekatan membuat suaminya tersenyum. "Tumben tidak dandan," ledeknya.

"Dandan? Untuk apa? Orang hanya mau ketemu juragan ikan juga kok pake dandan segala."

Tommy terkekeh. "Hati-hati nyetirnya. Nanti siang aku mampir ke warung, ya?"

"Oke, Sayang. Bye. I love you."

Tommy hanya menatap pintu kamar yang sudah tertutup. Entah kenapa ada rasa cemburu dan curiga dalam benaknya. Meski pengakuan Sherly bahwa Denny adalah pelanggan di warungnya, tapi Tommy merasa ada yang tidak beres di antara mereka.

Tapi karena lelaki itu sudah membantu istrinya dan tidak mau sampai Sherly mengurangi rasa sayang terhadap dirinya, Tommy pun mengambil keputusan untuk tidak usah tidur dan menunggu sampai fajar tiba.

Setelah selesai mengenakan celana jins dan kemeja hitam yang lengannya di lipat sampai siku, Tommy mengenakan kaca mata hitam dan segera bergerak menuju garasi mobil. Dinyalakannya mesin dan melajukan mobil dengan kecepatan standar.

Dalam perjalanan Tommy memikirkan sikap Sherly yang berubah total. Namun dari sekian sikap Sherly yang berubah dan cukup membuatnya kagum, Tommy sadar kalau selama ini__ sejak mereka tiba di Jawa__ Sherly bahkan tidak pernah berniat untuk menjenguk anak-anak mereka. Hal itu bisa dimaklumi oleh Tommy, karena kesibukkan yang dijalani Sherly sekarang. Padahal sehari sebelum berangkat, Sherly sendirilah yang meminta Tommy agar setiap minggu dia akan pulang untuk menjenguk anak-anak. Tapi sekarang, sudah hampir satu tahun justru Tommy tidak pernah mendengar Sherly membahas soal anak-anak selama perbincangan mereka. Ia pun baru menyadarinya sekarang ini.

"Kenapa aku sampai lupa ya kalau selama ini dia tidak pernah lagi menghubungi anak-anak? Apa karena kesibukannya yang padat sampai dia lupa untuk menghubungi mereka?"

Tapi seingat Tommy meskipun sesibuk apapun dirinya, ia takkan pernah lupa untuk memberi kabar pada Sherly maupun orangtuanya. Sesibuk apapun orang tua mereka pasti akan menyisipkan waktu sedikit untuk menghubugi keluarga yang dicintainya, kecuali pikiran mereka sedang dipenuhi oleh hal lain yang mampu mengalihkan itu semua.

Continued____