Lisa tertawa. Charles menindihnya dengan tangan menggelitik di perut. "Kau sengaja, ya?" bisik Charles.
"Hahaha! Hentikan, Pi, nanti Tommy dengar." Ia terkikik-kikik kecil.
"Dia sudah tidur." Charles menatapnya sayu. "Kau sangat nakal, Mi." Diemutnya bibir Lisa sesaat sebelum menatapnya kembali.
Lisa menatapnya sayu. "Aku ingin bercinta, Pi. Aku menginginkanmu."
Dengan cepat Charles memagut bibir Lisa lagi. Gerakannya begitu lembut saat bibirnya yang merah itu melahap bibir bawah istrinya. Lisa yang juga sedari tadi sudah bergairah dengan gerakan pelan mengalungkan tangannya di leher Charles. Ketika lelaki itu melepaskan ciumannya, Lisa mengejar bibir itu dan kembali melumatnya. Kakinya terbuka dan melingkar di bokong Charles. Tangannya yang halus dengan pelan membuka kemeja suaminya. Dengan sedikit kasar Charles membuka kemeja itu sepenuhnya tanpa melepaskan bibir Lisa.
Ketika tangan lembut Lisa mulai membuka kancing dan sabuk celananya, sadarlah dia bahwa kejantanannya mengeras. Dengan pasrah Charles melepaskan ciumannya. Ia menjauhkan diri dari Lisa dan hendak menggendongnya.
"Mau ke mana?" tanya Lisa dengan suara parau dan napas terengah-engah.
"Ke kamar."
"Aku ingin melakukanya di sini."
Charles menengadahkan kepalanya di lantai atas tepat di lorong menuju kamar Tommy. Diliriknya jam dinding yang sudah menunjukkan pukul dua belas malam. "Mungkin idemu benar." Ia bergerak menjauhi sofa.
Lisa melihat suaminya itu berjalan ke arah sakelar. Dia menekan beberapa tombol untuk mematikan beberapa lampu di ruangan itu. Lisa yang sengaja ingin menggoda suaminya itu, dengan cepat berdiri dan mulai melepaskan gaunnya. Pertama-tama ia melepaskan celana dalamnya sambil menatap Charles dengan tatapan memangsa. Ketika lelaki itu mendekatinya, ia membalikan tubuh, menyuruh Charles untuk membukakan ritsleting di bagian belakang.
Bukannya menurut, Charles malah mencium tengkuk Lisa. Ia menepiskan rambutny dan menyerang bagian itu dengan kecupan-kecupan lembut membuat Lisa mendesah pelan. Tangannya yang besar merambat ke bagian depan tubuhnya dan meraup buah dada Lisa. Sambil menyerang leher Lisa dengan bibirnya, tangan Charles perlahan-lahan membuka ritsleting gaun itu dan membiarkannya jatuh ke lantai. "Kau ingin telanjang, Mi?" bisiknya saat menempelkan tubuh Lisa ke tubuhnya. Dengan pelan ia mulai melepaskan pelindung dada Lisa dan melemparkannya secara asalan.
Dengan genit Lisa berbalik. Ia membantu Charles melepaskan celananya. Tanpa melepaskan tatapan mereka, lelaki itu mengeluarkan celana jins itu dan melemparkannya secara kasar.
"Apa yang membuatmu ingin melakukannya di sini?" tanya Charles ketika lidahnya menyapu leher Lisa.
Lisa mendesah. Tangannya meremas rambut di kepala Charles. "Aku ingin sesuatu yang beda. Oh, Charles. Aku sangat menginginkanmu."
Dengan cekatan Charles mengangkat tubuh Lisa dan membawanya ke sofa pojok di dekat dinding. Lampu di ruangan itu sudah matikan, tapi cahaya lampu dari lantai dua membuat Charles masih bisa melihat tubuh Lisa yang putih mulus, ramping dan seksi.
Diletakannya tubuh Lisa ke sofa dan berlutut di depannya. Dengan lembut ia mencium paha luar Lisa hingga wanita itu mendesah pelan. "Kumohon, Papi." Diremasnya kepala Charles saat lelaki itu mencium paha dalamnya. "Oh, Papi..." Lisa mendesah saat sapuan dingin menyentuh kewanitaannya.
Dengan lembut dan pelan, Charles menggerakan lidahnya di bagian itu. Bagian lembut, indah dan mulus. Lisa semakin melebarkan kakinya. Sambil mendesah, ia minta Charles agar segera menuntaskan kegelisahannya.
Tak peduli dengan ketidakberdayaan Lisa, Charles terus menatap, mencium dan memanjakan bagian lembut itu dengan lidahnya. Sapuan yang begitu menggetarkan mampu membuat Lisa mengerang-erang dan mencapai puncak untuk pertama kalinya. Digigitnya bibir bagian bawah sambil menatap suaminya.
Charles menjauhkannya wajahnya dari bagian itu. Ditatapnya wajah istrinya yang begitu pasrah. Dengan senyum nakal ia menggendong Lisa dan membawanya ke pangkuan. Dengan gairah yang masih begolak dalam tubuhnya, Lisa segera memasuki tubuh Charles. Ia menyatuhkan tubuh mereka dan membuat Charles mengerang nikmat saat bagiannya terbungkus oleh daging lembut dan lembab Lisa.
"Oh, Mami," desahnya lalu menempelkan bibirnya ke pucuk buah dada Lisa.
Dengan irama yang mengalun mengikuti irama, Lisa menggerakan tubunya di atas tubuh Charles. Gerakan pinggul Lisa yang lembut membuat keduanya mengeluarkan desahan-desahan nikmat yang terlontar dari mulut begitu keras hingga tak menyadari bahwa ada sosok yang sedari tadi yang mendengar mereka dari atas tangga.
Ruangan itu gelap dan terbuka, tapi siapa pun yang menatap ruangan itu dengan lama, pasti bisa akan tahu apa yang mereka lakukan di sana meski tidak jelas.
Sangat tidak pantas bagi seorang anak melihat kedua orangtuanya melakukan hal itu. Tapi dorongan fisik dan rasa keingintahuan Tommy akan hal itu membuatnya bertahan dan duduk bersembunyi di anak tangga. Ia tak bisa melihat apa-apa, kecuali mendengar sahutan desahan-desahan yang dilontarkan oleh kedua orangtuanya.
Selama ini dia selalu fokus pada pelajaran dan pekerjaan. Tapi toh sekarang dia sudah dewasa. Godaan yang selalu datang di saat dirinya bersama Sherly selalu berhasil dicegahnya dengan mengalihkan pembicaraan atau tidak melakukan kontak fisik dengan gadis itu, tapi sekarang... saat mendengar desahan dan erangan yang terlontar dari kedua orangtuanya membuat Tommy terdorong ingin merasakannya. Membayangkan saja apa yang dilakukan oleh kedua orangtuanya di balik kegelapan ruangan itu sudah membuat keperkasaan Tommy mengeras.
Saat mendengar erangan kuat sang ibu, Tommy segera berdiri dan beranjak dari sana sebelum mereka tahu kehadirannya. Meski tak bisa melihat dengan jelas apa yang dilakuakan mereka, Tommy bisa tahu apa yang mereka lakukan.
Dibukanya laptop dan mencari sebuah situs tentang seksualitas. Tommy merasa enggan, tapi rasa penasarannya membuatnya terdorong untuk mencari tahu. Meski tak bisa melihat pasti, tapi sahutan yang dilontarkan ibunya tadi membuat Tommy bisa membayangkan begitu nikmatnya adegan yang dilakukan Charles sehingga mampu membawa mereka menuju puncak.
Ketika mendapatkan situs yang dicarinya, Tommy meng-klik sebuah link yang gambarnya adalah sepasang pria dan wanita yang sedang bercinta. Gambar itu membuat imajinasi Tommy bertualang. Dilihatnya video yang berdurasi dua puluh menit itu. Adegan-adegan yang dilakukan pasangan itu, mulai dari pemanasan sampai selesai membuat keperkasaan Tommy mengeras. Diliriknya bagian yang mengeras itu di balik celananya. Ia tertawa pelan, tapi dengan ragu ia mulai meletakkan tangannya di sana.
Sadar akan tindakan yang kurangajar dan takut jika Tuhan menghukumnya, Tommy dengan cepat menutup laptopnya dan pergi ke luar. Ia kehausan. Dibantingnya pintu kamar agar kedua orangtuanya tahu keberadaannya, seandainy mereka masih di sana. Tapi saat menuruni tangga, Tommy melirik ke arah ruangan yang tadinya menjadi tempat bergulatnya antara Lisa dan Charles kini sudah kosong. Pikiran Tommy hanya satu; mungkin Charles dan Lisa sedang melanjutkannya di kamar.
"Oh, Tuhan, maafkan aku. Aku tidak bermaksud mengintip mereka."
Di sisi lain.
"Kau sangat nakal, Mi," bisik Charles saat menyabuni Lisa di bawah pancuran air yang lemah. Ia menggosok punggung Lisa dengan sabun.
"Tapi Papi suka, kan?" godanya dengan tangan yang memijat lembut di bagian keperkasaan Charles. Bagian itu mengeras di bawah balutan busa sabun.
"Suka. Suka sekali. Kau memang istri terbaikku, Mi." Charles menggigit telinga Lisa.
"Oh, Papi," desahnya. "Bisa-bisa kita akan main lagi."
Charles menengadahkan tubuh Lisa agar menghadapinya. Mata mereka kini bertatapan. Mata mereka begitu sayu karena diliputi oleh gairah. Sebisa mungkin Charles menggoda istrinya dengan gerakan tangan lembut saat menyabuni bagian kewanitaannya.
Spontan Lisa mengangkat kaki sebelah agar tangan suaminya itu bisa dengan leluasa membersihkan bagiannya. Meski sering tergoda akan belaian jemari Charles yang lembut, sebisa mungkin Lisa mengalihkan pikirannya dengan mengganti topik. "Apa yang kau bicarakan tadi dengan Ferry?"
Charles tahu istrinya itu sedang bersusah payah mengalihkan gairahnya sengan mengajaknya berbicara, tapi itulah yang disukai Charles dan Lisa; tersiksa oleh gairah yang diciptakan oleh mereka sendiri. "Dia mencari seorang desainer untuk tender kami. Desainer andalannya sedang menangani tender yang dia tangani saat ini." Charles meraih shower dan menyalakan pancuran sedikit kencang untuk membilas bagian itu. Bukannya mengeluarkan busanya, ia malah menyusupkan jari tengahnya ke dalam tubuh membuat Lisa mendesah pelan.
"Oh, Papi," desahnya. Digigitnya bibir bawah sambil menatap Charles. "Terus..." Ia menahan napas saat jemari Charles bergerak cepat di dalam sana. "Oh, Pap..." Matanya terpejam dengan tangan yang mengalung di leher Charles.
"Aku rencana akan mereferensikan Tommy padanya."
Mendengar nama Tommy membuat Lisa membuka matanya. Sebisa mungkin ia tak memperdulikan serangan lembut jemari Charles di bagian itu. "Kau yakin?"
"Aku yakin. Tapi aku akan mengatakan padanya nanti... kalau kita sudah pulang."
"Benarkah?" lirihnya di wajah Charles. "Kalau sekarang bagaimana?" Ia mengecup bibir Charles dan memeluknya.
Jemari Charles yang tadinya berada di bagian itu kini terbebas. Ia membalikan tubuh Lisa dan menyandarkan tubuh wanita itu ke dinding. Sambil mengarahkan keperkasaannya di bagian belakang tubuh istrinya, ia berbisik. "Sekarang sudah waktunya ronde kedua."
Hahahha
Continued___