"Ahh, kau baru turun setelah dua hari? Kau pikir kau tuan putri karena kerjamu hanya di kamar saja?" tanya Song Ji Min yang baru melihat Eun Ra masuk dapur lagi setelah dia pergi berkunjung ke pemakaman ibu nya yang sudah lama meninggal.
"Maaf Kak, aku tidak bermaksud begitu. Aku hanya tidak---" Ji Min memutar bola matanya malas. "Sadarlah," ucap Ji Min menasihati Eun Ra agar tahu posisinya dimana.
"Kau dibeli untuk dipekerjakan, bukan untuk tidur di kamarmu setiap hari," tegur Ji Min membuat Eun Ra kembali berpikir aneh lagi.
Eun Ra memang wanita yang pemikir keras, setelah seseornag menilainya seperti apa, Eun Ra akan memikirkannya dengan sangat serius. Hampir satu hari juga Eun Ra bisa memikirkan hal yang sama hanya untuk memperbaiki dirinya sendiri.
Contoh pertamanya saat Tae Jung mengingatkan posisi Eun Ra baginya, kedua dari Ji Min kakak (perempuan) yang mengatakan posisinya jauh lebih buruk dari pembantu, setelahnya Tae Hyun. Tae Hyun meminta jika Eun Ra memanggilnya dengan menggunakan nama saja tanpa sebutan mengerikan (yaitu tuan). Sekarang Kak Ji Min lagi, Eun Ra selalu berputar-putar pada masalah yang sama.
"Iya, aku tahu," jawab Eun Ra langung, selesai meneguk air yang dia ambil Eun Ra langsung membersihkan gelas itu karena semua piring sudah tertata rapi hampir semuanya.
Kebersihan dapur sudah sangat terjaga tidak seperti sebelumnya, pembantu sekarang sepertinya juga lebih banyak dari sebelumnya.
"Mulailah bekerja mulai nanti," terang Ji Min membuat Eun Ra menganggukan kepalanya pelan. Dia berjalan menuju kamarnya lagi untuk menikmati hari leburnya yaitu sekarang.
Jagan salah, Tae Jung memberi Eun Ra hari libur dua hari hanya untuk sekarang. Dan besok dia akan mulai bekerja seperti sebelumnya.
Bukan pembantu melainkan penjadi pelayan pribadi milik Tae Jung dan membersihkan kamarnya (saja). Ingat?
Eun Ra berjalan menaiki anak tangga, tidak ada Tae Hyun ataupun Tae Jung hari ini. Setidaknya jika hal ini benar-benar terjadi, baik Eun Ra memilih masalah serius atau tidak dia tidak mendapatkan hukuman adalah hal yang sudah Eun Ra syukuri.
Jika Eun Ra mengingat hari kemarin, dirinya hampir mati di mulut dan bibir Tae Jung parah sekali.
°Kilas Balik°
Limabelas menit Eun Ra tidak bisa bernafas, Tae Jung membanting tubuh Eun Ra di ranjangnya dengan dirinya (Tae Jung) yang mengekang dengan tubuhnya.
Posisi saat ini, Tae Jung meniduri Eun Ra yang sedang telentang di dalam ranjang kamarnya. Eun Ra yang akan mendorong tubuh Tae Jung agar tidak melakukan hal gila di luar kewarasannya berusaha mendorong, namun satu tangan Tae Jung menarik keras dua tangan Eun Ra ke atas kepalanya membuat Eun Ra tidak bisa bergerak sama sekali.
"Diam, kau jalangku. Ingat batasanmu, dan ingat aku yang membelimu. Mau aku apakan kau, itu urusanku," bisik Tae Jung membuat Eun Ra meremang karena suara deep milik Tae Jung.
Tae Jung menekan tubuh Eun Ra, mengeratkan tangannya pada tarikan tangan Eun Ra dan menekan bibirnya masuk ke dalam mulut Eun Ra untuk membuat Eun Ra paham akan posisinya.
"Hhmmpptt..." Suara Eun Ra teredam ciuman Tae Jung yang sangat dalam. Saling bertukar siliva memperjelas hubungannya baik-baik. Tidak ada yang lebih menyakitkan dari ini. Eun Ra sangat tertekan dalam posisinya, Tae Jung menciumnya dengan mata tajam menatapnya, Eun Ra pun. Keduanya saling beradu mata dengan jarak sangat dekat.
Ciuman terlepas. Duapuluh menit untuk yang sekarang. "Tidak perduli seberapa bodohnya dirimu, kau bisa melakukan apapun karena aku lah yang membelimu. Paham?" Eun Ra tidak bisa bergerak. Kepalanya menganggukan kepalanya disela-sela tangisannya yang mulai mereda.
°Kilas Balik°
Eun Ra menggelengkan kepalanya brutal begitu dia mengingatnya, wajahnya memerah malu. Eun Ra berjalan masuk menuju kamarnya sendiri.
"Bagaimana nasibku sekarang."
○○○
"Kau ingin meninggalkanku dengan Kak Ji Kang saja dengan cara seperti ini?" tanya Tae Hyun yang tidak percaya dengan sebanyak ini berkas yang harus keduanya periksa dan beberapa laporan ke uangan di ruangan samping ini juga.
"Ya, kau pikir memiliki banyak warisan dari kakek tidak memiliki tanggung jawab yang besar? Berhenti menghakimiku mulai sekarang." Tindak Tae Jung pada adiknya sendiri membuat Ji Kang memutar bola matanya malas.
"Mau kemana kau?" tanya Ji Kang membuka suara karena Tae Jung menggunakan pakaian berbeda dari sebelumnya. "Pelabuhan," jawab Tae Jung langsung pada intinya.
"Ada beberapa pengiriman barang dari Eropa, jumlahnya cukup besar, dan resiko kegagalannya juga besar, aku akan menanganinya. Kau tetaplah di sini, jaga Tae Hyun dan aku meminta kau untuk mengajarinya bekerja yang benar agar ayahku tidak terus memarahinya. Aku percayakan Tae Hyun padamu," minta Tae Jung pada Ji Kang kakak sepupu nya membuat Tae Hyun merinding di tempat.
"Tidak bisakah kau apa maksud dari kau menitipkannya padaku?" tanya Ji Kang pada Tae Jung membuatnya tertawa di tempat, Tae Jung berjalan mendekat ke arah Ji Kang dan mengelus bahunya pelan.
"Aku tahu kau tidak anak membunuh satu saudara datu darahmu," jawab Tae Jung dengan sangat percaya diri, Ji Kang menghela nafasnya pelan berusaha tenang. Ji Kang menganggukan kepalanya setuju, dan melepas tangan Tae Jung pada bahunya.
"Hubungi aku saat kau mengalami masalah di pelabuhan," ucap Ji Kang yang masih memiliki sikap seorang kakak pada Tae Jung sepupunya. "Aku akan menghubungimu, tidak ada siapapun yang bisa membantuku kecuali dirimu, Kak," jawab Tae Jung membuat Ji Kang tersenyum, Tae Jung terkekeh.
Dia berjalan ke arah Tae Hyun dan memukul bahunya. "Lakukan dengan benar atau kau akan melihat darah mengalir jika dengannya," pamit Tae Jung pada adiknya.
Tae Hyun menelan ludahnya sukar mengingat seberapa mengerikannya Ji Kang untuknya. Hampir saat dimana Tae Hyun main ke rumah Ji Kang, dia melihat seberapa mengerikannya Ji Kang membunuh seekor kelinci dengan memutus kepalanya lebih dulu dan mengeluarkan isi didalam perutnya dengan kedua tangannya.
Itupun saat Ji Kang berumur limabelas tahun.
"Aku pergi dulu," pamit Tae Jung keluar dari ruangan miliknya dimana ada Tae Hyun dan Ji Kang. Tae Jung sengaja mempertemukan Ji Kang dengan adiknya karena adiknya sangat takut dengan kekerasan dan darah. Tae Hyun, Ji Kang dan satu ruangan. Pasti bisa membuat adiknya paham sesuatu. Lihat saja nanti.
"Kau yakin meninggalkan Tae Hyun-ie dengan Ji Kang hanya berdua?" tanya Go Hyung yang mengikuti langkah Tae Jung di belakangnya. "Tidak ada cara lain, hanya ini yang aku bisa paman Tae Hyun harus paham pentingnya hidup dengan dewasa," jawab Tae Jung tidak memperlambat lagi.
Walaupun Tae Jung terkesan dingin dan tidak perduli, yakinilah seorang kakak tidak akan pernah tidak perduli pada adiknya. Bohong jika ada.
"Kalian memperebutkan wanita lagi?" tanya Go Hyung pada intinya, Tae Jung terkekeh. Dia menjawab dengan gelengan kepala dengan tegas menjawab.
"Tidak, jika kami (Tae Hyun dan Tae Jung) memperebutkan Eun Ra aku sudah menyiksanya dengan cara yang sama dimana aku melakukannya dengan Soo Bin," jelas Tae Jung menolak sekeras mungkin dimana Tae Jung mencintai Soo Bin dengan caranya sendiri saat itu.
"Oh ya? Ada yang sama untuk detik ini, hanya caramu yang berbeda," koreksi Go Hyung yang sudah menganggap Tae Jung sebagai anaknya sendiri. "Tidak, aku membeli Eun Ra karena aku mengasihaninya. Bukan karena aku mencintainya," keras Tae Jung pada ucapannya saat itu juga.
Go Hyung terkekeh, dia mengalah untuk sekarang. Go Hyung membukakan pintu mobil untuk Tae Jung dan keduanya mulai masuk ke dalam mobil menuju pelabuhan mengambil barangnya.
Perjalanan dua jam Tae Jung tempuh hanya untuk mengambil barangnya. Uang ada di koper samping kursinya dan Tae Jung mengambil kacamata berwarna hitam untuk menyamarkan identitasnya.
Sampai dipelabuhan, banyak orang-orang suruhannya yang berpura-pura. Tae Jung terkekeh melihatnya, hampir tujuhpuluh lima persen dari pengunjung dan orang yang berada di sana adalah orang-orangnya bersenjata api.
"Kau siap?" tanya Go Hyung membuat Tae Jung menganggukan kepalanya pelan. Tae Jung menggunakan masker dan kacamata miliknya. Jangan lupakan topi yang membuat Tae Jung terlihat begitu kentara bukan penduduk asil Korea.
"Van Tae, mana uangku. Barangnya sudah masuk pengangkutan milikmu," ucap samar-samar orang yang mengenakan kacamata, topi dan masker hitam juga.
"Senang bekerjasama denganmu, aku akan mengabari jika barang pesananku bagus." Van Tae memberikan koper uang bernominal dollar itu pada Go Hyung yang menggunakan nama Ji Go untuk pengoprasiannya.
"Asli," ucap salah satu orang suruhan Ti Ja yang sudah melihatnya dengan benar. "Aku menunggu membelian besarmu lagi selenjutnya." Van Tae menganggukan kepalanya pelan.
Ti Ja dan kapalnya pergi pulang, Tae Jung tersenyum miring melihatnya. "Apa barang-barangnya asli, paman?" tanya Tae Jung memastikannya pada Go Hyung.
"Iya, sayangnya hanya sebagian," jawab Go Hyung setelah mencobanya beberapa.
"Ledakkan kapalnya," titah Tae Jung tanpa ampun.