"A-Aku?" tanya Eun Ra dengan suara sangat gugup karena Tae Jung sangat deat dengan wajah dan tubuhnya yang tertekan hampir dikatakan terdesak.
"Iya, dahimu. Aku melihat dahimu sekarang, apa ada seseorang melukai dahimu?" tanya Tae Jung masih dalam maksud yang sama, apakah ada yang menanayakan seorang Tae Jung merasa khawatir?
Kalian semua salah besar, seorang Tae Jung, pemilih tujuhpuluh lima persen Perusahaan besar Min terbesar di Korea nomor satu, Ketua Bandar Penjualan senjata api terbesar nomor dua, dan Ketua Besar Mafia tempat pembunuhan berada dan Penjualan Organ dalam.
Tae Jung, pria keras sepertinya. Jujur saja sebenarnya Tae Jung bukan pria berhati baik. Hanya saja akhir-akhir ini, semenjak Ji Kang membawa Tae Jung datang ke tempat pelelangan, kemarahan Tae Jung jadi mudah teratur. Tidak tempramen seperti sebelumnya.
"Apa pekerjaanku juga harus menjelaskan bagaimana lukanya terjadi, tuan?" Tae Jung terkekeh, Tae Jung merasa jika yang sedang dia tanyakan adalah rasa malu yang sedang Tae Jung korbankan.
"Kau pikir dengan apa yang sudah aku beli, kau bisa seenaknya merahasiakan apa yang masih menjadi milikmu? Aku membelimu, semuanya. Jadi semua yang berkaitan denganmu sudah seharusnya menjadi milikkku. Untung saja tubuhmu tidak aku potong-potong dan ku jual ulang," marah Tae Jung saat dia tidak memdapatkan apa yang dia inginkan. Eun Ra menghela nafasnya berat, bukan itu sebenarnya maksud Eun Ra. Sama sekali, maksud awal Eun Ra hanya mengatakan seperti.
'Apakah aku tidak memiliki privasi?'
Dan lain itu.
'Ini privasiku kan?'
Tapi Tae Jung benar-benar merasa jika yang Eun Ra tanyanya seperti terkesan kasar dan cuek. Menyakitkan mendengar Tae Jung (Tuan Eun Ra) salah paham hanya karena pengucapannya.
"Maafkan aku tuan," ucap Eun Ra merasa sangat bersalah, dia tidak banyak bicara dan memilih menundukan kepalanya. "Aku memaafkanmu," ucap Tae Jung dengan nada suara yang melembut, kali ini berbeda.
Amarah Tae Jung sangat sinkron untuknya. Tidak melebih-lebihkan tidak seperti sebelumnya jujur saja. Dan untuk ukuran Eun Ra yang membuat kesalahan, Tae Jung terlalu baik memaafkannya terlalu mudah.
"Jadi jawab pertanyaanku, bagaimana dahimu bisa terluka," tanya Tae Jung masih mempermasalahkan hal yang sama, Eun Ra menghela nafasnya pelan. "Aku terjatuh di kamar mandi, lantai di kamar mandi kamar yang aku tinggali cukup licin saat itu. Aku hanya terjatuh, bukan luka yang besar. Aku sudah berusaha menutupinya sejak kemarin, apa masih terlihat begitu jelas, tuan?" tanya Eun Ra dengan menutupi luka di dahinya dengan anak rambut yang Eun Ra buat tadi pagi.
"Apa ada pembantu yang tahu soal lukamu?" Eun Ra menggelengkan kepalanya tegas begitu mendengarnya. "Aku sengaja menutupinya, dan untuk apa para bibi baik mengetahuinya? Ada kotak P3K di kamarku saat itu. Aku hanya mengolesinya dengan alkohol lalu aku tidur." Pantas saja saat kemarin Tae Jung memegangnya tangannya sedikit berbau alkohol. Dan juga bibirnya jangan kalian lupakan.
"Ayo ke Rumah Sakit," ajak Tae Jung dengan menarik tangan Eun Ra agar mengikutinya. Alis Eun Ra menyatu bingung, tangannya menjauh begitu Tae Jung akan menariknya. "Lepaskan, tuan," cegah Eun dengan pelan. "Ini hanya luka kecil, sekarang sudah lebih baik. Jangan berlebihan, aku juga mendapat pekerjaan paling ringan. Konyol juga jika tuan akan membawaku ke Rumah Sakit hanya karena aku jatuh terpeleset karena kecerobohanku sendiri," tolak Eun Ra tidak menyukai lukanya terlalu dilebih-lebihkan.
Tae Jung memutar bola matanya malas, tangannya mengambil tangan Eun Ra paksa agar mengikuti langkahnya. "Kau pikir aku memintamu untuk ke Rumah Sakit karena aku perduli?" tanya Tae Jung dengan nada sedikit marah dan tinggi.
"Aku tidak ingin melihat mayat hari ini saja, jadi akan lebih baik kau ikut aku ke Rumah Sakit atau aku yang harus membunuhmu dengan caraku," ancam Tae Jung menarik Eun Ra dari ruang kerja miliknya untuk pergi ke Rumah Sakit keluarga Tae Jung dari pihak ayah.
"Kak Tae Jung," keluh seorang wanita yang melihat seberapa keras Tae Jung memperdulikan Eun Ra. "Kau terlalu berlebihan pada orang yang salah," keluhnya.
Song Ji Min.
○○○
Selesai mengantar Eun Ra Tae Jung benar-benar memasang beberapa bibi untuk mengurus Eun Ra. Setidaknya sampai lukanya membaik, dan Eun Ra tidak jatuh pada tempat yang sama. Bukan merasa sangat khawatir jujur Tae Jung, dia hanya menginginkan uangnya tidak melayang begitu saja.
Tidak mungkin seornag Tae Jung membiarkan uangnya melayang dengan mudah begitu saja. Jika saja Eun Ra hamil atau memiliki anak dari beberapa pekerja darinya bukankah tubuh Eun Ra dan anak-anaknya bisa Tae Jung jual dengan harga mahal?
Enak saja.
Sudah Eun Ra sanagt bodoh, dia juga tidak bisa diandalkan dalam beberapa hal dan Tae Jung harus membiarkan Eun Ra begitu saja? Tae Jung menggelengkan kepalanya pelan. Lupakan seberapa banyak uang yang Tae Jung dapat karena Ji Kang berhasil membakar semua manusia di dalamnya hidup-hidup.
Uang kembali, Ji Kang mendapatkan Yoon Sa (untuk kepuasan psikisnya) dan Tae Jung mendapatkan Eun Ra. Entah untuk apa nanti.
Tidak ada kata lelah untuk ukuran pria sejadi seukuran Tae Jung, selesai mengantar Eun Ra pulang Tae Jung langsung pergi ke kantor milik kakeknya setelah menghubungin Ji Kang jika keduanya perlu bicara.
Ada yang menanyakan Tae Hyun? Dia masih tertidur nyaman di atas ranjangnya pagi ini. Dia memang bekerja terlalu keras sampai membuat dirinya ambruk, maklumi saja. Tae Hyun terbiasa bekerja main-main di perusahaan ayah melihat Ji Kang melakukannya dengan serius dan Tae Hyun pada dasarnya takut pada Ji Kang. Tae Hyun harus mengimbanginya.
Tapi lihat saja, Tae Hyun menjadi pria yang mengikuti aturannya sekarang. Walaupun sejujurnya Tae Jung sudah menyuruh adiknya untuk bangun, Tae Hyun mengatakan dia akan datang saat jam makan siang.
Tidak masalah. Setidaknya Tae Hyun mau bertanggung jawab itu jauh sudah lebih cukup sekali untuknya.
"Ada apa? Baru saja aku mendapatkan barang dan kau sudah menghubungiku untuk datang? Ada apa?" tanya Ji Kang pada Tae Jung yang sudah menunggunya. Tae Jung terkekeh, dia menurunkan kacamata bacanya dan tersenyum.
"Apa pengiriman barangnya sudah terkirim semuanya, Kak?" tanya Tae Jung dengan wajah tidak berdosa sama sekali membuat Ji Kang memutar bola matanya malas.
"Selesai, semua terkirim tanpa ada Agen FBI pun yang tahu," jawab Ji Kang dengan memberikan beberapa koper uang dengan mata uang Dollar dan memperlihatkan hasilnya mengatur penjualan barang miliknya dengan sangat rapi.
Tae Jung tersenyum, dia benar-benar sangat berterimakasih pada Ji Kang karena sangat bisa diandalkan dan bergantian mengurus perusahan kakek milik mereka bersama.
"Sejujurnya aku sudah mengatur semuanya sendiri. Bagi dua saja, aku mau menerima bagian apapun. Tidak perduli dengan Tae Hyun. Jika dia ingin, aku akan memberikannya dan aku akan mulai berbaikan dengan ayah dan mengurus perusahannya dengan baik lalu pembagian dari ini (Perusahaan Min) dipegang oleh Tae Hyun," minta persetujuan Tae Jung pada yang lebih tua. Ji Kang tidak menjawabnya, dia memilih berjalan menuju Kulkas dingin penyimpan minuman dan mengambil beberapa coffe dingin untuk dirinya sendiri.
"Kau mau?" Tae Jung menggelengkan kepalanya tegas, dia menolaknya. Tae Jung tipikal pria yang tidak kuat dengan coffe namun peminum yang baik untuk alkohol.
"Aku tidak minum, Kak," jawab Tae Jung yang dianggap Ji Kang santai lalu meminum satu botol yang lain.
"Perjelas saja Kak," minta Tae Jung membuat Ji Kang menghela nafasnya berat. "Aku tidak tahu," jawab Ji Kang benar-benar pusing. "Hasratku besar untuk memilikinya, melihat seberapa sulit mengurusnya bersama, bodoh jika aku egois mengambilnya setengah atau semuanya," jelas Ji Kang dengan kepala dingin merubah karakternya yang asli.
Tae Jung menganggukan kepalanya setuju, benar. Dua orang saja (Tae Jung dan Ji Kang) semuanya tidak selesai. Ada Go Hyung paman yang membantunya sesekali, akan tetapi pekerjaan ini semakin besar dan menggila. Keduanya bahkan merasa sangat tidak kuat untuk sekarang.
"Kau tahu jelas kan?" Tae Jung menganggukan kepalanya pelan, keduanya terdiam memikirkan hal lain masing-masing. Ah, iya. Tae Jung mengingat sesuatu. "Kau membunuh wanita yang kau beli Kak?" Ji Kang menganggukan kepalanya pelan tidak menganggapnya masalah besar. "Iya."
"Dia terlalu cerewet dan menyebalkan, mulutnya terlalu banyak mengatakan omong kosong. Untung saja aku hanya mengeluarkan jantungnya."Tae Jung terkekeh mendengar seberapa gemas dan kesalnya seorang Ji Kang padanya.
"Mulailah sibuk dengan Perusahaan kakek dan bagian Penjualan Senjatanya Kak agar emosimu terus terjadi. Jika kau menyibukan diri aku yakin sekali jika jiwa membunuhmu akan berkurang," saran Tae Jung membuat Ji Kang yang mendengarnya terkekeh. "Kau yakin menyarankanku dengan seperti ini?" Tae Jung menganggukan kepalanya cepat.
"Kau ingin membuatku mati muda atau apa!" Tae Jung menghela nafasnya berat, dia tidak bisa berbicara sekarang. "Selesaikan tugas kantor ini Kak aku harus datang ke tempat penjualan organ manusia. Pengawalmu juga membawa sebagian tubuh Yoon Sa, kau ingin membawanya?"
Tae Jung hanya melihat Ji Kang tersenyum miring dengan gelengan kepala lemah. "Aku bisa menyimpan bagian tubuh yang lain jika korbanku tidak semenyebalkan dirinya."