"Ibu!" panggil Tae Jung setelah dia selesai mengatakan semua organ dan bagian tubuh yang tidak cacat dia ambil.
Setelah membersihkan dirinya dari darah, Tae Jung memerintahkan pekerjanya untuk membakar sisa tubuh korbannya dan sebagian menyelesaikan pekerjaannya.
Hari ini sepertinya Tae Jung sedang tidak untung besar, sebagian organ tubuh yang Tae Jung kuliti hampir sebagian banyak yang rusak.
Mungkin karena korbannya terlalu banyak mengonsumsi alkohol atau sejenisnya.
Hal ini membuat Tae Jung terasa sangat percuma membiarkan dirinya sendiri berkeja terlalu ekstra dan sekarang Tae Jung baru bisa duduk dengan santai dan merebahkan diri.
"Iya, bagaimana kabarmu Tae Jung?" tanya ibu Tae Jung yang memiliki marga Min sebagai kakak perempuan dari ibu Ji Kang.
"Aku baik, aku baik-baik saja ibu semua berjalan dengan sangat lancar. Bagaimana kabar ibu? Apa ibu sibuk bekerja dan mengurus bayi besar ibu dengan baik?" tanya Tae Jung membuat ibunya tertawa hampir lepas.
Min Su Ri benar-benar menggelengkan kepalanya serius kala Tae Jung benar-benar meledek ayahnya dengan sangat baik. Astaga, bagaimana bisa seorang anak laki-laki melakukan hal semacam ini pada ayahnya.
"Jangan banyak meledek ayahmu Tae Jung! Kau benar-benar," tegur Su Ri yang membuat dirinya bahkan itu tertawa tadi, Tae Jung sedikit terkekeh. Dia melonggarkan pakaiannya yang membuatnya sesak bernafas dan mulai berbicara dengan ibunya sangat santai.
"Bagaimana kabar adikmu? Apa dia membantumu cukup baik? Ibu lihat ayahmu baik-baik saja akhir-akhir ini, sepertinya dia menikmati pekerjaanya. Apa kamu membantunya?" Tae Jung menjawab dengan helaan nafas yang tegas.
Kali ini dirinya memilih diam dan tidak banyak bicara, hanya saja baik Tae Jung atau Su Ri keduanya mulia pada mode seriusnya masing-masing.
"Tidak, kenapa aku harus membantunya jika sejujurnya ayah membenciku ibu.
"Ayah akan sangat marah jika mengetahui aku membantunya," sambung gumaman dari Tae Jung yang membuat Su Ri mendengarnya sedikit menyayangkan karena hubungan anak dan suaminya benar-benar buruk.
"Aku bahkan juga tidak yakin apakah ayah masih mengingat memiliki putra sepertiku. Apakah ayah melupakanku ibu?" tanya Tae Jung seperti suaranya goyang karena hampir menangis dengan apa yang sejujurnya anaknya katakan padanya.
Ralat. Anaknya yang pria keturunan pertamanya itu menanyakan padanya apakah dirinya dilupakan oleh ayahnya.
Bahkan saat mendengarnya saja Su Ri merasa sangat perih di dalam hati dan perasannya.
"Ayah mengingatmu, ibu melihatnya. Hanya saja memang sulit. Waktu kalian bertemu, bagaimana kalian mengapresiasikan usaha kalian, bagaimana kalian tidak memiliki waktu, dan bagaimana kalian berdua benar-benar sangat canggung satu sama lain, memang butuh proses."
"Setidaknya kamu masih memiliki ibu, kan?" tanya hangat ibunya yang membuat Tae Jung yang mendengarnya terlihat sangat miris. Sungguh, mentalnya sangat buruk pada setiap sisi.
Yang membuat seorang Tae Jung lemah adalah ayahnya. Dia merasa sangat tidak bisa diandalkan dan tidak bisa membuat ayahnya bangga kepadanya.
Tae Jung benar-benar merasa menjadi anak ayah yang tidak berguna.
Tidak ada yang lebih menyeramkan dari hidup tanpa kasih sayang, perhatian dan pengakuan seorang ayah. Tae Jung merasakannya terlalu dalam kali ini.
Walaupun sejujurnya Tae Jung tidak banyak bicara pada adiknya (Tae Hyun) dia cukup iri pada adiknya karena kasih sayang dan harapan satu-satunya yang ayahnya miliki untuk melanjutkan perusahaan dan beberapa cabang Rumah Sakit juga.
"Apa ibu pernah merasakan hidup tanpa ayah sebagaimana ibu mengurusku?"
"Jika iya, tolong perjelas apa ibu akan mengatakan hal tidak masuk akal seperti ini padaku. Ini tidak masuk di kepalaku," perjelas Tae Jung membuat ibu nya memilih diam. Benar, Su Ri memang tidak tahu, hanya saja pelariannya.
"Apa adikmu baik-baik saja?" tanya baik ibunya membuat Tae Jung yang mendengarnya langsung berubah. "Dia baik-baik saja," jawab cepat pria itu membuat ibunya menghela nafasnya pelan.
"Lalu, wanita yang kau beli? Apakah dia masih hidup?"
Pertanyaan macam apa ini.
○○○
Selesai menelfon dengan ibunya Tae Jung langsung pulang begitu mendapat kabar dari Ji Kang jika seseorang baru saja terluka. Dengan cepat kilat juga Tae Jung pulang meninggalkan mansionnya yang lain untuk segera pulang ke rumah.
Ji Kang adalah tipe pria yang serius dan tidak main-main dalam segala hal, jika Ji Kang mengatakan ada yang serius dan seseorang terluka maka lukanya sangat-sangat serius.
Empatpuluh menit cepat Tae Jung sampai dirinya benar-benar memarkirkan mobilnya asal. Hari ini Go Hyung tidak Tae Jung bawa karena Go Hyung harus ikut Tae Hyun.
Tae Jung yang memunta Go Hyung untuk memberi sedikit pengawasan untuk adiknya.
Melihat langkah kaki Tae Jung yang tergesa-gesa satu pria berhasil menghentikan langkah Tae Jung saat itu.
Dia Ji Kang, seseorang yang menelfon Tae Jung dengan wajah serius namun tidak terlihat wajahnya karena sambungan telefon. Suaranya seperti.
'Ada yang terluka, masalahnya penting, dan kali ini kau harus pulang cepat tuan Tae Jung. Seseorang membuatku marah.'
"Kak, kau benar-benar sialan!" umpat Tae Jung yang langsung melempar asal tas bekerjanya dan memilih suduk di sofa ruang tamu.
Satu pekerja menangkap tas yang Tae Jung lempar asal dan peyalan mulai mendatangi Tae Jung.
"Tuan menginginkan sesuatu?" tanya ketua wanita berumur itu membuat Tae Jung menggelengkan kepalanya pelan dan tangannya mengintrupsi untuk semuanya keluar.
Semuanya mulai mengikuti perintah yang Tae Jung berikan hanya dengan gerakan satu tangan saja.
"Bicaralah," minta Tae Jung mengingat Ji Kang hanya akan berbicara masalah serius hanya dengan dirinya.
"Tae Hyun ku marahi, dia benar-benar merepotkan," ucap Ji kang langsung saja, Tae Jung yang mendengarnya hanya bisa terkekeh. "Tae Hyun mengganggumu juga?" tanya balik Tae Jung membuat Ji Kang menganggukkan kepalanya serius. "Ya."
"Lima jam di mansion lain, aku pun sejujurnya lelah Kak, hanya saja lebih baik membiarkannya saja. Kau melakukan sesuatu dengannya? Dimana dia?" tanya Tae Jung karena melihat Ji Kang sepertinya pulang cepat dan sediri kali ini melihat pakaian Ji Kang sudah santai di pukul lima sore hari.
"Aku mendidiknya, dia harus menyelesaikan mencetak ulang dengan benar dan aku sudah menyelesaikan semua dengan meneliti sesuai datanya. Dia akan pulang pukul satu pagi, aku ingin istirahat," jelas Ji Kang membuat Tae Jung yang mendengarnya hanya menjawab dengan anggukkan kepalanya pelan.
Seperti seolah-olah dia mengatakan.
'Aku tidak keberatan, Tae Hyun memang merepotkan.'
Seperti itu.
"Siapa yang terluka?" tanya Tae Jung melihat Ji Kang yang menatap wajahnya datar dan menujuk dengan dagunya tanpai dua.
"Jalangmu, dia terluka karena Ji Min. Ji Min melukainya, sepertinya Song itu tidak tahu diri," jelas Ji Kang membuat Tae Jung yang mendengarnya menyatukan alanya pelan.
"Jangan menuduh Song Ji Min lagi seperti kau menuduhnya waktu itu, tuan Ji Kang." Tae Jung terlihat tidak percaya dan memperdulikan apa yang Ji Kang adukan padanya karena masalah masa lalu yang serius.
"Aku berkata jujur, terserah padamu percaya padaku atau tidak. Aku hanya menjelaskan," tegas Ji Kang membuat Tae Jung terdiam kaku.
"Percaya padaku musuhmu adalah orang-orang terdekatmu tuan Tae Jung, jika kau kembali meremehkannya. Bukan hanya para pekerja dan jalangmu lagi yang akan musnah."
"Melainkan, dirimu juga bisa mati jika kau menganggap ini candaan, tuan Tae Jung," ucap Ji Kang kembali memberi peringatan lembut dan sedikit nyaman bagi yang mendengarnya.
"Belajarlah dari masalalu Kak! Jangan terlalu sensitif pada sesuatu," balas Tae Jung di luar prediksi Ji Kang saat itu.