Chereads / Gong Eun Ra : Contested Woman / Chapter 11 - 11. Keluar Dari Kamarku!

Chapter 11 - 11. Keluar Dari Kamarku!

"Ini. Pegang ini," minta ibu pada Ji Kang yang mengambilkan satu minum dan beberapa obat yang biasanya Ji Kang konsumsi namun anaknya meninggalkannya beberapa hari yang lalu.

"Aku sudah dewasa," tolak Ji Kang dengan halus pada ibu nya tidak bermaksud menyakiti perasaannya sama sekali. "Aku hanya butuh minum, ibu jangan takut, dan mengkhawatirkanku berlebihan seperti itu. Aku masih waras, membunuh bukan masalah besar asal ibu tahu saja," jelas anak itu dengan membuat ibunya menghela nafasnya berat.

"Minumlah, apapun yang terjadi setidaknya meminumnya membuatmu tenang," saran Ji So pada anaknya yang membuat Ji Kang menganggukan kepalanya menurut dan tidak banyak bicara lagi.

"Ayah dimana?" tanya Ji Kang menanyakan keberadaan ayahnya pada ibunya. Ji So menghela nafasnya lega begitu anaknya meminum air yang sudah dia beri sedikit obat tidur dan juga obat penenang untuk anaknya.

Bukan bermaksud untuk membunuh atau membuat anaknya tidur dalam waktu lama. Ji Kang pribadi yang tidak bisa tidur jika tidak lelah sekali dan juga untuk ukuran Ji So anaknya sangat bersemangat untuk seumurannya.

Sama seperti suaminya Ji So pun harus memberi suaminya sedikit obat tidur. Mental suaminya baik-baik saja, untuk Ji Kang jiwa membunuhnya ada karena kakeknya. Jika dipikir-pikir kenapa Ji Kang marah pada beberapa hal dan melampiaskannya pada pembunuhan dan kesenangannya karena dia tidak mendapat kepercayaan dari kakeknya.

Ada yang ingat apa yang Tae Hyun adik Tae Jung mengatakan sesuatu? Iya.

Ji Kang cucu pertama berjarak satu tahun dengan Tae Jung, dan berjarak dua tahun dengan Tae Hyun. Sangat keterlaluan untuk umur, namun kakek lebih percaya pada Tae Jung ketimbang Ji Kang.

Masalah pertamanya psikis dan kewarasannya. Nafsu dan hormon menduduki nomor dua. Ketiga bagaimana Ji Kang bersikap dan untuk yang terakhir, Ji Kang terkadang tidak bisa dipercaya dan dipegang ucapannya. Ini yang membuat kakek mereka tidak bisa mempercayai Ji Kang.

Kakak Ji So adalah Min Su Ri ibu dari Tae bersaudara. Hubungan kakek dengan kakak Ji So sebenarnya baik, yang tidak baik hanya suami dari kakaknya, jelas karena ayahnya (kakek Ji Kang) terlalu memihak Tae Jung dan tidak membagi rata kesih sayangnya.

Tae Hyun tidak mendapatkan apapun begitupun Ji Kang yang sedikit.

"Istirahatlah sebelum mandi," ucap Ji So membuat Ji Kang menghela nafasnya berat, Ji Kang menjawab dengan gelengan kepalanya pelan. "Aku akan tidur, di rumah membuatku merasa sangat nyaman. Di rumah kakek aku tidak bisa tidur sama sekali ibu," adu Ji Kang pada ibunya, Ji So mengambil duduk di samping ranjang anaknya dan mengelus kepala anaknya pelan.

Rambutnya dielus lembut dan halus tanpa ekspresi selain lembut. "Tidurlah, kamu pasti lelah. Ibu tahu dengan jelas. Jangan mempermasalahkan apapun saat di rumah, selain kamu terikat dengan Tae Jung kamu tidak bisa seratus persen mengurus perusahaan ayahmu. Tidurlah, akan ibu bangunkan saat makan siang siap," Ji So terus mengelus puncak kepala anaknya untuk mengantarnya tidur dalam keadaan yang lebih melelapkan.

Tidak ada masalah yang lebih serius dari yang Ji So harapkan selain keadaan anaknya baik-baik saja. Apa pula ayahnya meninggal dengan meninggalkan banyak kerumitan seperti ini. Jika Ji Kang anaknya tidak mendapatkan apapun lebih baik tidak dan jangan sama sekali daripada menjadi sangat rumit seperti detik ini.

"Ibu," panggil Ji Kang dengan suara lirih membuat Ji So yang mendengarnya menganggukkan kepalanya pelan. "Ada apa?"

"Berjanjilah bangunkan aku saat tidur hari ini."

"Aku harus membunuh orang untuk membuat energiku bangkit karena melihat darah mengalir dari tubuh seseorang, setidaknya dengan teriakan menyakitkan mereka." Lembut Ji Kang meminta pada ibunya.

Ji So hanya bisa menghela nafasnya berat, kenapa belum ada perubahan setelah sekian lama?

○○○

Sore menjelang, Eun Ra benar-benar bimbang di dalam kamarnya. Antara tidak ingin keluar dan antara apakah dia tahu diri jika dia hanya berada di kamar saja? Pikiran buruk terus ada di dalam kepalanya membuat Eun Ra merasa sangat tidak mungkin mengacaukan Tae Hyun karena dia juga merupakan bagian dari keluarga tuannya.

Dengan kaki yang sangat ragu Eun Ra mulai berjalan bangun dari duduknya dan membuka pintu kamarnya sendiri untuk keluar dari kamarnya.

Tidak ada cara lain, Eun Ra tidak mungkin menjadi orang yang dibeli dengan harga mahal untuk tidur-tidur saja, jika Eun Ra bodoh itulah masalahnya. Dan jika Eun Ra pintar dia akan berjalan menjauh meninggalkan kamarnya melupakan titah Tae Jung untuk mendekati Tae Hyun.

Tapi akan sangat tidak sopan jika Eun Ra tidak mendatangi Tae Hyun, dia pendatang baru kan? Maksud Eun Ra itu Eun Ra sendiri, bukan Tae Hyun sama sekali.

"Baiklah, tidak ada cara lain selain itu," gumam Eun Ra, dia berhasil keluar dari kamarnya sendiri dan berjalan menuruni tangga pelan-pelan agar siapapun yang sedang beraktifitas tidak terganggu oleh aktifitasnya.

Sedikit sadar akan kesensitifan langkah kaki Eun Ra yang berusaha Eun Ra pelankan mereka tetap mereka. Eun Ra ketahuan dan hampir semuanya melihat ke arah Eun Ra dengan tatapan terkejut.

Beberapa dari pekerja di sana yang wanita berjalan mendekati Eun Ra dengan tergesa-gesa. Eun Ra bingung, dia hampir berlari kembali ke kamarnya karena takut.

"Nona, nona dilarang keluar dari kamar, kenapa nona keluar?" tanya pekerja yang lain pada Eun Ra yang sama dimana bibi berbicara sangat ramah padanya.

Kenapa semua pekerjan di runah tuannya menghormatinya? Mengajak bicara dan melarang Eun Ra melakukan apapun? Apa-apaan ini, dimana Kak Ji Min, benaknya bahkan berpikir hal tersebut.

"Bibi," panggil Eun Ra dengan memegang beberapa pekerja mimik Tae Jung yang memegang tangannya sangat khawatir. "Aku harus pergi, ke suatu tempat, bibi jangan mengkhawatirkanku. Hanya ingin bertemu dengan tuan Tae Hyun. Bukankah dia sudah berada di taman belakang mansion ini?" tanya Eun Ra membuat beberapa pekerja terdiam tidak menjawab.

"Masuklah nona," ucapnya membuat alis Eun Ra menyatu bingung. "Kenapa? Aku tidak nyaman jika tidak datang, sebentar saja ya?" Kelimanya menghela nafasnya berat.

Tidak ada yang melarang Eun Ra, semuanya menyingkir memberi jalan. Setelah Eun Ra sampai ke taman belakang diantara kelimanya tidak ada yang berbicara dan mengikutinya. "Lima menit saja nona, kami akan menunggu," ucapnya membuat Eun Ra menghela nafasnya berat.

"Tidurmu lama, Tuan putri," ucap Tae Hyun yang berusaha mengejek Eun Ra karena sudah sejak dua jam yang lalu Tae Hyun datang ke taman belakang menunggu Eun Ra bangun. "Maaf," jawabnya membuat Tae Hyun terkekeh mengingatnya.

"Jangan terlalu formal padaku, aku tidak harus dihormati sebagaimana kau menghormati kakakku. Aku bukan orang penting seperti kakak, panggil aku kakak saja," minta Tae Hyun karena menurutnya dirinya tidak begitu sepenting itu di mansion besar ini.

"Bukankah itu terlalu dekat tuan Tae Hyun, kenapa aku harus memanggil kau seperti itu. Maaf tuan Tae Hyun, aku tidak bisa," tolak Eun Ra menjelaskan ke status mereka dan seberapa mereka sering bertemu dan datang. "Kenapa tidak bisa? Kau bisa memanggil kakak dengan bagus, kenapa tidak denganku? Apa aku berbeda dengan Kak Tae Jung?" Pertanyaan itu langsung keluar dari mulut Tae Hyun yang haus akan pengakuannya.

"Bukan begitu," jawab Eun Ra langsung cepat pada maksudnya dia berbicara. "Bisakah kau paham tuan Tae Hyun?" minta Eun Ra penjelasan untuk maksud Eun Ra memanggil Tae Jung.

"Aku dibeli oleh Tae Jung dengan uang yang cukup banyak, aku mendapat tempat tinggal yang lebih layak dari sebelumnya, aku diperlakukan baik olehnya, dan Tae Jung bukan hanya orang yang harus aku anggap dekat."

"Tae Jung adalah tuanku," jelas Eun Ra pada Tae Hyun agar paham apa yang berusaha dia ingin jelaskan pada adik dari tuannya. Tae Hyun menggelengkan kepalanya pelan tidak menerimanya.

"Aku juga adik dari tuanmu kan? Seharusnya aku juga, Eun Ra?" Pertanyaan bohong itu benar-benar keluar dari mulut Tae Hyun saat itu juga.

"Apa aku harus---" ucapan Eun Ra terpotong begitu suara seseorang mendominasi suaranya.

"Kau keluar dari kamarmu, wanita jalangku?"