Pagi itu tim keamanan dan ketertiban memeriksa satu persatu setiap tenda agar semua rombongan segera bangun agar kegiatan berjalan sesuai jadwal waktu yang direncanakan. Bagian divisi konsumsi mempersiapkan sarapan pagi dengan membuka dapur umum. Sedangkan tim pelaksana kegiatan mempersiapkan ratusan bibit pohon dalam pot kecil dan membagikannya kepada setiap kelompok, serta target penanamannya.
Satu persatu setiap peserta mengantri ke kamar mandi darurat yang baru dibuat oleh tim akomodasi dan dibantu oleh beberapa anggota.
"Jam berapa syifa sekarang?" Tanya Dwi kepada Syifa sambil menyingkapkan selimutnya dari tubuhnya.
"Jam enam pagi wi, udara diluar terasa dingin, mau ke kamar mandi masih mengantri, sementara mau sarapan dapur umum buka nanti jam tujuh pagi. ayo cepatlah bangun kita lihat sunset sambil minum kopi." Kata Syifa.
Dwi menuruti apa kata Syifa. Segera dia bangun dari tempat tidurnya dan merapikan selimut yang membalut tubuhnya.
Dengan jaket tebal dia keluar dari tenda untuk menyusul Syifa yang berada didepan pintu masuk tenda sambil menghangatkan badan dengan api unggun sisa tadi malam.
"Ambilah cangkir, aku masak air, ada teh dan juga kopi sasetan disini." Kata Syifa.
Dwi kembali ke tenda untuk mengambil cangkir dan beberapa minuman sasetan yang sengaja ia bawa sebagai bekal sebelum berangkat haiking kemarin. Dia kembali menghampiri Syifa.
"Aku bawa minuman sereal kalau kamu suka Syifa?" Kata dwi kepada syifa.
"Ngopi sambil minum sereal lucu juga ya kedengarannya, minum tapi sarapan, minum tapi mengenyangkan." Kata Syifa membuat ketawa keduanya.
"Ya, tidak begitu juga Syifa, sarapan yang kita pahami terutama orang indonesia adalah makan nasi dengan sayur atau dengan lauk."
"Apa masih ada yang tidur didalam tenda Dwi? Kalau masih ada sebaiknya dibangunkan, kasihan nanti kalau telat mengikuti kegiatan bisa kena hukuman." Kata Syifa kepada Dwi.
"Masih ada satu orang, tinggal Lisa yang masih ada di dalam." Kata Dwi.
Syifa segera masuk ke tenda dan mebangunkan lisa yang masih tidur.
"Lisa, ayo bangun hari sudah mulai siang, teman teman semua sudah bangun." Kata Syifa sambil menepuk-nepuk punggung Lisa yang masih tertidur.
"Jam berapa Syifa?" Tanya Lisa dengan tangan mengusap matanya yang masih terpejam agar terbuka.
"Sebentar lagi jam tujuh lisa, ayo segera bangun dan mandi kemudian sarapan. Jam delapan nanti kegiatan dari panitia akan dimulai.
Lisa bangun kemudian membereskan selimutnya. Dibukanya tas punggung yang ada di sebelahnya untuk mengambil alat mandi untuknya.
"Ayo sekalian Syifa kita ke kamar mandi!" Ajak Lisa kepada Syifa.
"Baiklah kita berangkat ke kamar mandi bersama." Kata Syifa mengikuti ajakan Lisa dan mengambil alat mandi di dalam tas punggungnya.
"Ayo Dwi kita ke kamar mandi sekarang, nampaknya mereka sudah selesai mandi dan sekarang sudah tidak ada antrian yang memanjang seperti pagi tadi." Kata Syifa.
"Ya, tunggu sebentar Syifa, Aku ambil alat mandiku dulu didalam tenda." Kata Dwi kepada Syifa. Begitu juga Lisa dan Syifa, Dwi segera ambil alat mandi yang ada di tas punggungnya. Dan kemudian mereka bertiga meninggalkan tenda untuk pergi ke kamar mandi bersama.
Sementara Heru dan ke empat orang anggota tim rescue memulai perjalanannya pulang. Dengan di papah kedua orang yang bergantian heru berjalan tertatih-tatih menyusuri jalan terjal di lereng pegunungan. Sebentar kemudian mereka harus berhenti untuk memberi kesempatan kepada heru agar sakit di kakinya tidak semakin menjadi-jadi.
Kalau terpaksa untuk di tandu dan digotong ke empat orang jelas akan menyiksa keempat orang itu, karena beban tubuhnya yang satu kwintal lebih dengan medan jalan yang bebatuan terjal naik turun dan berkelok. Mereka tidak mau ambil resiko untuk itu dan memutuskan untuk memapahnya berjalan dengan perjalanan lambat karena harus sering berhenti dan istirahat.
"Mengapa Aku tidak kalian bawa pakai tandu saja, kakiku sepertinya mati rasa menahan beban tubuhku dan harus berjalan kiloan meter untuk sampai di pos gardu utama." Kata Heru.
"Jika kami harus memikulmu pakai tandu, Aku tidak yakin segera sampai lokasi karena kami pasti sudah jatuh pingsan menahan beban berat tubuhmu. Jika kakimu mati rasa dan susah digerakkan kita istirahat dulu sampai kakimu membaik baru kita lanjutkan perjalanan. Begitu kira-kira inisiatif kami setidaknya meminimalisir korban agar tidak bertambah." Kata salah satu orang dari mereka.
"Kenapa beban berat tubuhku yang selalu kalian salahkan. Jika boleh meminta tentu aku minta tubuh yang proporsional bentuk sixpac dan berotot." Kata Heru.
"Kami tidak menyalahkan tubuh kamu Her, beban tubuh kamu itu bagian dari cobaan. Itu pesan Tuhan agar kita mau menjaga pola hidup kita. Makan minum secukupnya, istirahat secukupnya beraktifitas secukupnya. Lha kamu, Makan minum porsi lebih dari orang lain, istirahat dan tidur lebih banyak dari orang lain sementara sedikit sekali tubuh kamu pergunakan untuk beraktifitas atau olah raga. Kalau hidup hanya menuruti keinginan tentu berakibat sesuatu yang tidak kita inginkan." Kata salah satu dari mereka.
Syifa dan kedua temannya pergi ke kamar mandi setelah sekian waktu menghindari antrian dengan minum kopi di dekat tendanya.
Udara dingin di pegunungan dengan sumbar mata airnya memberi sensasi rasa segar di tubuhnya.
Setelah mandi mereka kembali ke tenda dan berganti baju untuk mengikuti kegiatan berikutnya.
"Sudah jam tujuh lebih, kita sarapan dulu ke barak panitia." Kata Syifa kepada teman-temannya.
Setelah ganti baju mereka pergi ke barak untuk sarapan pagi bersama yang telah disediakan oleh divisi konsumsi.
Meskipun dengan menu sederhana Syifa dan teman-temanya begitu menikmati makanan itu. Sayur sop brokoli, wortel daun bawang ditambah potongan kecil-kecil bakso dan sosis membuat lidah bergoyang, masih ditambah tempe goreng dan krupuk dipadu dengan teh hangat. Sarapan pagi terasa makan besar.
Setelah menikmati sarapan pagi mereka bertiga kembali ke tenda.
"Ayo Syifa kita segera kembali ke tenda. Nampaknya teman-teman yang lain sudah pada sarapan pagi tinggal kita dan beberapa orang saja." Kata lisa.
"Memangnya jam berapa sekarang?" Tanya Dwi kepada teman-temannya.
Syifa mengambil ponsel di saku celananya, kemudian dia lihat waktu sudah menunjukan jam delapan kurang sepuluh menit.
"Sepuluh menit lagi jam delapan pagi, kita harus segera kembali ke tenda sebelum kegiatan dimulai atau kita bisa telat dan kena sanksi." Kata Syifa.
Setelah selesai sarapan mereka segera kembali ke tenda untuk menunggu instruksi dari ketua rombongan.
Tepat pukul delapan pagi lonceng dibunyikan tanda apel pagi segera dimulai. Semua rombongan segera berkumpul ke titik lokasi yang sudah disiapkan oleh panitia. Ketua rombongan segera datang dan berdiri didepan semua anggota untuk memberikan pengarahan.