Chereads / Hidden Desires / Chapter 40 - Bab 40. Kebencian Lisa.

Chapter 40 - Bab 40. Kebencian Lisa.

Lenna terkejut. "Apa maksudmu dihukum? Dia anak kita, Harry. Kita belum tahu apa yang menyebabkan sampai dia mau melakukan ini!"

"Itu sudah jelas, Lenna, dia membunuh cucu kita. Sherky melakukan aborsi!" Harry berbalik membelakangi Lenna, "Aku sangat malu pada Charles. Apa kau tidak berpikir bahwa mereka akan menyalahkan kita karena kebodohan Sherly." Ia berbalik menghadapi Lenna. "Seandainya dokter tadi tidak mengatakan dia melakukan aborsi, kita masih punya alasan yang bisa memperkuat ikatan ini. Tapi karena si dokter mengatakan demikian, itu sudah cukup untuk membuktikan bahwa Sherly memutuskan hubungan mereka."

"Kita belum mendengarkan alasan Sherly, Harry, siapa tahu dia punya alasan yang jelas untuk melakukan ini. Toh kita tidak tahu apa yang dia pikirkan sampai dia mau melakukan ini. Lagi pula seandainya mereka sudah menikah, kan mereka masih bisa punya anak lagi."

"Bukan soal bisa atau tidak, Lenna." Harry mengusap wajahnya secara kasar. "Kau tadi tidak lihat reaksi Lisa, hah? Dia marah!"

"Wajarlah dia marah. Seandainya aku di posisi dia, aku pasti akan demikian. Tapi besok pasti dia normal lagi."

"Ya ampun, apa kau tidak mengerti, hah?" kesalnya. "Lisa bisa saja menghasut Tommy untuk membatalkan pernikahan mereka, Lenna! Kita akan kehilangan harta karun!"

Lenna berpikir keras. "Harta karun? Maksud kamu?" Alisnya berkerut.

Harry dengan cepat membelakangi istrinya. "Kau pikir aku menjodohkan Sherly dengan Tommy hanya cuma-cuma, hah? Seandainya Tommy bukan anak dari pengusaha kaya raya, aku tidak akan mau menjodohkan dia dengan anakku." Ia berbalik dan duduk di atas tembok. "Aku sengaja mengikat mereka agar Sherly dan kita bisa menikmati kekayaan yang keluarga Fabian."

"Kekayaan? Mama tidak mengerti maksud Papa."

Ditatapnya wajah Lenna yang tampak bingung. "Aku sengaja belum menceritakannya padamu. Lisa itu anak satu-satunya dari pengusaha terkaya di kota ini. Dia adalah CEO di Menks Group, perusahan yang bergerak di bidang properti dan perhotelan. Kekayaan Charles tidak seberapa dibandingkan dengan kekayaan Lisa. Dan sebagian usaha milik Charles, termasuk perumahan yang kita tempati, itu hanyalah 1/4 dari usaha properti Lisa yang ada di kota ini. Belum lagi yang ada di bagian Utara dan Barat. Dia sangat kaya pokoknya dan sekarang sedang mencari penerus untuk mengembangkan usahanya." Ia berdiri sambil berjalan. "Seandainya Sherly tidak menghilangkan nyawa bayi itu, mungkin Sherly-lah yang akan menjadi penerus usahanya karena Tommy sibuk dengan kesibukannya. Dan setelah Sherly, cucu kitalah yang akan menjadi pewaris tunggal kekayaan mereka."

Lenna ternganga. "Jadi selama ini tujuan kamu menyatukan mereka karena harta?"

Harry menghadapi Lenna sambil memegang bahunya. "Pekerjaan kontraktor tidak akan selamanya seperti ini. Bisa saja sewaktu-waktu aku tidak dibutuhkan lagi dan kehilangan pekerjaan. Mau jadi apa kalian kalau aku sudah tidak ada pekerjaan? Apa kalian mau hidup susah."

Lenna menggeleng ngeri. "Kalau begitu apa yang harus kita lakukan?"

Harry melepaskan bahu Lenna lalu berjalan menuju bangku yang tak jauh dari mereka. Lenna yang juga tak jauh dari situ langsung mengekor dan duduk di samping Harry. "Kita harus mengatur rencana agar Tommy mau memaafkan Sherly. Kita harus membuat Tommy agar terus mengejar Sherly."

"Aku rasa itu tidak perlu, toh dia sangat mencintai Sherly."

Harry menunduk menatap Lenna. "Apa setelah mendengar Sherly telah membunuh bayinya dia masih akan mencintai Sherly, hah?" Lenna terdiam. "Kita harus membuat alasan agar Tommy disalahkan atas kejadian ini."

"Itu tidak masuk akal, Harry!"

"Itu akan masuk akal seandainya ada yang meneror Sherly."

Lenna tersentak. "Meneror? Maksud kamu?"

Harry berdiri sambil berjalan. Kedua tangannya dimasukan ke dalam saku celana jins sambil memandang lurus ke depan. "Itulah hukuman yang harus diterima Sherly. Apa pun alasannya kenapa sampai dia melakukan hal ini, yang jelas Sherly harus mau mengaku pada Tommy bahwa dia menerima teror dari seorang wanita yang mengaku selingkuhan Tommy. Dengan begitu Tommy pasti akan memohon pada Sherly bahwa itu tidak benar. Dia akan berlutut di hadapan Sherly dan minta maaf. Lisa juga pasti akan berpihak pada Sherly jika mendengar alasan itu. Dengan begitu, kita akan tetap mempertahankan harta karun itu, Lenna. Kita akan tetap kaya seumur hidup."

"Kau yakin Tommy akan percaya? Apalagi dia tidak melakukannya. Dia pasti akan minta bukti setiap perkataan yang Sherly lontarkan padanya nanti."

"Kau tenang saja, aku sudah memikirkan hal itu baik-baik. Dunia sekarang cangkih, apa saja bisa kita dapatkan asalkan ada uang."

Lenna bernapas panjang. "Terserah kamu saja. Tapi yang jelas aku tidak yakin kalau Sherly mau melakukan itu."

Harry dengan cepat memutar tubuh menghadapi Lenna. "Dia harus mau! Dia sudah melanggar peraturan! Apa pun alasannya nanti aku tidak mau tau. Sherly harus mengaku pada Tommy bahwa dia melakukan hal itu karena kesalahan Tommy dan bukan karena kemauannya!" Harry bergerak meninggalkan istrinya.

Lenna yang sangat terkejut akibat bentakan Harry langsung duduk sambil memegang dada. "Ya Tuhan, ampuni suami dan anakku."

Di sisi lain.

Lisa sedang duduk di ruang tamu. Ia dan Charles sudah tiba di rumah sejak 20 menit yang lalu. Karena syok memikirkan masalah hari ini, ia hanya duduk diam sambil memikirkan alasan yang tepat kenapa sampai Sherly tega melakukan ini pada mereka.

Charles datang sambil membawa 2 cangkir kopi. "Apa yang Mami pikirkan?" Diletakannya nampan di atas meja lalu memberikan cangkir putih berisi kopi untuk istrinya.

"Terima kasih," katanya pelan sambil meraih cangkir yang diberikan Charles. Ia menyesap kopinya sedikit. "Mami tidak habis pikir kenapa Sherly melakukan itu," katanya dengan suara bergetar. Ia menahan emosi.

Charles baru saja meletakkan cangkirnya di atas meja. Ia merangkul bahu Lisa. "Papi juga tidak habis pikir, kalau saja seandainya dia keguguran mungkin masih masuk akal, tapi ini aborsi."

Kepala Lisa tersentak menatap Charles. Tatapannya cemerlang dan tanpa suara.

Charles balas menatapnya. "Apa sebenarnya dia tidak mau menikah dengan Tommy?" Dilihatnya Lisa membuang muka. "Tapi Itu tidak mungkin, karena kalau memang dia tidak mau pasti sudah sejak awal dia menolak pertunangan itu."

Lisa meletakkan cangkirnya dan masih tak bersuara. Charles yang tak menyadari emosi sang istri hanya terus menatap lurus dan mengeluarkan semua yang ada dalam pikirannya. "Tapi kira-kira apa, ya, penyebabnya sampai dia tega melakukan itu?" Ia menarik napas panjang. Tatapannya lurus ke arah cangkir yang isinya yang berwarna hitam. "Papi tidak tahu harus berkata apa jika seandainya Tommy tahu. Dia pasti akan sangat syok dan kecewa bila tahu Sherly melakukan aborsi." Ditatapnya Lisa yang masih tak bersuara sambil menunduk. "Apa dia masih mau menikah bila tahu Sherly telah membunuh anaknya?"

Lisa masih diam, sedang Charles membuang napas panjang dan menjawab pertanyaannya sendiri. "Papi tidak yakin. Tapi apa, ya, kesalahan Tommy sampai Sherly tega melakukan ini padanya? Mami tahu, kan, betapa senangnya Tommy saat tahu Sherly hamil?"

Lisa mengangguk dan akhirnya bersuara. "Mami harus mengatakan hal ini padanya Tommy."

"Besok kita akan menghubungi Harry, kita harus mendengarkan alasan Sherly." Charles mendekikan bahu. "Tapi papi rasa dia pasti punya alasan yang kuat untuk meyakinkan Tommy."

Lisa menggeleng kepala. "Tidak!" Charles menatapnya. "Tommy mungkin bisa menerima alasannya, tapi aku tidak! Dia melakukan aborsi, Charles! Dia sudah menghilangkan nyawa orang yang tak berdosa. Nyawa malaikat kecil kita."

"Papi tahu, Mi, tapi..."

"Aku tidak akan memaafkan Sherly, Pi. Dia sudah membunuh calon cucu kita dan buah hati Tommy! Apa pun alasannya aku tidak bisa terima. Itu sama halnya dia tidak menghargai kita sebagai orangtua dan main bertindak seenaknya. Jika Tommy punya kesalahan, toh dia bisa menceritakan hal itu pada kita atau bertukar pikiran, bukannya bertindak impulsif seperti itu. Mami tetap tidak bisa terima, Pi! Mami tidak terima."

"Mami tenang dulu. Kita akan tahu alasannya besok. Sekarang habiskan kopinya lalu kita tidur."

"Tidak, Pi! Mami tidak akan tidur. Mami harus bicara dengan Tommy. Mami harus bilang padanya kalau gadis yang dipuja-pujanya selama ini sudah membunuh anaknya sendiri."

"Jangan, Mi, biar nanti Sherly sendiri yang mengatakan hal itu padanya. Dia pasti akan sangat syok dan marah pada Sherly jika tahu cerita ini dari Mami. Kalau Sherly sendiri yang mengatakan, setidaknya Tommy sedikit tidak terbebani karena alasan Sherly yang mungkin timbul atas kesalahan Tommy sendiri."

"Mami tidak mau tahu, Pi! Yang jelas dia sudah membunuh cucu mami, dia sudah menghilangkan nyawa cucu mami, itu berarti dia juga harus kehilangan Tommy."

Continued____