Chereads / Salju Di Korea / Chapter 45 - Bab 45 Menanam Pohon

Chapter 45 - Bab 45 Menanam Pohon

Ketua panitia berdiri dihadapan para anggota rombongan haiking dan memberikan pengarahan.

"Assalamualaikum, selamat pagi semua!" Sapa Roni ketua panitia kepada semua yang hadir didepannya.

"kita awali pagi kita kali ini dengan senam pagi bersama dan dilanjutkan dengan penanaman pohon pelindung. Nanti ada beberapa dari panitia yang akan memandu kegiatan kita.

Baiklah kita langsung mulai saja dan silakan bagi yang mendapat tugas sebagai pemandu senam bisa maju kedepan." Kata ketua panitia kepada para anggotanya.

Dengan diiringi musik senam dan dipandu oleh guru senam dari mereka semua anggota rombongan mengikuti kegiatan senam sampai selesai. Badan terasa hangat dan napas terasa longgar dengan udara pagi yang segar khas pegunungan.

Selesai senam mereka terbagi menjadi beberapa kelompok dan mendapat jatah penanaman pohon hutan lindung dalam pot-pot kecil serta alat tanam yang sudah disediakan oleh panitia. Dengan menyusuri lereng gunung tempat-tempat yang gundul dengan pohon hutan lindung akhirnya berhasil ditanami dengan tanaman baru.

Hingga matahari semakin meninggi dan terik, penanaman pohon hutan lindung selesai dilakukan. Setiap regu satu persatu kembali ke tenda dan istirahat. Hingga sampai tengah hari kegiatan penanaman pohon hutan lindung telah usai. Semua anggota kembali berkumpul di tempat yang agak lapang di sekitar tenda. Ketua rombongan dan beberapa anggota panitia kembali datang menghampiri.

"Assalamualaikum, selamat siang rekan-rekan semua. Penanaman pohon pelindung didaerah lereng gunung telah usai meskipun masih banyak target lokasi yang belum kita tanami. Semoga berikutnya nanti kita atau siapa saja bisa kembali melakukan penanaman pohon pelindung didaerah yang telah gundul. Terima kasih buat rekan-rekan semua telah berpartiaipasi melaksanakan kegiatan ini. Setelah kegiatan ini selesai tidak ada kegiatan wajib namun semua anggota tetap mengikuti aturan dan tata tertib yang berlaku.

"Mungkin setelah ini kita bisa istirahat bersih-bersih, mandi atau apa sambil menunggu makan siang yang sedang dipersiapkan oleh tim konsumsi. Saya cukupkan sekian dulu untuk selanjutnya kita bisa komunikasi langsung jika ada sesuatu yang penting soal kegiatan pendakian ini. Wassalamualaikum dan selamat menikmati wisata pegunungan hari ini." ucap ketua panitia.

Semua anggota tim merasa lega karena sudah tidak ada kegiatan wajib hari itu dan menghabiskan waktu untuk menikmati wisata pegunungan dengan jalan-jalan disekitar pegunungan menikmati indahnya alam pegunungan, ada yang bermain gitar sambil mendendangkan lagu-lagu kesayangan ada juga yang asyik ngobrol sambil melihat panorama alam pegunungan.

Hingga sore hari tiba, Syifa dan teman-temannya berkumpul bersama ngobrol tentang apa saja sambil menikmati tenggelamnya sang surya dikala senja.

"Syifa, apa rencana kamu libur kuliah yang masih tersisa besok?" kata Dwi.

"Libur kuliah paling menjalankan rutinitas seperti biasa. Mengantar pesanan makanan atau apa saja kepada para pelanggan. Cuma aku kepengen banget bisa beli motor untuk memudahkan usahaku." Kata Syifa.

"Memang selama ini kamu antar pesanan kepada para pelanggan pakai apa?" Kata Dwi.

"Kalau yang jauh ya naik angkot lanjut jalan kaki dan kalau dekat pakai sepeda butut peninggalan kakekku." Kata Syifa.

"Kamu hebat Syifa, naluri bertahan hidupmu sungguh luar biasa. Dikala seusia kamu kebutuhan hidup masih ditanggung orang tua, kamu justru mampu menghidupi diri kamu sendiri tanpa mengorbankan masa-masa bahagia bersama teman-teman kamu. Semoga usaha kamu terus lancar sehingga bisa menabung untuk beli sepeda motor baru." Kata Dwi.

"Dwi, Sepertinya matahari sudah tenggelam, aku ingin sholat maghrib dulu di tenda." Kata Syifa sambil beranjak dari tempat duduknya dekat perapian dan mengambil air wudhu ke pancuran air tidak jauh dari tendanya.

"Jam berapa makan malam din?" Tanya Dwi kepada Dini.

"Jadwal masih sama seperti kemarin Wi, jam tujuh malam." Kata Dini sambil melihat jam tangannya.

"Sekarang baru jam enam lebih, berarti sebentar lagi kurang dari satu jam makan malam dimulai." Kata Dini.

"Entah mengapa perut saya jadi lapar, padahal tadi siang juga tidak telat makan." Kata Dwi.

"Kita bisa ngemil jagung bakar dulu, sebentar saya mintakan ke tenda panitia, sejak kemarin menawarkan jagung bagi siapa saja boleh ambil ke tenda panitia." Kata Dini sambil beranjak menuju tenda panitia.

Beberapa saat kemudian Syifa datang kembali setelah melakukan sholat maghrib di tenda. "Dini mana Wi? Kamu sendirian di sini." tanya Syifa.

"Dini baru minta jagung bakar ke tenda panitia, cuaca dingin begini perut terasa lapar perlu ngemil sambil menunggu makan malam tiba." Kata Dwi.

Sesaat kemudian Dini tiba sambil membawa jagung dalam bungkusan kantong plastik.

"Ini aku dapat jagungnya." Kata Dini.

"Memangnya jagung dari kemarin itu masih Din?" Tanya Syifa.

"Masih Syifa, panitia bawa sekarung untuk persediaan anggota rombongan yang ingin bakar jagung di perapian." ucap Dini

Mereka bertiga meneruskan obrolannya di depan perapian sambil bakar jagung dan menikmati indahnya malam di pegunungan.

Tidak lama kemudian suara peluit dari panitia terdengar, Dini melihat jam tangannya menunjukkan jam tujuh malam bertanda makan malam sudah mulai.

"Ayo kita makan malam dulu!" Kata Dwi kepada teman-temannya.

Mereka bergegas meninggalkan perapian menuju tenda panitia untuk makan malam bersama. Semua anggota haiking berkumpul di tenda panitia dan membentuk baris antrian makan malam hingga satu persatu mendapatkan satu porsi nasi, sayur, lauk,buah dan segelas minuman.

Karena terbatasnya ruangan tenda mereka mencari tempat yang nyaman untuk makan di hamparan tanah berumput di alam terbuka.

Dan satu persartu mereka meninggalkan tempat makan menuju ke tempat pancuran air untuk mencuci alat makan mereka sendiri-sendiri. Sudah menjadi aturan dari panitia rombongan kepada semua para anggotanya untuk belajar mandiri dan selalu disiplin dalam setiap kegiatan yang diadakan oleh panitia. Usai makan malam dengan alat makan yang sudah bersih mereka kembali ke tenda atau aktifitas yang lain.

"Syifa, disaat hening malam seperti ini apa ada orang yang kau rindukan?" Tanya Dini.

"Tentu ada Din, terutama keluargaku. Kamu sendiri?" Kata Syifa balik tanya.

"Kalau Aku, keluarga masih utuh. Ayah, Ibu, Kakek, Nenek masih hidup semua. Hanya aku merindukan seseorang yang dulu ketika masih kecil selalu bermain bersama. Waktu itu orang tuanya jadi mantri perhutani yang bertugas tidak jauh dari rumahku. Dia tinggal bersama keluarganya di rumah kontrakan depan rumah saya. Hingga Sekolah Menengah Pertama orang tuanya pindah tugas di luar kota.

"Semenjak saat itu Kami berpisah dan bertemu kembali saat kami lulus sekolah menengah umum pada saat kami mau daftar ke perguruan tinggi negeri di Bandung. Kami hanya bertemu sebentar dan kemudian berpisah lagi. Dan yang aku sayangkan aku lupa minta nomer kontak atau alamat kepadanya. Dan menjadi lamunan tatkala suasana sepi seperti ini." Cerita Dini kepada Syifa.